Jumat, 01 April 2011

Penjaga Situs Lokok Kremean, Marga Sanggia

Sesait, Lombok Utara - Lokok Kremean adalah salah satu situs Sesait yang hingga kini masih lestari.Belum lama ini, situs yang tiap tahunnya langganan digunakan sebagai rangkaian prosesi bisok beras (cuci beras) menjelang pelaksanaan Maulid Adat, kini dibenahi.

Puluhan pemuda wet Sesait yang tergabung dalam Himpunan Pemuda Pencari Situs Sesait (HPPSS) bekerjasama dengan marga Sanggia gotong royong membenahi situs Lokok Kremean (24/02/2011).

Menurut penuturan Lakiep (48) yang sudah empat tahun menjaga situs ini, mengaku bahwa, keberadaan dirinya sebagai penjaga situs tersebut berdasarkan Purusa (garis keturunan) dari Bapuk Buntit-Amaq Sanggia (Marga Sanggia).

”Saya menjaga situs Lokok Kremean ini sudah empat tahun, dari sejak ayah saya tiada. Marga kami menjaga situs ini secara turun-temurun atau berdasarkan Purusa,”beber Lakiep.

Disamping situs Lokok Kremean, lanjut Lakiep, ada pula situs yang lain. Diantaranya adalah Sumur Jukung, Sumur Minyak, Batu Lesong dan Lokok Nampih.

Lakiep menjelaskan bahwa, situs-situs ini ada keterkaitannya satu sama lain.

”Menurut cerita orang tua jaman dahulu, bahwa sebelum pelaksanaan Maulid Adat, ditempat situs ini, Pare (padi)  ditutu (ditumbuk) , kemudian ditampik (dibersihkan), kemudian di Krem (di rendam), lalu dibuat Jaja Pangan (sejenis penganan), lau di goreng. Setelah semuanya  ini sudah selesai, kemudian dibawa kembali menggunakan Jukung (sampan/rakit) ke Kampu (rumah adat) di Sesait untuk proses selanjutnya.”cerita Lakiep dengan semangat.

”Itulah sebabnya ada situs Batu Lesong (digunakan untuk menumbuk padi), situs Lokok Nampih (tempat Menampik/membersihkan beras), situs Lokok Kremean (tempat merendam beras sebelum dibuat jaja pangan) dan situs Sumur Jukung (diyakini sebagai sampan/rakit untuk membawa beras dan jaja pangan ke Kampu),”jelas Lakiep.

Ketika ditanya, apakah ada perhatian dari Perbekel Adat terhadap dirinya selaku penjaga situs Lokok Kremean tersebut, Lakiep mengaku tidak ada sama sekali. Hanya saja, katanya kalau sudah ada keperluan menggunakan situs ini sebagai tempat prosesi kegiatan Maulid adat, baru pihak Perbekel Adat menghubungi dirinya.

”Ini betul-betul karena Purusa saja, kami menjaga situs ini. Walau kami menjaganya berdasarkan Purusa, namun kami ikhlas, biarpun tidak mendapatkan perhatian serius dari pemegang kebijakan,”kilah Lakiep. (Eko).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar