Sabtu, 25 Februari 2012

Perayaan Maulid Merupakan Momen Membangun Silaturrahmi

Kayangan,(SK),-- Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Kayangan tahun 2012 ini tidak jauh beda dengan perayaan pada tahun sebelumnya.
Perayaan Maulid atau lazim dikenal dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw ini menjadi momentum yang selalu ditunggu-tunggu warga muslim di berbagai pelosok wilayah KLU. Masyarakat muslim yang tersebar diberbagai pelosok desa,dusun bahkan kampung di daerah ini, masyarakat Islam masih antusias dan bersemangat merayakan hari besar Islam tersebut.

Setiap kali perayaan Maulid digelar, berbagai kegiatan keagamaan dan tradisional pun bermunculan. Mulai dari acara ngurisan, khitanan,baca berzanji,lomba azan,puitisasi terjemahan Al-Qur’an,syahril,tilawah dan kegiatan pendukung lainnya, seperti kegiatan olahraga dan hiburan.

Perayaan Maulid biasanya berlangsung meriah dan hal ini bukanlah barang baru,sebab ramainya perayaan seperti itu sudah dilakukan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi, selalu meriah. Apalagi perayaan itu dikemas secara adat, seperti yang dilakukan oleh masyarakat adat disebagian wilayah timur Dayan Gunung ini, seperti di wet Sesait, Gumantar, Sukadana,Salut,Semokan,Anyar dan Bayan. Ritual ini terus berlangsung sepanjang masa.

Menurut catatan Sejarah mulai adanya perayaan Maulid ini sebenarnya bermula pada masa Pemerintahan Bani Taimiyah, kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Khalifah Bani Abbas, yaitu ketika berkuasanya Sultan Salahuddin Al Ayyubi atas kota Mekah dan Madinah saat itu.

Perintah merayakan maulid ini disampaikan untuk pertama kalinya oleh Salahuddin Al Ayyubi pada musin haji tahun 579 H (1183 M). Sebagai penguasa kota suci Mekkah dan Madinah saat itu, atas persetujuan Khalifah Bani Abbas di Bagdhad, Salahuddin Al Ayyubi menghimbau kepada jamaah haji dari seluruh dunia yang hadir kala itu, jika nantinya setelah kembali ke kampung halaman masing-masing agar segera mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat Islam.

Sultan Salahuddin merayakan tardisi Maulid ini, selain bentuk cintanya kepada Rasul, juga sebagai cara untuk meningkatkan semangat juang kaum Islam yang sudah hilang kala itu.

Perintah sosialisasi maulid ini, konon ceritanya di tentang oleh sebagian ulama.Sebab sejak zaman Nabi Muhammad Swa dulu, peringatan seperti itu tidak pernah ada.Lebih-lebih hari raya resmi menurut ajaran Islam ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Akan tetapi Sultan Sahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw adalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, sehingga tidak dapat di kategorikan bid’ah yang terlarang.Sosialisasi pun berlangsung sukses.

Di banyak Negara,termasuk Indonesia, warga masyarakat dalam merayakan kegiatan maulid selalu dilaksanakan dengan meriah yang dibungkus dengan berbagai lomba dibidang keagamaan, olah raga maupun hiburan.Namun perlu diakui bahwa perayaan maulid ini, untuk masing-masing daerah berbeda cara menggelarnya.

Disamping itu, bahwa kegiatan perayaan Maulid diberbagai pelosok tersebut dijadikan momentum para pejabat Pemerintah untuk berkeliling ke mesjid-mesjid menghadiri undangan warga masyarakatnya, dalam rangka membangun silaturrahmi. Karena dengan membangun silaturrahmi yang kuat, tentu program dari pemerintah dalam rangka membangun daerah ini akan berhasil. (Eko)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar