Senin, 28 Januari 2013

Prosesi Ritual Maulid Adat Gumantar, di Guyur Hujan

Gumantar,(SK) –“Prosesi ritual Maulid Adat Gumantar tahun ini berlangsung selama tiga hari tiga malam, dimulai dari sejak Jum’at hingga Minggu malam.
 Namun prosesi ritual Maulid Adat yang sudah berlangsung pada hari ketiga tersebut di guyur hujan lebat yang turun sejak sore minggu,(27/01/2013), tidak membuat masyarakat adat Gumantar urung lakukan ritual itu, lebih-lebih seluruh masyarakat adat Gumantar,tua-muda turut ambil bagian dalam menari di halaman depan Mesjid Kuno.Ini menunjukkan tanda syukur mereka, maka seluruh masyarakat menunjukkannya dengan turun menarai, kaerna telah usai pelaksanaan ritual yang sekali setahun rutin dilaksanakan itu. Dimana tarian yang melegenda dikalangan masyarakat adat Gumantar ini secara turun-menurun dari nenek moyang mereka dikenal dengan sebutan Migel.

Tradisi maulid adat di Gumantar yang dimulai dari bersih-bersih lalu Merembun (mengumpulkan) segala hasil bumi (beras,dll) di Bale Beleq (rumah adat) itu, sudah berlangsung berabad-abad.Sejak agama Islam masuk di Gumantar sekitar abad ke 17 M bersamaan dengan wilayah Bayan, Sukadana, Batu Gembung,Salut dan Sesait, maka tradisi Maulid seperti yang kita saksikan saat ini, memang masyarakat adat Gumantar ini kuat memegang teguh pelaksanaan ritual adatnya. Ini terbukti dari setiap rentetan atau urutan pelaksanaan adatnya selalu rapi dan teliti.Karena setiap pekerjaan ritual adat dikerjakan oleh orang yang memang purusanya.”Jadi sudah tahu apa yang harus dikerjakan pada saatnya, tidak perlu di berikan aba-aba atau komando,”jelas Sukariah salah seorang tokoh adat yang juga Kepala Dusun Gumantar ini.

Kendati hujan lebat mengguyur di Gumantar, namun pelaksanaan ritual adatnya tidak tertunda.Para pelaku dalam prosesi pelaksanaan Maulid adat tersebut terus melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugasnya masing-masing.Ini terbukti ketika para pengiring praja Maulid sudah selesai melaksanakan tugasnya di Mesjid Kuno dan ketika mau turun untuk kembali ke Bale Beleq, maka para pengiring yang terdiri dari 10 orang kaum perempuan dengan menggunakan pakaian adat tersebut, kembali ke Mesjid Kuno untuk menjemputnya walau di guyur hujan lebat.

Sementara itu, masyarakat adat Gumantar di alun-alun Mesjid Kuno, pada saat praja Maulid turun dari Mesjid Kuno di jemput oleh para pengiringnya itu, dengan semangat terus saja menari sejadi-jadinya yang walaupun di guyur hujan lebat. Mereka menari semakin semangat dan semakin lama bertambah banyak yang turun menari, apalagi ketika mendengar bunyi gong gamblan ditabuh oleh para penabuh,seakan-akan ada magnetnya yang menarik setiap orang yang berada disekitar itu, untuk turun menari.”Kaki saya ini gatal-gatal mau ikut nari,”kata Husnul Hotimah, warga setempat.

Hingga berita ini dibuat, kegiatan menari dihalaman Mesjid Kuno itu terus berlangsung dan bahkan semakin lama semakin banyak yang ikut menari.Pola tarian mereka modelnya sama yang walaupun gendingnya berbeda. (Eko).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar