Selasa, 29 Januari 2013

Prosesi Ritual Maulid Adat Ala Gumantar

Gumantar,(SK) –Prosesi ritual Maulid Adat Gumantar rutin untuk setiap tahun pelaksanaannya berlangsung selama tiga hari tiga malam. Prosesi ritual Maulid Adat Ala Gumantar ini terus dipertahankan hingga kini. Keberadaan komunitas Gumantar dalam pelaksanaan Maulid Adat masih menganut system tradisi secara turun temurun.
 Untuk menyongsong pelaksanaan ritual Maulid Adat Gumantar, satu minggu sebelumnya sudah dilakukan berbagai persiapan. Seperti Meleah Bale Gubuq (membersihkan kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid Kuno dan gotong royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual Maulid Adat, termasuk membersihkan Lokok Bikuk.

Menurut A.Sukari, salah seorang tokoh adat Gumantar mengatakan bahwa, kegiatan pendahuluan meleah ini adalah merupakan Saur Sanga (Nasar) sebagai wujud syukur kepada Allah Swt, karena setiap tahun dapat bertemu lagi dengan bulan Maulid. Sehingga masyarakat komunitas Gumantar dapat melaksanakan ritual adat seperti yang dicontohkan oleh para leluhur.

“Ini adalah tradisi para leluhur, dimana kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan ritual Maulid adat di wet Gumantar ini adalah meleah atau Saur Sanga,”terang A.Sukari, yang dibenarkan juga oleh A.Rupidi yang juga tokoh adat setempat. Sementara itu, tokoh adat Gumantar yang lain, seperti Rinansah menjelaskan kepada penulis tentang rangkaian prosesi ritual Maulid Adat Gumantar, sejak awal persiapan hingga berakhirnya ritual tersebut.

Dikatakan, pada hari pertama yang dilakukan oleh masyarakat adat Gumantar menjelang pelaksanaan Maulid adatnya adalah seperti meleah disekitar Bale Gubuq (membersihkan kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid Kuno dan gotong royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual Maulid Adat, termasuk membersihkan Lokok Bikuk.

Disamping itu, yang perlu dipersiapkan pada hari pertama itu antara lain membuat Jojor (lampu yang terbuat dari kapas dan buah jarak pagar yang di racik jadi satu),menguluh (ambil padi bulu dari Sambi (Lumbung padi) untuk persiapan nasi ayat dan menentukan praja Mangku dan Praja Penghulu.Praja ini berjumlah 4 orang perempuan, yang terdiri dari 2 orang yang sudah tua (sudah menopause) dan 2 orang lagi yang masih belum aqil balik.Tugasnya adalah sebagai tokoh utama dalam pelaksanaan proses ritual Maulid Adat.Misalnya, praja inilah yang bertugas menumbuk padi bulu untuk dijadikan nasi ayat,praja ini pula yang berada paling depan dalam bisok beras maupun ketika naik ke Mesjid Kuno dalam puncak pelaksanaan Maulid Adat.Sedangkan Praja Maulidnya yang terdiri dari 2 orang berada di belakang dari praja itu. 

Pada hari kedua, kegiatan adat yang dilakukan adalah mempersiapkan kayu bakar,gong dua di turunkan kemudian mencucinya di lokok Bikuk.Setelah selesai mencuci, gong dua itu kembali ke Bale Beleq untuk dilakukan ritual tabuh selama tiga kali, baru kemudian di bawa ke tempatnya di depan Mesjid Kuno untuk ditabuh selama berlangsungnya prosesi Maulid Adat.Namun sebelum mulai ditabuh, disembelihkan ayam terlebih dahulu diatas gong maupun kelentangnya. Setelah mulai ditabuh, maka pada saat ini, masyarakat adat Gumantar sudah boleh menari menggunakan tarian yang dikenal dengan sebutan Migel.

Siang harinya dilakukan kegiatan Merembun (mengumpulkan) segala hasil bumi (beras,dll) di Bale Beleq (rumah adat). Dalam acara merembun ini dilakukan oleh kaum hawa dengan menggunakan wadah Praras (bakul kecil) dan berpakaian adat. Pada sore harinya bisok beras pun dilakukan ke Lokok Bikuk oleh praja Mangku dan Praja Penghulu bersama dengan inan pawon dan diiringi oleh sedikitnya 10 hingga 12 orang perempuan dengan menggunakan pakaian adat khas Gumantar. Dalam acara bisok menik ini, menurut Rinansah, tidak berdasarkan Purusa.”Siapa saja boleh melakukannya,”kata Rudim.

Sementara menunggu segala sesuatunya siap, di alun-alun Mesjid Kuno Gumantar masih tetap berlangsung tarian yang menurut bahasa Gumantar disebutnya Migel. Bersamaan dengan itu, di bale beleq, Ancak untuk wadah membawa nasi ke Mesjid Kuno nantinya pun dipersiapkan, praja mulud juga sedang dipersiapkan.
Kemudian acara selanjutnya menurut Rudim (45) adalah Tau Lokak sudah siap diberugak bersama sama dengan Pengancang dan berpakaian adat.

“Kalau sudah Tau Lokak sudah siap di Berugak bersama dengan Pengancang, ini berarti prosesi ritual Maulid Adat, akan segera digelar,”terang Rudim.  Acara dilanjutkan dengan iring-iringan sepasang Praja Mulud menuju Mesjid Kuno, dengan 10 orang laki-laki membawa ancak (dulang terbuat dari bambu) dan 20 pasang wanita mengiring paling depan dengan menggunakan pakaian adat.

“10 laki-laki pembawa ancak ini, langsung naik ke Mesjid Kuno bersama dengan Praja Mulud, sedangkan 20 wanita sebagai pengiring tadi, hanya sampai diluar Mesjid,”kata Rudim. ‘Puncak akhir dari prosesi ritual Maulid adat Gumantar ini, sama dengan seperti di Bayan, yaitu puncaknya dengan naiknya Praja Mulud ke Mesjid Kuno. Sedangkan kalau di Sesait, puncak Maulid adatnya dengan di naikkannya Nasi Aji di Mesjid Kuno.(Eko).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar