Kamis, 31 Maret 2011

Penghuni Gontoran Sesait Yang Pertama (8)

SESAIT, -- Berawal dari sebuah kampung kecil di Gawah Pedaleman ( sekarang Sesait), sekitar abad ke 14, hiduplah  seorang manusia bernama Tumenggung Dalem. 
 Pada masa kehidupan Tumenggung Dalem ini, tidak banyak diketahui keberadaannya. Hanya saja menurut Piagam Sesait (Kitab Muhtadi’) diterangkan bahwa, pada masa kehidupan Tumenggung Dalem di Gawah Pedaleman (hutan belantara) ini, datanglah seorang Syeh yang berasal dari Bagdad (Irak) bernama Syeh Abdul Kadir Jaelani untuk menyebarkan Islam.

Syeh Abdul Kadir Jaelani, setiba di Gawah (Pawang) Pedaleman yang dihuni Tumenggung Dalem, kemudian menetap ditempat itu sampai akhir hayatnya.Makamnya sampai sekarang, yang oleh masyarakat Wet Sesait dikenal dengan nama makam Syeh Sayyid Budiman (Syeh Abdul Kadir Jaelani). Makam ini sampai sekarang masih tetap terpelihara oleh masyarakat Santong Asli.

Menurut Kitab Muhtadi’ menerangkan bahwa Tumenggung Dalem ini adalah diyakini sebagai orang yang pertama sebagai penghuni gontor Sesait yang sekarang. Sehingga, oleh karena Tumenggung Dalem ini diyakini sebagai orang yang pertama mendiami wet tersebut, maka Tumenggung Dalem ini juga diyakini sebagai Raja Sesait yang Pertama.

Sepeninggal Tumenggung Dalem (Raja Sesait I), berabad-abad kemudian, wilayah Pawang Pedaleman lambat laun, seiring dengan perubahan zaman, dari waktu ke waktu, penduduk yang menghuni wilayah dimana Tumenggung Dalem bermukim, sudah menjadi ramai. Generasi ke generasi pun silih berganti. Begitu juga dengan penguasa masa itu, pun silih berganti, hingga muncul marga yang berkuasa bernama Demung.

Menurut Piagam Sesait (Kitab Muhtadi’) yang sampai sekarang masih tersimpan lestari ini, menerangkan bahwa, ada empat Demung bersaudara yang berkuasa. Keempat Demung ini adalah Demung Melsi Jaya, Demung Nulik, Demung Sukar dan Demung Musani.

Dalam sejarah Sesait, Demung Melsi Jaya inilah yang menjadi Raja Sesait yang Kedua. Singgasananya sampai sekarang masih dilestarikan dan dipelihara, yang oleh warga masyarakat wet Sesait dikenal dengan sebutan Kampu.

Dalam perkembangan pemerintahan selanjutnya, Demung Musani adalah penguasa berikutnya setelah Demung Melsi Jaya. Sehingga Demung Musani ini dikenal sebagai Raja Sesait Ketiga. Demung Musani dan keturunannya, inilah yang berkuasa berabad-abad kemudian, terus–menerus hingga sekarang yang berkuasa Maidi (Kenaul) keturunan yang ke 28. Dengan demikian Maidi ini adalah Raja Sesait yang ke 28 dengan gelar Demung Musani ke XXVIII.

Sebelum Maidi berkuasa, yang berkuasa sebelumnya ada 10 orang  yang diketahui yaitu Raja Sesait ke 18 Pemban Banah, Raja Sesait ke 19 Sriagan, Raja Sesait ke 20 Sriangge, Raja Sesait ke 21 Surawang, Raja Sesait ke 22 Ebeh, Raja Sesait ke 23 Dalik, Raja Sesait ke 24 Retam, Raja Sesait ke 25 Kaimah, Raja Sesait ke 26 adalah Medi, Raja Sesait ke 27 adalah Pa’at dan Raja Sesait ke 28 terakhir adalah Maidi (sekarang).

Raja-raja Sesait ke 4 hingga ke 17 tidak diketahui keberadaannya. Sedangkan gelar  yang digunakan oleh para Raja Sesait ini adalah Demung Musani. Namun sebutan untuk Raja di Sesait setelah Orde Baru berkuasa digunakan nama Mangkubumi hingga sekarang.(Eko).                                                                   

Tapak Tilas Situs Sesait

Kayangan, Lombok Utara - Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap kelompok umat manusia atau setiap komunitas memiliki perjalanan sejarah dan asal-usul tersendiri yang menjadi latar belakang kehidupannya.
Hal ini terungkap, ketika para pemuda Sesait yang tegabung dalam wadah Himpunan Pemuda Pencari Situs Sesait (HPPSS), awal Februari 2011 lalu,  mengadakan Tapak Tilas dalam mencari dan menemukan situs-situs Sesait yang sebagian besar tersebar di dua wilayah  Kecamatan yaitu Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kayangan.

Menurut Ketua HPPSS Hamdan Wadi, bahwa kegiatan pencarian situs sejarah sesait ini adalah sebagai bentuk kepeduliannya terhadap peninggalan sejarah khususnya sejarah sesait.”Selama ini, belum ada yang mengawali pencarian situs sejarah sesait, sehingga kami berkeinginan bersama teman-teman untuk mencari dan menemukan kembali situs-situs sejarah sesait yang selama ini masih terpendam,” jelas Hamdan.

HPPSS dalam menjalankan misi suci ini, didukung oleh Pembekel Adat Wet Sesait (PAWS). Melalui Ketuanya A. Suniarni Degoh, telah memberikan support terhadap HPPSS untuk terus bekerja mencari dan menemukan situs–situs sejarah Sesait yang tersebar di wilayah Lombok Utara. Sehingga dengan bermodal nekad, HPPSS telah berhasil menemukan beberapa situs yang masih ada sampai sekarang. Diantaranya adalah situs Batu Gajah, situs Tapak Kaki, situs Kubur Setinggi, situs Semboya, situs Lokok Kremean, situs Kubur Beleq dan beberapa situs lainnya.

Menurut Sekretaris Umum Pembekel Adat Wet Sesait Masidep bahwa, kegiatan yang dilakukan oleh HPPSS ini adalah selain untuk menginventarisasi peninggalan sejarah Sesait, juga sebagai refleksi sejarah penyebaran agama Islam di Gumi Sesait. (Eko)

Mata Air Batu Bara Sumber Kehidupan Masyarakat Kayangan

KAYANGAN, -- Pembahasan Anggaran Dasar Badan Koordinasi Pelayanan Air Bersih (BK-PAB) tingkat Kecamatan dilaksanakan, Rabu (30/03) lalu.

Hadir dalam pertemuan ini, selain Camat Kayangan, Muspika, Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan Kepala Puskesmas Kayangan, juga dihadiri para Kepala Desa (Santong,Sesait,Kayangan), tokoh masyarakat, tokoh agama, Ketua BPD,Ketua LPM, dan Pengurus P2JAB Kecamatan Kayangan.

Mata Air Batu Bara sejak tahun 2008, dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat tiga desa ( desa Santong, desa Sesait dan desa Kayangan) yang ada di wilayah Kecamatan Kayangan, dengan jumlah pelanggan 1.246 orang, dengan rincian; desa Santong 310 orang desa Sesait 336 orang dan desa Kayangan 600 orang pelanggan.

Dalam sambutannya, Camat Kayangan Tresnahadi berharap agar pertemuan tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena  pada pertemuan ini adalah pertemuan sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya di Santong.

”Mari kita bahas satu persatu isi dari Anggaran Dasar BK-PAB ini. Mungkin ada yang kurang ataupun lebih, agar kita bersama sama membahasnya. Karena Anggaran Dasar yang kita susun ini segera diselesaikan untuk kemudian disetujui, ditetapkan dan disahkan, sebagai dasar untuk pelaksanaan pengelolaan air bersih Batu Bara ini,”ajak Tresnahadi.

Air bersih yang dikelola kemanfaatannya untuk tiga desa yang ada diwilayah Kecamatan Kayangan ini, sumbernya dari kawasan hutan TNGR. Jadi harus ada aturan yang mengaturnya secara sepesifik. Disamping itu, agar tidak ada permasalahan yang dihadapi ketiga desa pengguna.

Tujuan utama dari pengelolaan air bersih Batu Bara yang lokasi sumber mata airnya sekitar 5 km ke arah selatan Pawang Semboya  ini adalah untuk kepentingan masyarakat. Sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

”Mata Air Batu Bara agar bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya ini, saya minta kepada peserta rapat untuk memberikan masukan dalam  rangka perbaikan  isi dari Anggaran Dasar BK-PAB yang akan kita susun ini, ”harap Tresnahadi.

Dalam pertemuan ini, ada beberapa permasalahan yang mencuat ke permukaan, diantaranya adalah masalah bentuk pengelolaannya. Ini masih menjadi perdebatan oleh peserta. Ada yang menginginkan pengelolaanya berbentuk Badan Usaha dan ada yang menginginkan berbentuk Badan Koordinasi.

Menurut Sukardi (38) mengatakan bahwa, kalau bentuknya koordinasi berarti didalamnya tidak ada pungutan, sedangkan kalau bentuknya Badan Usaha berarti ada pungutan.

”Mohon dipertimbangkan kedua opsi ini, sehingga kalau terjadi ketimpangan bisa diselesaikan secara bersama dengan musyawarah,”pintanya.

Sedangkan Sahid,BA (46) mengatakan, kalau di Santong sudah memiliki Bumdes, otomatis dalam pengelolaannya ada penyerapan tenaga kerja, sedangkan ditingkat Kecamatan hanya bersifat koordinasi dan tidak memerlukan penyerapan tenaga kerja yang banyak. Dimana kontribusi untuk Kecamatan kalau pihak desa (Bumdes) yang melakukan pungutan, maka akan memperoleh kontribusi sebesar 15 %, 35 % untuk pengelola Managamen, 25 % untuk pengelola oprasional jaringan induk ke hilir dan 25 % untuk pemeliharaan sumber mata air.

”Apakah pola ini yang kita sepakati ataukah pihak Kecamatan dan/atau pihak Desa yang  melakukan pungutan, itu terserah, yang penting kita ingin mengelola air minum ini dengan baik, demi memenuhi hajat hidup orang banyak, sebagai sumber kehidupan, ”kilah Sahid, yang juga mantan Sekdes Sesait pada era orde baru ini.

Sebelumnya muncul opsi yang ditawarkan, baik dari desa Santong maupun oleh pengurus yang lama (P2JAB), untuk pengelolaan ditingkat Kecamatan dengan mengusulkan dua pilihan untuk disepakati, antara lain; pertama, nama pengelolaannya  tetap dipertahankan dengan sebutan  P2JAB dan kedua pengelolaannya diserahkan ke desa masing-masing dan berdiri sendiri, serta pihak desalah yang memberikan kontribusi ke pihak Kecamatan.

Kesimpulan akhir dari pertemuan ini, para peserta rapat memilih opsi yang kedua, yaitu sesuai dengan usulan dari desa Santong. Alasannya, draf Anggaran Dasar BK-PAB yang disepakati ini sudah lama dibahas dalam forum musayawarah desa.

Terkait dengan kesehatan sumber mata air Batu Bara ini , layak dikonsumsi masyarakat, Kepala Puskesmas Kayangan dr. Encu Sukandi menyarankan agar dalam pemeliharaan secara teknis, sebaiknya pada Bab V rancangan Anggaran Dasar BK-PAB dimasukkan juga  tentang pemeliharaan teknis jaringan air bersih yang bersumber dari mata air Batu Bara ini.

”Ini dimaksudkan, agar pengelola mendapatkan sertifikasi pengelolaan tentang kelayakan sumber air bersih batu bara ini, layak untuk dikonsumsi masyarakat sebagai sumber kehidupannya,” jelas dr Encu. (Eko).

Jumat, 25 Maret 2011

Remaja Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang Susun Program Kerja

SESAIT, -- Pengurus Remaja Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang, setelah tiga bulan lowong, akhirnya terisi.
Dalam  rapat usai sholat jum’at yang berlangsung di mesjid setempat (18/03) lalu, secara aklamasi Zaenul hadi ditunjuk sebagai Ketua Remaja Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang yang baru, menggantikan pejabat lama  Karyati,  yang selanjutnya memfokuskan diri di Pemerintahan  Desa Sesait.

Kepala Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait Samudin, ketika ditanya usai rapat mengatakan kepada Penulis bahwa, tampilnya Zaenul Hadi sebagai Ketua Remaja Mesjid Baiturrahim Lokok Sutrang yang baru ini, diharapkan mampu membawa perubahan. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang membawa kemajuan dari sebelumnya.

”Intinya, bagaimana program yang nantinya akan disusun, dapat dilaksanakan sesuai dengan  yang direncanakan,”kata Kepala Dusun yang sehari-harinya berpenampilan sederhana ini.

”Saya yakin, dengan tampilnya sosok Zaenul Hadi memimpin Remaja Mesjid Baiturrahim kali ini, akan mampu berbuat maksimal. Bagaimana program-program di Mesjid, yang selama ini masih didominasi oleh beberapa orang tertentu , nantinya tidak ada lagi yang seperti itu,”kilahnya bersemangat.

”Sebut saja seperti para petugas yang akan mengisi jadual di Mesjid pada setiap hari jum’at, disini masih saya lihat sepertinya petugasnya itu-itu saja, dari jum’at ke jum’at berikutnya,”tambahnya.

Sebagai langkah awal selaku yang dipercaya memegang amanah Ketua Remaja Mesjid Baiturrahim dua tahun kedepan, Zaenul Hadi telah melakukan langkah-langkah, dengan mengundang seluruh generasi muda yang tergabung dalam wadah Bajang Patuh Lokok Sutrang, beberapa tokoh agama, tokoh masyarakat dan pimpinan dusun setempat, Kamis (24/03) lalu, bertempat di Mesjid Baiturrahim, untuk urun rembuq membicarakan program kerjanya.

Agenda yang dibicarakan dalam urun rembuq tersebut, diantaranya membentuk seksi-seksi yang akan menangani bidang-bidang tertentu dan beberapa program kerja yang menjadi prioritas diawal kepemimpinannya.

”Kita sudah menetukan enam seksi yang akan membantu dalam pelaksanaan tugas nantinya. Diantaranya; seksi Pendidikan Akhmadi, seksi Agama Rusmiadi, seksi Pembangunan Murdiono, seksi Perlengkapan Irwadi, seksi Pemuda dan Olahraga, serta seksi Humas Dwi Kariono,S.Sos,”jelas Zaenul Hadi.

Sedangkan  program kerja yang sudah disusun, lanjutnya, secara umum  telah disepakati juga, namun program kerja ini masih secara umum, seperti bagaimana kegiatan  ibadah sehari-hari  bisa dilaksanakan di Mesjid., misalnya  sholat berjamaah.

”Intinya bagaimana kita bisa memakmurkan Mesjid,”katanya.

Dan ada juga program yang lain diantaranya; akan dibentuk BAZIS, menghidupkan kembali TPQ, mengangkat guru ngaji, penghijauan disekitar tanah pekuburan dan sepanjang jalur jalan raya Sesait- Santong dan mempertahankan tropy bergilir pawai takbiran yang diperoleh tahun lalu.

Pada kesimpulan akhir dari pertemuan tersebut, Zaenul Hadi berharap dukungan sepenuhnya dari seluruh elemen masyarakat yang ada di Dusun lokok Sutrang ini, tanpa dukungan dari semua pihak, tentu apapun program yang dibuat tidak akan berhasil.

”Mohon dukungan semua elemen di dusun ini, untuk menyukseskan program yang sudah kami susun ini,” harap Zaenul Hadi.(Eko).

Jelang MTQ Tingkat Kabupaten, Kayangan Gelar TC

KAYANGAN, -- Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kabupaten Lombok Utara, awal april 2011 mendatang, digelar.

Panitia ditingkat Kabupaten maupun ditingkat Kecamatan, sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya, untuk menyongsong gawe besar yang penuh berkah ini.

Lembaga Pembinaan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kecamatan Kayangan, mulai minggu ini menggelar Training Center (TC) bagi para peserta.

Menurut Kasi Kesos Kecamatan Kayangan Edy Sutrisno,SP mengatakan bahwa, para peserta yang akan mewakili Kecamatan Kayangan pada MTQ          tingkat Kabupaten yang digelar april mendatang, perlu dipersiapkan sedini mungkin, agar nantinya para peserta paling tidak bisa tampil maksimal.

”Jumlah peserta yang akan kita kirim mewakili Kecamatan Kayangan pada MTQ tingkat Kabupaten Lombok Utara nanti sejumlah 23 orang peserta, yang terdiri dari Cabang Tartil 2 orang, cabang Tilawah 7 orang, cabang Qiro’at 2 orang, cabang Syahril dan  Fahmil Qur’an masing-masing  3 orang, cabang Khat 4 orang dan cabang Tahfiz dan Tafsir masing-masing 1 orang,” terang Edy Sutrisno, yang baru beberapa bulan menduduki jabatan Kasi Kesos ini.

Menurut Ketua LPTQ Kecamatan Kayangan Hasanul Muttaqin,S.PdI mengatakan bahwa, 23 orang peserta yang akan mewakili Kecamatan Kayangan pada MTQ tingkat Kabupaten Lombok Utara nanti, akan mengikuti Training Center (TC), yang dipusatkan di LPTQ Kecamatan Kayangan.

Hasanul berharap agar pihak yang bertanggung jawab mengirim peserta, dalam hal ini pihak Kecamatan, agar berhati-hati mengirim peserta.

”Berhati-hati yang saya maksud disini, para peserta harus didata dengan bukti yang nyata, seperti KTP, Keterangan domisili, dan akte kelahiran. Dengan melihat data yang lengkap seperti ini, maka betul-betul peserta yang akan dikirim adalah warga KLU,”jelas Hasanul.

Ketika ditanya seputar peluang di MTQ Kabupaten nanti, Hasanul tidak banyak berharap. Hanya saja menurutnya, yang penting para peserta bisa tampil maksimal dan bersaing dengan peserta dari Kecamatan lain.(Eko).

Kamis, 24 Maret 2011

Pola Pemerintahan Desa di Sesait (7)

SESAIT, --- Untuk mewujudkan otonomi masyarakat desa pada era otonomi luas saat ini, di Sesait selama beberapa tahun terakhir ini (sejak tahun  2001), telah membangun pola pemerintahan kolektif dengan mengefektifkan dan memfungsikan peran Pemusungan, Penghulu dan Mangku (tiga basis ketokohan).

Membangun tiga basis ketokohan ini, menurut Perbekel Adat Sesait Masidep, menjelaskan bahwa secara struktural merupakan perubahan yang sangat fundamental dan strategis dalam menyelenggarakan pola pemerintahan di tingkat desa.

Pola Pemerintahan Kolektif dengan tiga kekuatan tokoh adat ini, disebut ”Wettu Telu” atau menurut Tau (orang) Sesait lazimnya disebut ”Waktu Telu”.

Istilah Wettu Telu sejak zaman dahulu, lanjut Masidep, bahwa hal itu sering digunakan pada sebuah pemerintahan kolektif karena memiliki akar budaya yang sangat kuat dengan nuansa agama yang sangat relevan yaitu ”adat luwir gama” (pelaksanaan adat bersendikan agama).

”Pola pemerintahan kolektif dengan kekuatan Wettu Telu ini, wet artinya wilayah, Tu/Tau artinya orang/tokoh dan Telu artinya tiga,”jelas Masidep.

”Dengan demikian, tiga wet atau wilayah masing-masing memiliki pemimpin tersendiri, yaitu Wet Pemerintah dipimpin oleh Pemusungan; Wet Agama dimpin oleh Penghulu dan Wet Adat Budaya dipimpin oleh Mangku Gumi,”tandasnya lagi.

Menurut tokoh adat  Sesait yang juga anggota DPRD KLU Djekat Demung Waji, mengatakan bahwa kembalinya nilai pranata lokal melalui pola kepemimpinan kolektif (Wettu Telu), dalam upaya menghilangkan indikasi ’penguasa tunggal’ atau dominasi Kepala Desa dengan memfungsikan lembaga yang memang sudah ada sejak dahulu.

Misalnya, sebut saja seperti di Desa Sesait ini, bahwa sistem pengambilan keputusan; seorang Pemusungan selalu mengacu pada kekuatan agama dan adat, sehingga dalam pengambilan keputusan selalu melibatkan kepemimpinan kolektif  yang terdiri atas Pemusungan, Penghulu dan Mangku Gumi (Perbekel Adat), yang merupakan figur publik, dimana masing-masing tokoh ini memiliki keahlian dibidangnya.

Selanjutnya papar Djekat, ”bila pada era orde baru terjadi dominasi kekuasaan oleh Kepala Desa dalam arti penguasa tunggal di desa, maka mau bilang apa, sebab UU No.5 Tahun 1979 membentuk karakter itu,”katanya.

Disamping itu, jelas Djekat DW, bahwa pola pemerintahan yang dahulu memiliki hirarkis yang sangat kuat, jadi ada sistem komando. Saat ini era reformasi sudah bergulir dan kran demokrasi sudah dibuka, maka sebaiknya para Kepala Desa harus meresponnya untuk membentuk pola pemerintahan lokal dengan melibatkan semua unsur di desa, sebagai satu kesatuan.

Menyimak pernyataan Djekat DW ini, maka sudah dapat dipastikan bahwa, hukum berupa UU No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, telah melakukan pendekatan sentralistik dan berbau monolitik (kekuasaan tunggal), hingga menghilangkan hak-hak masyarakat adat dan menyumbat Grass Root Democraty.

”Dengan adanya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka memberikan ruang gerak bagi pranata lokal untuk dimunculkan kembali dalam Pemerintahan Desa,”jelas Djekat.

Pola Pemerintahan di Desa Sesait telah menyatukan semua elemen sebagai satu kesatuan hukum untuk mewujudkan hak politik, demokrasi dan partisipasi masyarakat, yaitu hak berpendapat, hak memilih dan dipilih, serta hak pengawasan. Disamping itu, pola hubungan pada sistem pemerintahan ini memiliki pola hubungan konsultatif, koordinatif, kontrol dan fasilitatif. (Eko).

Kondisi Pranata Lokal Pada Wet Sesait (6)

SESAIT, -- Beberapa temuan dalam intervensi pranata lokal pada wet Sesait (Persekutuan Adat Sesait), fungsi dan eksistensinya di masyarakat wet Sesait (Desa Kayangan, Desa Sesait, Desa Pendua dan Desa Santong) sampai saat ini sangat kuat.

Tidak jarang institusi (pranata) ini masih efektif dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan dan konflik horisontal serta mampu mengajukan perubahan struktur pemerintahan desa berikut tugas dan fungsi tanggung jawabnya.

Menurut Perbekel Adat Sesait Masidep, menjelaskan bahwa institusi pranata lokal dan unsur-unsur yang mampu bertahan dan ada yang diaktifkan kembali dalam sistem  Pemerintahan Desa pada era otonomi luas saat ini, diantaranya, sebut saja Banjar,Lang-lang, Merebot, Kyai, Penghulu, Calak, Pembayun, Mangku, Belian, Pemusungan, Juru Tulis, Keliang, Jintaka, Anakoda, Pengancang, Nyawen dan lain-lain.

Keberadaan institusi dan pranata lokal di Sesait ini, lanjut Masidep, tetap bertahan   dari zaman ke zaman dan eksistensinya tetap kuat untuk di jalankan, baik dari segi tugas, fungsi maupun tanggung jawabnya.

Selanjutnya temuan hasil inventarisasi beberapa institusi dan pranata lokal, baik yang masih tetap dipakai oleh Pemerintah setempat dan masyarakat, namun harus dikembalikan dahulu, maupun yang masih kuat keberadaannya ditengah-tengah masyarakat, serta menjabarkan peran, fungsi dan tanggung jawabnya dari satuan-satuan pemerintahan desa.

Menurut pemerhati Adat Wet Sesait, Abidin Tuarita,B.Sc  mengatakan bahwa, institusi dan pranata lokal yang sampai saat ini diberdayakan kembali, diantaranya adalah Pemusungan, Keliang, Juru Tulis, Juru Arah, Lang-lang, Mangku Gumi, Penghulu,Toak Lokaq, Jintaka, Aji Makam,Anakoda dan lain-lain.

Selanjutnya Abidin Tuarita juga menjelaskan bahwa institusi dan pranata lokal yang kembali diberdayakan di Sesait ini, adalah merupakan hak-hak masyarakat adat yang selama era pemerintahan orde baru telah dikebiri bahkan dibekukan.

Konsepsi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada masa pemerintahan ored baru, benar-benar mengalami internalisasi setelah keluarnya UU No.5 Tahun 1979. Keluarnya produk Undang-undang ini memberi arti yang cukup mendalam bagi tenggelamnya hak-hak masyarakat adat atas kelembagaan sosial, budaya,ekonomi dan politik.

Undang-undang Pemerintahan Desa yang berbau monolitik ini,lanjut Abidin, memberlakukan penyeragaman struktur pemerintahan desa yang sebelumnya memiliki struktur kelembagaan pemerintahan masyarakat adat yang plural.

”Hak-hak masyarakat adat meliputi tiga hal mendasar, yaitu, pertama; mengacu pada hak-hak atas sumber kehidupan/hak ulayat yang berada diwet geografis mereka, kedua; pengakuan hak-hak masyarakat adat didasarkan pada tradisi dan hukum yang mengatur masyarakat adatnya sendiri; dan yang ketiga adalah pengakuan pada sistem dan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik, ”urai Abidin Tuarita.(Eko).

Membangun SDM KLU Membutuhkan Proses Panjang

KAYANGAN, -- Sumber Daya Manusia Kabupaten Lombok Utara, kalau tidak dibangun sejak dini, maka akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup generasi mudanya.
Hal ini terungkap ketika Badan Pemeberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) KLU, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan KLU, menggelar Penyuluhan Narkoba HIV-AIDS bagi Generasi Muda untuk dua Kecamatan diwilayah timur, yakni Kecamatan Kayangan dan Bayan. Acara ini diikuti 37 orang peserta dan digelar di aula Kantor Camat Kayangan,Selasa (22/02) lalu.
Selain dihadiri oleh para narasumber dan 37 orang peserta dari dua Kecamatan, juga dihadiri oleh para pimpinan SKPD, anggota Muspika, Karyawan Kantor Camat Kayangan, para Kepala Desa, tokoh agama,  tokoh masyarakat, tokoh pemuda (Remaja Mesjid/Banjar,Karang Taruna) dan undangan lainnya.
Camat Kayangan Tresnahadi, dalam sambutannya mengatakan  bahwa, dalam membangun SDM KLU, membutuhkan dua posisi yang sangat penting, yakni dari sisi Kesehatan dan dari sisi Pendidikan. Karena hal inilah yang menjadi skala prioritas, sehingga perlu di utamakan.
”Indeks Prestasi Manusia (IPM) KLU jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di Nusa Tenggara Barat ini, KLU yang terendah. Lalu siapa yang akan berbuat menghadapi fenomena semacam ini?, ”katanya dengan nada tanya.
”Posisi kita untuk berbuat adalah membangun semangat dan karakter warga KLU. Karena kedepan, dibutuhkan partisipasi masyarakat semakin besar. Jadi warga KLU perlu diberikan pemahaman sejak dini tentang bahaya Narkoba, akibat yang ditimbulkannya,”tambahnya.
Tresnahadi juga berpesan kepada seluruh peserta yang hadir dalam penyuluhan ini, agar mengikuti dengan  baik, serius dan tekun, sehingga nantinya ilmu yang didapat, dijadikan acuan atau pedoman dalam menjalani kehidupan ditengah-tengah masyarakat.
Sementara itu, Kepala BPMD KLU Drs H,Jayadi Nurdin mengatakan, ini salah satu bentuk kepedulian pemerintah dalam menekan kemungkinan penyalahgunaan Narkoba dikalangan generasi muda KLU.
Sebagian besar wilayah KLU adalah sebagai daerah tujuan wisata. Maka untuk mengantisipasi tersebarnya virus HIV-AIDS yang bisa menular lewat jarum suntik dan gonta ganti  pasangan ini, perlu diadakan penyuluhan tentang bahaya Narkoba ini, terutama bagi generasi muda nya.(Eko).

Selasa, 22 Maret 2011

Pelantikan Pengurus Koperasi Usaha Bina Bersama Lokok Tujan Sesait

SESAIT, -- Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian KLU melantik Pengurus Koperasi Usaha Bina Bersama Lokok Tujan Sesait, Senin (21/03) lalu.

Dalam acara ini dihadiri Kadis Koperasi yang diwakili Kabid Koperasi, Sekcam Kayangan, Pemusungan Sesait, Kadus Lokok Tujan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengurus dan anggota Koperasi Usaha Bina Bersama, serta undangan lainnya.

Ketua Pengurus Koperasi Usaha Bina Bersama Raden Supardin, dalam laporannya menjelaskan keberadaan  Koperasinya, sebelumnya ini bernama Kelompok Usaha Bina Bersama. Untuk mendapatkan pengakuan dan perhatian dari pemerintah, maka nama Kelompoknya berubah menjadi Koperasi.

”Kami harapkan  agar kelompok kami ini mendapatkan pengakuan Pemerintah dan memiliki Badan Hukum,”terangnya.

Dikatakan R.Supardin bahwa, keanggotaan dari Koperasi miliknya ini, sebagaian besar (90%) anggotanya para petani dan pengusaha setempat.

Namun demikian, diakui R.Supardin bahwa, sejak berdirinya Koperasi ini 28 oktober 2009 lalu, dengan jumlah anggotanya 20 orang  , telah mengumpulkan modal dari anggota sebesar Rp.12.600.000. Dana ini diperoleh dari simpanan wajib anggota, simpanan pokok dan simpanan sukarela. Pada RAT tahun buku 2010 lalu telah memperoleh SHU sebesar Rp. 4.200.000.

Menurut sekretaris Koperasi Usaha Bina Bersama Lokok Tujan Sesait ini Ngarti, mengatakan bahwa dana dari simpanan pokok anggota sejumlah 5 juta saat ini, rencananya akan ditingkatkan.

”Rencana simpanan pokok anggota ini, kami akan tingkatkan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah  jumlah modal, disamping simpanan wajib juga tetap jalan,” kilah Ngarti berjenggot tipis ini.

Sementara itu, Pemusungan Sesait Murdan dalam sambutannya mengharapkan agar Koperasi yang sudah terbentuk dan akan dikukuhkan saat ini, jangan sampai jalan setengah-setengah. Sebab, banyak Koperasi yang ada diwilayah ini yang tinggal namanya saja.

”Ada Koperasinya, ada pengurusnya, tetapi semuanya itu tinggal namanya saja,”katanya.

”Kalau pengurusnya sibuk di pekerjaan yang lain, paling tidak adakan RAT dan kepengurusannya diserahkan kepada yang lain. Ini dimaksudkan agar Koperasi tersebut bisa jalan,”tambahnya.

Hal senada juga disampaikan  Camat Kayangan yang diwakili Sekcam Kayangan R.Kertamono, mengharapkan agar pengurus Koperasi ini dalam menjalankan aktifitasnya, lebih-lebih anggotanya ini 90 % adalah para petani. perlu bekerjasama dalam berbagai hal.

R.Kertamono juga berpesan kepada pengurus bahwa dalam melakukan usahanya agar menggunakan prinsip-prinsip ekonomi. Ini dimaksudkan adalah untuk menekan para tengkulak dalam mempermainkan harga. Untuk itu, mohon kepada dinas terkait untuk terus melakukan pembinaan.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian KLU, yang diwakili Kabid Koperasi Ahmad Abdul Gani, melantik secara resmi Pengurus Koperasi Usaha Bina Bersama Lokok Tujan Sesait.

 Dalam arahannya, Ahmad Abdul Gani mengingatkan kepada pengurus, agar setiap akhir tahun buku melakukan RAT. Kalau tidak melaksanakannya maka Badan Hukumnya dicabut.(Eko).



Kepala SMA Negeri 1 Kayangan Tinjau Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah


SESAIT, -- Hari pertama Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah (UAS), Senin (21/03) lalu, SMA Islam Al Ikhwan Sesait di tinjau Kepala SMA Negeri 1 Kayangan.
Hal ini dilakukan, karena SMA Islam Akhwan Sesait, 4 tahun terakhir ini, ujiannya bergabung dengan SMA Negeri 1 Kayangan. Dalam kunjungan kerja kali ini, Kepala SMAN 1 Kayangan Drs Moh.Hakam Yamin didampingi waka bidang kurikulum Gede Mudra,S.Pd.
”Kehadiran kami disini (SMA Al Ikhwan..pen) adalah sebagai bentuk tanggung jawab kami selaku penyelenggara Ujian. Karena SMA Islam Al Ikhwan Sesait ini bergabung kepada kami, jadi kami perlu memantaunya,”kata Hakam Yamin, yang juga mantan Kasek SMA Bayan ini.
Sementara itu, Kepala SMA Islam Al Ikhwan Sesait Abdul Gaib Annas,S.Pd menerangkan, kesiapan akademis siswanya sebelum menghadapi UAS maupun UN tahun ini,  sejak dini pihaknya sudah mempersiapakan diri. Mulai dari kesiapan pemantapan dengan mengadakan penambahan jam belajar, less tambahan, pengayaan dan try out, maupun dengan belajar kelompok. Semua ini, menurutnya adalah salah satu strategi bagaimana siswa mampu menjawab soal-soal yang di ujikan.
”Try Out / pengayaan sudah kami laksanakan selama tiga bulan. Pelaksanaannya pada malam  hari dan siswa di inapkan/dipondokkan selama  itu,”ungkap Kasek yang sehari-harinya dipanggil Ga’ib ini.
”Mudah-mudahan, seluruh siswa kita pada ujian tahun ini bisa lulus 100% seperti tahun sebelumnya, ”tambahnya.
Namun, diakui Ga’ib bahwa, selama proses kegiatan belajar mengajar selama ini sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, walau masih ada beberapa kekurangannya.
 Menurut wakil Kepala Sekolah bidang Humas Masidep,S.Pd  menerangkan bahwa, dalam proses belajar mengajar di sekolah ini, masih ada beberapa kendala ataupun  kekurangannya, yang  sampai saat ini dirasakan oleh sebagian guru-guru. Diantaranya minimnya buku-buku paket ataupun LKS.
Ketika ditanya seputar keberadaan guru-guru di sekolah ini, Masidep mengatakan itu sudah cukup.
”Kalau tenaga pengajar di SMA Islam Al Ikhwan Sesait ini, dari kwantitas maupun kwalitas sudah cukup. Semua guru disini berkwalifikasi S1, ”terangnya.(Eko)


Jumat, 18 Maret 2011

Struktur Kelembagaan Adat Sesait (5)

SESAIT, -- Secara historis, munculnya adat di Sesait memiliki empat komponen Petinggi Adat yang sudah diakui secara turun - temurun.
Menurut Djekat, salah seorang  tokoh adat Sesait mengatakan bahwa, petinggi adat yang kalau di komunitas Sesait dikenal dengan ’Tau Lokaq Empat,’ yaitu, Pertama,Pemusungan Adat, adalah sebagai pimpinan pemerintahan desa, Kedua, Penghulu Adat, adalah tokoh agama sebagai pemegang, penegak dan pengatur masalah hukum serta norma-norma agama dan adat. Ketiga, Jintaka, yaitu sebagai pemberi dan pelaksana izin/hajat yang diminta masyarakat, dan yang Keempat yaitu Mangku Bumi, yaitu sebagai perumus dan penentu awiq-awiq dan sanksi-sanksi adat.
Selanjutnya Djekat menjelaskan bahwa empat komponen tadi merupakan jabatan dalam struktur kelembagaan Adat Wet Sesait bersifat baku. Artinya apapun yang terjadi, rezim manapun yang berkuasa di negara ini, serta bagaimanapun perubahan zaman, komunitas adat Sesait tetap menghormati dan menjunjung tinggi keberadaan dan eksistensinya.
Hal ini dapat dibuktikan, bahwa pada puncak pemerintahan orde baru dengan berbagai kebijakannya yang berdampak pada penggembosan pranata lokal dan institusi adat, tetapi di Sesait, lembaga adat dan keempat komponennya itu tetap utuh dan kokoh.
Menurut perbekel adat Sesait Masidep, mengatakan bahwa, sebagai Petinggi Adat dengan jabatan dan tugasnya masing-masing, keempat tokoh Tau Lokaq Empat ini memiliki kepribadian yang mencerminkan kemuliaan dan keikhlasan terhadap tugas-tugas yang di embannya serta perlambangan untuk keempat tokoh ini lebih bernuansa Islam.
Lebih lanjut Masidep menjelaskan perlambangan dari keempat tokoh Tau Lokaq Empat ini dengan bernuansa Islam yang kental.
Pertama, Pemusungan Adat, dilambangkan dengan warna ’merah’, artinya keberanian, yaitu berani mengambil sikap, keputusan dan kendali terhadap segala permasalahan yang dihadapi. Apapun yang terjadi harus berani bertanggungjawab, baik internal maupun eksternal. Sosok ini menggambarkan watak dan kepribadian sahabat Nabi Muhammad Saw yang bernama ’Sayyidina Ali’,ra.
Kedua, Penghulu Adat, dilambangkan dengan warna’putih’ artinya kesucian, yaitu harus menentukan hukum dan norma-norma yang bersih, baik terhadap agama maupun adat, sehingga tidak menimbulkan penyimpangan hukum atau norma yang mengarah pada ketidakadilan. Disamping itu tokoh ini pengemban amanat untuk selalu melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad Saw secara utuh, sehingga sosok ini menggambarkan watak dan kepribadian sahabat Nabi yang kedua yakni ’Sayyidina Abubakar, ra’.
Ketiga, Jintaka (Mangku Alam), dilambangkan dengan warna ’kuning’ artinya pemberi/penyebar, yaitu menyebarluaskan wilayah hukum adat Sesait dan memberi izin berupa pelaksanaan syarat/hajat yang berkaitan dengan bencana atau musibah. Misalnya, sebut Masidep, wabah kekeringan, wabah penyakit dan macam-macam wabah penyakit lainnya. Tokoh ini pula memiliki keahlian dalam menciptakan kemakmuran,baik perekonomian maupun usaha-usaha lain. Sosok ini menggambarkan watak dan kepribadian sahabat Nabi Muhammad Saw yang ketiga yaitu ’Sayyidina  Utsman, ra.’
Keempat, Mangku Gumi, dilambangkan dengan warna ’biru’ atau ’hijau’ artinya kesuburan yang mendatangkan kemakmuran, sehingga dapat memberi warna kehidupan yang sejahtera lahir bathin.
Berkaitan dengan kesuburan, masih menurut Masidep, bahwa pemelihara lingkungan alam pertanian dan menjaga kesuburan tanaman, sejak tanam bibit hingga panen. Kegiatan yang menyangkut tanah dan tanaman, Mangku Gumi ini dibantu oleh stafnya (penyuluh/PPL-nya) yang disebut ’Anakoda’ yang tersebar diseluruh gubug/kampung. Sedangkan untuk kegiatan pelestarian alam atau hutan (gawah) dan lingkungannya, Mangku Gumi dibantu oleh beberaoa stafnya yang disebut ’Mangku Gawah’. Karena dapat memberi atau menciptakan kesuburan, kemakmuran dan ketentraman bagi warga, maka Mangku Gumi ini digambarkan seperti watak sahabat Nabi Muhammad Saw yang keempat yaitu ’Sayyidina Umar, ra”.
Jabatan yang mempunyai tugas dan kewenangan masing-masing, namun pada saat-saat tertentu, empat tokoh yang kalau di wet Sesait disebut Tau Lokaq Empat ini, bekerjasama secara kolektif, terpadu dan terkoordinasi. Dimana Pemusungan Adat bertindak sebagai penggerak dan pengendali. Misalnya penangkal kekeringan dan wabah penyakit, upacara agama dan adat, kebutuhan dalam upacara perkawinan, serta penyelesaian berbagai kasus adat dan sosial kemasyarakatan. (Eko).

Perekrutan Jabatan Ketua UPK Kayangan yang Baru

KAYANGAN, -- Dengan mundurnya Ahmad Afandi dari jabatan Ketua UPK Kecamatan Kayangan beberapa waktu lalu,  maka praktis jabatan Ketua UPK selama ini kosong.

Berdasarkan hasil Musyawarah Antar Desa terdahulu, disepakati akan membentuk tim seleksi yang anggotanya terdiri dari Fasilitator Kecamatan, Kasi PMD selaku PJOK,TKAD, serta mengumumkan tentang lowongnya jabatan Ketua UPK.

”Pengumuman tentang perekrutan calon Ketua UPK yang baru sudah disebarkan ke semua desa, sehingga banyak yang mengajukan lamaran ke UPK. Dari panitia seleksi sudah mengadakan seleksi dan menetapkan 5 calon Ketua UPK untuk dipilih dalam MAD saat ini, Kamis, (17/03), ”jelas Camat Kayangan Tresnahadi dalam pengantarnya sebelum pemilihan dimulai.

Jumlah pemilih yang akan menentukan siapa yang terbaik dari kelima calon Ketua UPK Kayangan ini adalah 48 orang , masing-masing desa 6 orang, terdiri dari Kepala Desa,pengurus TPK, tiga orang perwakilan perempuan dan satu orang tokoh masyarakat. 

’Dari 48 orang inilah yang akan memilih, menentukan siapa yang terbanyak suaranya, itulah yang akan menjadi Ketua UPK Kecamatan Kayangan yang baru.

”Silahkan gunakan hak pilih anda dengan sebaik-baiknya, kami tidak akan intervensi,”tegas Tresnahadi.

Adapun kelima calon yang akan ikut bertarung memperebutkan kursi Ketua UPK yang lowong ini, diantaranya Abdul Hakim,SE dari Sambik Jengkel Perigi Desa Selengen, Nani Triana,SE dari Lokok Rangan, Budi Ismanto,A.Md dari Bagek Kembar, Edy Kartono,SE juga dari Bagek Kembar (ketiganya dari Desa Kayangan) dan Laily Suaidah,SE dari Santong Barat Desa Santong.

Sebelum diadakan pemilihan, terlebih dahulu masing-masing calon menyampaikan visi dan misi, komitmen, pendidikan dan pengalaman kerja. Hal ini dimaksudkan agar nantinya dalam menjalankan tugas jabatan Ketua UPK yang baru, betul-betul mampu melaksanakannya dengan  maksimal. 

”Tugas Ketua UPK itu sangat berat, jadi dibutuhkan tenaga yang mampu mengembannya,” kata Murdiyanto, salah seorang tokoh masyarakat  Desa Kayangan ketika diminta komentarnya seputar tugas-tugas Ketua UPK kedepan.

Hasil akhir dari proses pemilihan calon ketua UPK ini adalah unggul Edy Kartono,SE diurutan pertama, mengalahkan dua rival sedaerahnya, dengan mengantongi jumlah suara 18. Disusul Abdul Hakim,SE dengan  7 suara, Laily Suaidah,SE dengan 5 suara, Budi Ismanto,A.Md dengan 3 suara serta Nani Triana,SE dengan satu suara.

Dengan kemenangan telak ini, Edy Kartono,SE dengan alamat Bagek Kembar Desa Kayangan, sudah bisa dipastikan akan  menduduki jabatan Ketua UPK Kecamatan Kayangan yang baru, menggantikan posisi Ahmad Afandi yang ditinggalkannya beberapa waktu lalu, karena mengundurkan diri.

Ketika ditanya, apa yang mesti dilakukannya, setelah dinyatakan terpilih sebagai Ketua UPK Kecamatan Kayangan yang baru, Edy Kartono mengatakan,  akan melihat dulu program yang telah dibuat pejabat lama, baru kemudian bisa berbuat.(Eko).

 

Pemahaman Adat Versi Komunitas Sesait (4)

SESAIT,-- Adat adalah sesuatu yang bersifat luhur, yang menjadi landasan kehidupan bagi masyarakat. Adat ditetapkan secara bersama sejak zaman dahulu hingga sekarang sebagai sarana menjamin keharmonisan antara sesama manusia dengan alam sekitar, dan manusia dengan sang penciptanya.

Menurut Pembekel Adat Sesait Masidep, mengatakan bahwa adat sering dipertentangkan dengan agama oleh banyak kalangan, terutama dimasa transisi dari istilah ”gama telu”(gama waktu telu) menjadi ”gama lima” (agama Islam). Justeru agama mengakui keberadaan adat sebagai bentuk pengejawantahan dari keyakinan beragama.

Dijelaskan Masidep bahwa, umumnya dalam masyarakat Suku Sasak khususnya komunitas Sesait, dikenal istilah ”Adat Luwir Gama”, bahwa adat bersendikan agama.

”Hukum adat sangat perlu ditumbuhkan sepanjang tidak bertentangan dengan norma-norma agama,”jelas Masidep.

Dengan istilah ”agama diadatkan” dan bukan ”adat diagamakan” artinya, lanjut Masidep,bahwa perintah-perintah agama harus diadatkan atau dibudayakan dan diamalkan  dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat adat Sesait sangat menjunjung tinggi keluhuran adat luwir gama dengan senantiasa melaksanakan tradisi upacara keagamaan versi adat Sesait, seperti sebut saja upacara agama bulan Mi’raj, upacara syukuran bulan lebaran, upacara ruwah tananman, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw secara adat dan lain-lain.

Kegiatan – kegiatan ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu oleh pranata adat dan agama yang memiliki kepribadian tinggi terhadap nilai-nilai agama Islam.Sehingga sudah merupakan agenda budaya yang tetap dipertahankan dan dilestarikan dari generasi ke generasi.

Sementara itu salah seorang tokoh adat Sesait Djekat mengatakan bahwa, kata adat dari segi hukum mengandung pengertian norma atau aturan yang merupakan kebiasaan tidak tertulis. Walaupun sifatnya tidak tertulis, tetapi mengandung unsur nilai yang dihormati dan disepakati oleh seluruh masyarakat adat Sesait.

Sedangkan unsur nilai adat pada umumnya ,menurut Djekat menjelaskan, ada dua hal, pertama, hal-hal yang bersifat anjuran atau keharusan yang patut dikerjakan, kedua,hal-hal yang bersifat larangan atau menurut adat bersifat ”Maliq”(Pemalik) untuk dikerjakan.

”Khusus untuk unsur yang kedua,apabila dilanggar akan mendapat sanksi moral berupa ejekan,celaan,cemoohan dari warga persekutuan adat Sesait,”katanya (Eko).

Kiprah Kelompok Ternak Bina Keluarga Sesait

SESAIT, --- Keberadaan Kelompok Ternak Bina Keluarga Sesait, sangat dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar. Pasalnya, beberapa waktu lalu Kelompok ini mendapatkan Bantuan Sejuta Sapi (BSS) sejumlah 30 ekor, dari Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Ketua Kelompok Ternak Bina Keluarga Majidin, mengatakan kepada Penulis, bahwa dirinya bersama warga sekitar mendirikan kelompok ini didasarkan pada keadaan masyarakat setempat. Terutama untuk mengurangi kemiskinan, memberdayakan generasi muda, mengangkat ekonomi rakyat. Disamping itu, untuk mencegah terjadinya kehilangan ternak ditingkat peternak.

Diakui Majidin, disamping tujuan utama terbentuknya kelompok ternak bina keluarga Sesait ini, juga dalam programnya sebagai penyedia Saprodi, simpan pinjam dengan bunga rendah.

”Bukan semata-mata ternak saja yang kita bina, tetapi juga melakukan penyediaan Saprodi dan simpan pinjam untuk anggota dengan bunga yang rendah,”jelas Majidin.

”Ini sangat membantu kebutuhan anggota, ”tambahnya.

Dijelaskan Majidin, awalnya merintis pembentukan kelompok ternak bina keluarga ini, disamping untuk mencegah pencurian ternak yang akhir-akhir ini marak terjadi, juga untuk memudahkan bagi para pemilik ternak mengamankan ternak mereka. Karena mereka juga kesulitan tempat untuk menempatkan ternaknya.

”Jumlah anggota kelompok sampai saat ini 40 orang. Dimana 50% nya anggota kelompok ini tidak memiliki ternak. Berawal dari kondisi inilah sehingga kami berusaha melakukan pendekatan dengan instansi terkait, dalam hal ini Pemda Tingkat I Nusa Tenggara Barat, melalui program Bantuan Sejuta Sapi ( BSS ), kami mendapatkan bantuan 30 ekor sapi,”terang Majidin.

Dengan adanya perhatian pemerintah seperti ini, maka kelompok ternak bina keluarga Sesait ini, dituntut untuk berkiprah dalam menjaga dan mengamankan kepercayaan yang diberikan pemerintah tersebut. Karena dalam waktu dekat, menurut Majidin, akan ada lagi bantuan serupa untuk melengkapi yang sudah ada.

Ditempat terpisah, Pemusungan Sesait Murdan, ketika ditanya masalah ini mengatakan menyambut positif adanya ide warganya untuk membentuk perkumpulan seperti Kelompok Ternak Bina Keluarga di Sesait ini. Diakui Murdan bahwa dirinya juga salah satu anggota dari kelompok ini.

Modal  awal yang harus dipenuhi  anggota kelompok ini yaitu dengan kewajiban mengumpulkan gabah satu kwintal  ditambah uang seratus ribu rupiah/anggota. Sehingga modal awal kelompok ini 40 kw gabah dan uang 15 juta rupiah.

Sementara salah seorang anggota kelompok Arudin Jawik, ketika ditemui saat jaga dikandang tersebut mengatakan, bahwa keberadaan kandang kolektif ini sangat membantu bagi dirinya dan warga lainnya. Karena setiap saat selalu gantian yang jaga.

”Setiap malam petugas jaga selalu gantian dengan anggota yang lain. Sehingga kita juga ketika tidak jaga, bisa santai dengan keluarga dirumah,”ungkap Jawik.

Diakui Aru Jawik, bahwa tugas jaga dikandang kolektif milik kelompok ternak bina keluarga di Sesait ini, sangat beresiko. Sebab, menurutnya, lengah sedikit, bisa-bisa nyawa taruhannya. Disamping itu, jika terjadi kehilangan ternak saat giliran jaga, yang jaga tadi harus bertanggung jawab untuk mengganti rugi seberapa besar akibat kehilangan itu.

”Jadi ini penting difahami anggota kelompok, agar kita tidak lengah,”kilah Jawik.(Eko).

Sosialisasi Kegiatan Revitalisasi Kelompok Bina Bina di Kayangan

KAYANGAN,-- Dalam rangka upaya mewujudkan tercapainya keluarga bahagia dan sejahtera, maka BPM, PPKB dan Pemdes KLU bekerjsama dengan PKK Kabupaten Lombok Utara, Selasa (15/03) lalu, gelar sosialisasi bagi kelompok kegiatan revitalisasi kelompok Bina Bina.

Hadir dalam acara ini, anggota Muspika, para pimpinan SKPD, para Kepala Desa, para peserta sosialisasi sejumlah 50 orang, dari 5 desa, terdiri dari kelompok BKB (27 orang), kelompok KKL ( 9 orang), kelompok KKR (9 orang) dan kelompok FIKR (5 orang).

Camat Kayangan Tresnahadi, dalam pengantarnya mengatakan bahwa kegiatan ini memang program Pemerintah, bagaimana memperhatikan masyarakat, mulai dari balita sampai dengan lansia.Inilah yang di tangani Bina-Bina.

Kegiatan yang diselenggarakan BPMD bekerjasama dengan PKK Kabupaten Lombok Utara sampai dengan tingkat desa ini, diharapkan, lanjut Tresnahadi, bahwa dengan adanya pembinaan struktur organisasi ini secepatnya menjadi lebih baik, lebih kuat dan lebih bagus lagi, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tresnahadi berharap kepada para peserta yang hadir agar mengikuti kegiatan ini dengan sebaik-baiknya, dengan tekun, serius dan sungguh-sungguh, sehingga tidak terkesan hanya sekedar kegiatan seremonial belaka, tetapi ada dampak positif yang bisa diambil dari kegiatan ini.  

Dikatakan juga, bahwa jumlah peserta yang mengikuti kegiatan revitalisasi kelompok Bina-Bina yang diselenggarakan di aula Kantor Camat Kayangan Kabupaten Lombok Utara ini sejumlah 50 orang dari 5 desa dari 8 desa yang ada, antara lain desa Sesait, desa Santong, desa Dangiang, desa Kayangan dan desa Selengen. 

”Ada 3 desa yang tidak diikutkan dalam kegiatan ini, yaitu desa Pendua, desa Gumantar dan desa Salut, ini karena memang yang di jatahkan 50 orang yang ada di DPA BPMD KLU,”jelas Tresnahadi.

Sementara dari BPMD KLU yang diwakili Kasi KB Sabdi,S.Sos mengatakan bahwa, tugas Tim Pelaksana Revitalisasi Kelompok Bina Bina ini turun ke masing-maisng Kecamatan adalah untuk melaksanakan  kegiatan revitalisasi dan melakukan pembinaan, monitoring dan pelaporan pelaksanaan revitalisasi Kelompok Bina Bina.

” Ini semua dilakukan dalam rangka upaya mewujudkan tercapainya Keluarga Bahagia dan Sejahtera,” katanya.

Dikatakan juga bahwa tujuan revitalisasi ini adalah untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Jadi apapun nama kelompok sasaranya tetap manusianya. Karena menurut Sabdi, yang melaksanakannya adalah manusianya. 

Disamping itu, tujuan yang lainnya yaitu ingin membangunkan kembali kelompok-kelompok yang pernah ada sebelumnya, seperti kelompok BKB,KKR,PAUD,FIKR dan lain-lainnya, agar difungsikan sebagaimana mestinya. Artinya dalam kiprahnya dapat berfungsi maksimal sesuai dengan tujuan kelompok tadi terbentuk.(Eko).

Kamis, 17 Maret 2011

SMPN Satap 3 Kayangan, Gelar Perpisahan dengan Mahasiswa PPL

KAYANGAN,-- Mahasiswa Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram, angkatan XII gelar perpisahan di aula SMPN Satap 3 Kayangan, Sabtu (12/03) lalu.

Perpisahan yang dilakukan Mahasiswa UNW Mataram  yang sejak dua bulan lalu melaksanakan PPL di sekolah tersebut, berlangsung sederhana.

Kepala SMPN Satap 3 Kayangan Liman,S.Pd dalam pengantarnya mengharapkan  semoga dengan telah selesainya melaksakana PPL di sekolah ini, tidak akan pernah bosan untuk melaksanakan tugas ditempat lain. Hal ini dimaksudkan karena dengan melakukan PPL ini adalah program wajib yang harus ditempuh oleh Mahasiwa jurusan kependidikan, sebelum menyelesaikan tugas akhir di Perguruan Tinggi.

Liman, dalam kesempatan itu juga menyampaikan bahwa peserta PPL disekolahnya selama melaksanakan tugasnya, sudah mendapatkan bimbingan dari guru pamong, sehingga nantinya bisa bermanfaat ditempat tugasnya yang lain.

”Mahasiswa UNW Mataram yang melakukan PPL di SMPN 3 Satap Kayangan ini, secara rutin mendapatkan bimbingan dari guru pamong, sehingga diharapkan bermanfaat bagi diri mereka nantinya ditempat tugas yang lain,”jelas Liman.

Karena sebagian besar Mahasiswa PPL ini, lanjut Liman  adalah guru-guru Madrasah. Jadi  bekal dalam melaksanakan tugas mereka selaku tenaga pendidik sudah tidak bisa diragukan lagi. Mereka sudah memiliki kemampuan tentang itu sebelum melaksanakan PPL dari Perguruan Tinggi dimana mereka menempuh study akhir.

”Saya yakin, sebelum Mahasiswa PPL melaksanakan tugasnya di sekolah ini, sudah memiliki kemampuan sebagai tenaga kependidikan. Karena kita ketahui bahwa tugas yang harus dan mesti dimiliki oleh seorang guru sebelum mengajar adalah sebelumnya sudah mempersiapkan perangkat pembelajaran, seperti program tahunan, program semesteran, Silabus dan batasan-batasan lainnya,”ungkap Liman.

”Mari, kita evaluasi diri kita masing-masing dengan Iman, Intelektual dan Komitmen. Kalau hal ini tidak dimiliki oleh guru, maka hal inilah yang dikatakan guru yang DO ( drop out),”himbaunya.

Sementara itu, dari pihak Pertguruan Tinggi yang mewakili Universitas Eko Sekiadim,S.Sos, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Kepala SMPN Satap 3 Kayangan beserta jajarannya, dalam memberikan petunjuk maupun bimbingannya selama Mahasiswa PPL menjalankan tugasnya di sekolah tersebut.

Eko Sekiadim juga mengingatkan kepada Mahasiswa, agar menjadikan pengalaman  yang didapatkan selama melaksanakan PPL di sekolah tersebut, bisa diterapkan ditempat tugas masing-masing. Eko juga meminta kepada Mahasiswa agar didalam melaksankan tugas sebagai seorang guru, harus melengkapi diri dengan perangkat pembelajaran, seperti program tahunan, program semester, silabus dan batasan-batasan lainnya. 

”Jika semua perangkat pembelajaran ini dipenuhi oleh seorang guru, maka inilah yang dikatakan guru yang profesional,”jelas Eko.

Disamping itu, lanjutnya, guru harus bisa bekali diri dengan keterampilan bernyanyi. terutama lagu-lagu wajib nasional. Karena dewasa ini, jarang guru yang bisa menguasai lagu-lagu wajib. Sehingga akibatnya, siswa ditingkat dasar dan menengah jarang bisa lagu-lagu wajib nasional.

”Bagaimana bisa menyanyikan lagu wajib nasional, sementara guru di sekolah tersebut tidak pernah mengajarkannya. Atau, mungkin guru tersebut tidak menguasai lagu-lagu wajib nasional,”tandas Eko.

Ditempat yang sama, Ketua Kelompok PPL Rendahadi mengatakan bahwa, motto dari kelompok mereka sebelum mengikuti PPL di SMPN Satap 3 Kayangan ini adalah ’from zero from hero’. Dikatakannya bahwa sejak masuk ke sekolah tersebut, mereka berkeyakinan dalam keadaan kosong, ingin berbuat menjadi pahlawan. Artinya, menurut Rendahadi, mereka sebelumnya (pra PPL) tidak memiliki bekal apa-apa dalam mengajar (keadaan kosong) dan setelah menjalaninya, baru memiliki bekal (jadi pahlawan).

Terakhir, Rendahadi berharap, semoga  dengan bimbingan, petunjuk dari pihak sekolah selama mengikuti PPL tersebut, dirinya bersama rekan-rekannya, mengucapkan terima kasih.

”Mudah-mudahan semua ini, menjadi bekal kami dalam menjalankan tugas ditempat kami masing-masing natinya,”harap Rendahadi. (Eko).

Sejarah Masuknya Islam di Gumi Sesait (3)

SESAIT,-- Nama dan istilah Sesait berasal dari bahasa Arab, yaitu Sayyid, sebagai istilah untuk memberi gelar kepada para pemimpin agama atau orang yang memiliki pengetahuan luas dibidang agama Islam.

Kata Sayyid, juga digunakan untuk menunjuk seseorang yang memiliki gelar keturunan atau sahabat Nabi Muhammad Saw yang menyebarkan agama Islam.

Konon, berawal dari sebuah kampung kecil bernama Sesait, yang merupakan sebuah dusun tertua dan tradisional, bahwa pada zaman jelma ireng (zaman gelap/Kecikol Kondoq), datanglah seorang ulama muda dari Timur Tengah (Bagdad) bernama Sayyid Anom atau Sayyid Rahmat atau lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat  untuk menyebarkan agama Islam.

Di kampung kecil inilah si Sayyid tinggal untuk menetap dan menyebarkan ajaran agama Islam. Sepeninggal  Sayyid Anom, namanya sering disebut dengan sebutan Si Sayyid (Sesait), yang kemudian diabadikan untuk memberi nama kampung tempat tinggalnya yang sampai saat ini disebut Sesait.

Dusun Sesait merupakan dusun tertua dan tradisional diwilayah Desa Sesait, yang lazim disebut dusun adat. Karena di dusun inilah terdapat benda-benda bersejarah peninggalan Sayyid Anom dalam kiprahnya menyebarkan agama Islam. Seperti Al-Qur’an tulis tangan pada kulit onta, yang usianya menurut Piagam Sesait sekitar 580 tahun yang lalu. Disamping itu, ada juga peninggalannya yang lain, seperti Mesjid Kuno, Tongkat khutbah yang terbuat dari hati pohon pisang (galih) dan Balai Agung Adat (Singgasana Raja) yang disebut Kampu.

Ajaran-ajaran yang dibawa oleh ulama Sayyid Anom ini adalah Fiqh Ushul dan Tasawuf. Dalam praktek syiarnya, metode yang dilakukan adalah tidak bertentangan dengan adat istiadat setempat. Sehingga dalam perayaan hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad Saw  ketika itu, dilaksanakan secara adat. Hingga kini, ritual Maulid adat di kampung yang namanya Sesait ini, tetap lestari pelaksanaan Maulid secara Adat.

Ulama Sayyid Anom, dalam penyampaian risalah atau ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ini, menurut Piagam Sesait, bahwa Raja Sesait Demung Melsi Jaya, berikut empat orang Patihnya masuk Islam pada awal abad ke 17.(Eko).

 

Senin, 14 Maret 2011

MA Nurul Islam Kayangan, Gelar Rapat Evaluasi

KAYANGAN,-- Menghadapi ujian Mid Semester dan Ujian Nasional tahun ini, MA Nurul Islam Kayangan, gelar rapat evaluasi dan koordinasi, Jumat (11/03) lalu.

Rapat Evaluasi dan Koordinasi yang digelar dengan dihadiri Pimpinan Yayasan, Ketua Komite Sekolah, para Guru dan TU ini, dimaksudkan adalah untuk membahas beberapa agenda terkait dengan persiapan menghadapi ujian tengah semester maupun menjelang ujian nasional tahun ini.

Kepala MA Nurul Islam Kayangan Agus Suparno,S.Hi, dalam pengantarnya mengatakan bahwa, proses kegiatan belajar mengajar di sekolahnya untuk semester genap ini sudah berjalan tiga bulan. Tentu menurutnya, disamping persiapan menghadapi ujian tengah semester, persiapan ujian nasional juga perlu dibicarakan.

Agus Suparno menyampaikan ucapan terimakasih juga kepada Ketua Komite Sekolah atas kiprahnya dalam mengawasi kegiatan proses Kegiatan Belajar Mengajar di Madrasah terebut.

”Atas nama sekolah, kami ucapkan terima kasih kepada Ketua Komite atas keaktifannya dalam mengawasi proses KBM di sekolah ini,’katanya.

Sementara itu, Ketua Komite MA Nurul Islam Kayangan Nurta,S.PdI mengatakan bahwa, kehadiran guru-guru di sekolah dalam mengisi setiap jam pelajaran sudah bagus. Hanya saja diakui Nurta, perlu ditingkatkan lagi.

Berdasarkan hasil evaluasi Administrasi yang dilakukannya, pihaknya  menemukan tiga ranah yang masih minim.Ketiga ranah tersebut antara lain, daftar hadir, proses KBM dan dana. 

’Mudah-mudahan pada pada tahun berikutnya ada peningkatan,”harapnya.

Pada pertemuan tersebut, disamping membahas tufoksi masing-masing bagian (waka,guru,TU), juga membahas masalah persiapan menghadapi ujian tengah semester maupun Ujian Nasional mendatang.

Ketua Panitia Try Out MA Nurul Islam Murdiyanto,SE mengatakan bahwa, persiapan jelang Ujian Nasional tahun ini, pihaknya sudah melakukan persiapan untuk itu.

”Untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional tahun ini, kami sudah melakukan beberapa persiapan, diantaranya dengan mengadakan les tambahan, belajar kelompok maupun dengan mengadakan try out sudah beberapa kali,”jelasnya.

Sedangkan untuk ujian tengah semester, lanjut Murdiyanto, bahwa pelaksanaannya tergantung pihak sekolah, apa mau dilaksanakan atau tidak, itu semua kembali pada kesiapan sekolah untuk melaksanakannya.

”Sebenarnya, untuk Mid juga alangkah baiknya dilaksanakan dan harus direncanakan satu bulan sebelumnya, agar guru-guru bisa mempersiapkan soal-soal yang akan dibuat,”himbaunya.(Eko).

 

Banjir Landa Saluran Air Bersih,Warga Dua Desa Minum Air Hujan

SALUT,-- Sejak terjadinya bencana banjir dan longsor akhir –akhir ini, akibat hujan turun terus-menerus sebagian  wilayah Desa Salut dan Desa Selengen Kecamatan Kayangan, lumpuh.

Longsor ini terjadi akibat terjangan banjir yang menghantam perpipaan air bersih, yang terpasang dilereng bukit 1 km dari arah sumber mata air Mursemalang. Akibatnya, warga dua desa yang memanfaatkan air bersih dari mata air Mursemalang tersebut, terpaksa minum air hujan.

Menurut keterangan Sainur (30) salah seorang karyawan Kantor Desa Salut, ketika ditemui diruang kerjanya mengatakan, bahwa dampak bencana longsor yang terjadi di desa Salut ini, berakibat rusaknya saluran perpipaan air bersih sepanjang 150 meter (25 buah pipa 6”). 

”Keadaan ini mengakibatkan 1.873 KK terpaksa mengkonsumsi air hujan untuk minum dan memasak, sehingga banyak yang mengalami diare,”jelas Sainur.

Dampak langsung akibat terjadinya bencana tersebut, lanjut Sainur, 9 dusun di wilayah Desa Salut , dengan 1.073 KK dan 6 dusun di wilayah Desa Selengen, dengan 800 KK, terpaksa harus mengkonsumsi air hujan.
Salah seorang warga Salut Barat, yang terkena dampak rusaknya saluran air bersih tersebut, ketika ditanya Penulis, bahwa dirinya bersama warga yang lain mengaku, sejak saluran air terkena bencana akibat banjir yang terjadi beberapa waktu lalu dan air bersih tidak lagi mengalir ketempatnya, menggunakan air hujan untuk minum, memasak, mencuci dan untuk keperluan lainnya.

Sementara itu, menurut keterangan sumber dari Pemerintah Desa setempat, bahwa keadaan ini sudah diantisipasi dengan mengadakan penyelamatan pipa yang terbawa banjir, termasuk juga para pekasih turun tangan langsung membenahi keadaan dengan menggunakan alat seadanya. Tetapi, diakuinya bahwa keadaan itu tidak membantu, malah semakin parah.

”Kita berharap agar dinas terkait, dalam hal ini Dinas PU dan Dinas Kesehatan, memperhatikan dengan serius dan bisa di fasilitasi masalah ini,”harapnya.(Eko).