Sabtu, 28 September 2013

Putri Datu Daha di Culik Raksasa Kalimandaru (2)


Sesait,(SK),-- Dalam perkembangan sejarah berikutnya, diceritakan dalam takepan lontar kasmaran tersebut, kocap cerita setelah besar, putri Prabu Daha yang bernama Candra Wulan Sasih ingin bermain ke sebuah taman milik kerajaan ayahandanya. Dengan diiringi inang pengasuhnya Inaq Emban dan kedua Mahapatih Mangkubumi dan Mangkunegaran, sang putri berangkatlah menuju taman untuk bermain sebagaimana biasanya.

Sedang asyiknya bermain, tiba-tiba datanglah makhluk aneh yang tinggi besar serta muka yang seram.Makhluk aneh itu bernama Raksasa. Suaranya bagaikan guntur menggelegar, pandangannya bagaikan halilintar menyambar membuat bulu roma berdiri. Saking takutnya, baik putri Candra Wulan  Sasih,Inaq Emban dan kedua Mahapatih yang sedang berjaga di pojok taman menjadi kalang kabut bercampur gemetar dan menggigil.Mereka melakukan perlawanan semampunya, namun makhluk aneh yang disebut Raksasa itu tidak bisa terkalahkan.Putri pun di sambar dan di larikannya.

Kedua Mahapatih Mangkubumi dan  Mangkunegaran dan Inaq Emban pun bersedih, beduka yang sangat mendalam atas hilangnya sang Putri kesayangan sang Raja. Mereka takut, hukuman apa gerangan yang di jatuhkan raja kepada mereka atas kelalaiannya menjaga sang Putri. Sambil menangis sejadi-jadinya, Inaq Emban kembali ke istana guna melaporkan kejadian yang menimpa putri semata wayang sang Raja Daha.

Begitu mendapat laporan dari para abdinya tentang putri semata wayangnya menghilang di culik Raksasa, Prabu Daha pun murka.Dalam suasana berduka tersebut sang Prabu memerintahkan kepada kedua Mahapatihnya untuk mengumumkan sebuah sayembara yang telah dibuatnya.Sayembara tersebut berisi, ”Barang siapa yang menemukan Putri Candra Wulan Sasih hidup atau pun mati, jika ia laki-laki, maka akan di kawinkan dengan putrinya dan jika ia perempuan maka ia akan di angkat sebagai saudara sang putri.”

Seiring dengan berjalannya waktu, kedua Maha patih Mangkubumi dan Mangkunegaran sambil membawa dan menyebarkan isi sayembara tersebut ke seluruh pelosok negeri Kerajaan Daha. Disamping membawa dan menyebarkan pengumuman sayembara itu, kedua Mahapatih pun di utus oleh sang Prabu Daha untuk mencari orang berani (pendekar) yang mampu melawan raksasa sang penculik putri.

Kocap cerita, maka berangkatlah kedua Mahapatih menuju hutan tarik (pawang alas bana) untuk melaksanakan titah sang prabu. Dengan menyusuri lembah, mendaki bukit, masuk hutan, masuk kampung, menuruni jalan curam dan medan yang melelahkan, kedua Mahapatih jalankan tanpa mengenal lelah dan putus asa.Tiba di suatu tempat, merekapun istirahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar