Senin, 13 Februari 2012

Ritual Maulid Adat Ala Gumantar

Gumantar,(SK),--–Prosesi ritual Maulid Adat Gumantar tahun ini berlangsung selama dua hari dua malam, dimulai dari Merembun (mengumpulkan) segala hasil bumi (beras,pisang,kopi,dll) di Bale Beleq (rumah adat). Dalam acara merembun ini dilakukan oleh kaum hawa dengan menggunakan wadah Praras (bakul kecil) dan berpakaian adat,”jelas Rinansah.
Sebelumnya dipilih dua orang dedara santri (gadis belia) yang belum aqil baliq untuk dijadikan praja khusus tugasnya menumbuk padi bulu, yang baru di turunkan dari Sambi (lumbung) oleh Tau Lokak. “Petugas ini, bisa orang yang sudah usia lanjut (menopause) atau gadis belia yang belum aqil baliq,”jelas Sukariah. Yang penting dua orang, katanya.

Kegiatan berikutnya,adalah Bisok (cuci) Gong Adat sebelum diturunkan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan agenda Bisok Menik (Cuci Beras) yang dilakukan oleh kaum hawa, di Lokok Bikuk sekitar 200 meter sebelah barat Dusun Gumantar, dengan diiringi oleh gong adat dari peraduannya.

Ritual cuci beras ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di hari pertama dan kedua pada pagi hari oleh kaum hawa dengan susunan barisannya, dua orang paling depan yang menumbuk padi, kemudian di susul 19 orang pengiringnya dengan membawa praras kecil yang berisi beras.Semua petugas pencuci beras ini menggunakan pakaian adat tradisional khas Gumantar, hanya pakai kain batik hingga menutupi dada dengan balutan amben.

Dalam acara bisok menik ini, menurut Rinansah, tidak berdasarkan Purusa.”Siapa saja boleh melakukannya,”katanya.

Usai cuci beras, kemudian kembali ke balai adat, untuk kemudian diserahkan kepada petugas yang khusus memasak nasi di dapur adatnya. Jumlah petugas yang khusus memasak nasi ini empat orang dengan menggunakan pakaian adat. Mereka tidak boleh di ganti hingga selesainya proses ritual perayaan Maulid adat. Setelah nasi dan lauknya sudah siap saji, maka dilakukan acara selamatan oleh Tau lokaq di dalam Mesjid Kuno Gumantar.

Di hari kedua, kembali dilaksanakan ritual cuci beras seperti proses pencucian pada hari pertama dan tempatnya masih tetap yaitu di Lokok Bikuq.Iringan gong adat pun tetap dibunyikan mengiringi barisan pencuci beras. Hal ini dilakukan untuk persiapan makanan yang akan di naikkan ke Mesjid Kuno bersamaan dengan naiknya Praja Mulud di hari yang terakhir.

Sementara menunggu segala sesuatunya siap, di alun-alun Mesjid Kuno Gumantar masih tetap berlangsung tarian yang menurut bahasa Gumantar disebutnya Migel. Bersamaan dengan itu, di bale beleq, praja mulud juga sedang dipersiapkan.

Kemudian acara selanjutnya menurut Rinansah adalah Tau Lokak sudah siap diberugak bersama sama dengan Pengancang dan berpakaian adat.

“Kalau sudah Tau Lokak sudah siap di Berugak bersama dengan Pengancang, ini berarti prosesi ritual Maulid Adat, akan segera digelar,”terang Rinansah.

Acara dilanjutkan dengan iring-iringan sepasang Praja Mulud menuju Mesjid Kuno, dengan 10 orang laki-laki membawa ancak (dulang terbuat dari bambu) dan 20 pasang wanita mengiring paling depan dengan menggunakan pakaian adat. “10 laki-laki pembawa ancak ini, langsung naik ke Mesjid Kuno bersama dengan Praja Mulud, sedangkan 20 wanita sebagai pengiring tadi, hanya sampai diluar Mesjid,”kata Rinansah.

Setelah semua hidangan yang disajikan diatas ancak tadi sudah naik ke Mesjid, kemudian pengiring yang terdiri dari dua orang yang bertugas numbuk padi dan 19 petugas cuci beras itu pun kembali ke berugak agung pembekel untuk menerima ala kadarnya. Ketika Tau Lokaq beserta Praja Mulud sudah selesai ritualnya di Mesjid Kuno, para pengiring ini pun kembali ke Mesjid untuk menjemput Tau Lokaq dan Praja Mulud yang akan turun dari Mesjid kembali ke berugak agung pembekel tempatnya semula.

Setelah selesai pelaksanaan ritualnya, Tau Lokaq dan Praja Mulud sudah turun dari Mesjid Kuno, barulah masyarakat adat Gumantar lainnya menerima ala kadarnya. Usai itu semua tradisi Migel tetap berlanjut hingga tengah malam. ”Pokoknya, pada malam terakhir usai pelaksanaan proses ritual Maulid Adat di Gumantar ini, semua masyarakat pada Migel ( menari) habis-habisan,”terang Lusniwati warga setempat.

'Puncak akhir dari prosesi ritual Maulid adat Gumantar ini, sama dengan seperti di Bayan, yaitu puncaknya dengan naiknya Praja Mulud ke Mesjid Kuno. Sedangkan kalau di Sesait, puncak Maulid adatnya dengan di naikkannya Nasi Aji di Mesjid Kuno.

Bubar dari Mesjid Kuno Gumantar, Tau Lokaq Lima, lalu berangkat ke Dasan Beleq untuk melakukan ritual yang sama seperti di Gumantar. (Eko)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar