Jumat, 09 Desember 2011

Berwisata ke Makam Raja Sumbawa

Sumbawa,-- .Makam Sampar, begitulah masyarakat Sumbawa menyebutnya. Makam ini letaknya tidak jauh dari kota Sumbawa besar, sekitar 1 km arah timur Dalam loka.

Siapa saja yang datang ketempat tersebut, cukup dengan mendaki bukit setinggi 100 m dari Ai-Awak maupun Keban-Lapan kelurahan seketeng, Sumbawa Besar, kita akan langsung tiba di depan gerbang lokasi perkuburan Makam Sampar.

Situs ini disebut Makam Sampar, karena terletak di atas sampar (daratan di atas bukit). Masyarakat setempat dari sejak jaman dahulu memang sengaja menempatkan pekuburan diatas bukit mengikuti tradisi para leluhur yang biasanya membuat Makam / perkuburan di atas bukit.

Jika kita perhatikan disekitar kompleks pemakaman Sampar ini, agak berbeda dengan makam-makam disekitarnya, karena dimakam sampar ini merupakan kuburan atau makam para raja Sumbawa terdahulu bersama ahli waris serta kerabatnya.

Meskipun lokasi makam para Raja Sumbawa yang disebut Makam Sampar tersebut, yang oleh masyarakat secara turun temurun ditempatkan diatas bukit, namun tidaklah lebih tinggi dari makam-makam rakyat biasa di sekitarnya. Dan bahkan masih ada makam-makam  rakyat biasa yang berada lebih tinggi dari makam sampar itu sendiri.

Makam Sampar dikelilingi oleh batu-batu yang disusun sedemkian rupa seperti tembok setinggi 1 m yang membatasinya dengan kuburan masyarakat biasa. Siapa nama-nama raja Sumbawa yang dikuburkan di makam sampar ini tidak dapat ditunjukkan  dengan pasti, karena tidak ada bukti tertulis yang terdapat pada  pada tiap kuburan tersebut, seperti halnya makam para raja-raja di pulau Jawa. Hal ini terjadi sangat dimungkinkan dengan alasan bahwa Agama Islam tidak memperkenankan pengkultusan terhadap kuburan.

Dewasa ini, disebelah timur Makam Sampar telah dibangun perumahan Bukit Permai, sehingga makin mempermudah bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke  Makam Sampar tersebut.

Untuk bisa mengunjungi makam Sampar ini, kita dapat dipandu oleh juru Peliharanya Ahmad Yani yang tinggal di Keban Lapan Seketeng Sumbawa.

Setelah kita puas mengunjungi situs Makam Sampar yang merupakan Makam  para Raja Sumbawa ini, kemudian kita bisa melanjutkan perjalanan menuju situs makam lainnya, yang memiliki karomah tersendiri pada jamannya.

Karongkeng adalah sebuah desa yang berjarak 6 km dari Empang ibu kota Kecamatan Empang  (107 km dari Sumbawa Besar). Untuk bisa sampai ke makam karongkeng ini, dapat ditempuh dengan menggunakan alat transportasi tradisional daerah setempat berupa kendaraan cidomo, sepeda gayung, sepeda motor ataupun mobil, karena jalannya cukup baik.

Melalui jalur jalan raya dari Empang, sebelum memasuki dusun karongkeng ada tanjakan sepanjang 50 m. pada akhir tanjakan sebelah kanan terlihat dengan jelas papan penunjuk yang bertuliskan lokasi makam Karongkeng.

Memasuki areal makam, terasa sejuk karena berada di Lutuk kerimbunan daun pohon asem yang bertengger dengan angkernya disekitar kompleks makam. Untuk mendapatkan keterangan dan penjelasan lebih jauh, ada juru pelihara  yang tinggalnya tidak jauh dari makam didalam Dusun Karongkeng, yang bernama Fatimah, sehari-harinya biasa dipanggil Ipok (ibunya Adnansyah). Mereka adalah keturunan juru pelihara makam terdahulu.

Dari profil makam Karongkeng ini terlihat bahwa jasad yang terkubur ditempat itu bukanlah orang sembarangan. Jasad yang dimakamkan ditempat itu adalah H. Abdul Karim (Haji Kari) seorang penyiar Islam / seorang Mubaliq Islam yang berjasa pada masanya di daerah Sumbawa khususnya Karongkeng.

Beliau adalah tokoh yang memiki Karomah yang luar biasa, karena konon katanya berdasarkan cerita secara turun-temurun di daerah Karongkeng, Abdul Karim, ketika hendak ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji kala itu, tanpa menggunakan alat transportasi seperti yang dilakukan jaman sekarang. Namun Abdul Karim ketika itu pergi tanpa melalui perjalanan yang biasa.

Abdul Karim adalah anak dari keluarga biasa, namun Allah mentaqdirkannya dengan ilmu dan karomah yang sungguh diluar kemampuan manusia biasa, sehingga beliau mengembangkan Islam di Sumbawa bagian timur pada masanya, jauh sebelum raja Sumbawa masuk Islam di tahun 1623. Sayangnya kita tidak dapat mengetahui secara pasti bagaimana masa kehidupan Abdul Karim kala itu. (@)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar