Minggu, 11 September 2011

Misteri Munculnya Sayyid Anom di Gumi Sesait ( 25 )

Bagian Kedua
SESAIT, --- Setelah Mak Beleq memastikan, bahwa Bayanlah sebagai lokasi letak kerajaan baru yang akan didirikannya nanti, maka Mak Beleq kembali ke Sesait.

Di dalam hatinya, Mak Beleq terus membayangkan, kapan rencananya itu menjadi kenyataan. Maka untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, Mak Beleq secara diam-diam survey ke daerah Bayan.
Dalam perjalanannya menuju Bayan, Maq Beleq sering singgah dibeberapa tempat, yang kelak dikemudian hari, setelah beliau berkuasa di Bayan, dijadikan daerah penyebaran Islam. Daerah yang sering disinggahinya diantaranya Dasan Beleq (Gumantar), Salut, Batu Kumbung, Semokan dan Anyar. Sehingga tidak heran ditempat-tempat yang sering disinggahi oleh Maq Beleq kala itu, hingga sekarang situs Mesjid Kuno masih ada dan tetap terpelihara.

Diceritakan oleh Juru Tulis Perbekel Adat Wet Sesait Masidep,S.Pd, bahwa setibanya di Bayan, Maq Beleq tinggal dirumah salah seorang penduduk yang tinggal sendiri diladang miliknya dipinggir kerajaan. Pada saat survey ke daerah Bayan ini, secara kebetulan Raja Bayan (Emban Sereak) yang berkuasa saat itu, di Istana Kerajaan sedang berlangsung acara Gawe Beleq dalam rangka pernikahan putrinya (tidak diketahui namanya).

Sebagaimana lazimnya kebiasaan dikalangan istana,jika raja mengadakan gawe beleq/ mengkarya besar-besaran, pasti berlangsung cukup lama, yaitu bisa 7 hari 7 malam dan bahkan bisa lebih dari itu. Acaranya pun disetiap gawe beleq seperti itu, peresean pasti tidak terlupakan.Begitu pula dengan Raja Bayan Emban Sereak kala itu, adakan gawe beleq 7 hari 7 malam untuk menikahkan putrinya. Nah,didalam acara gawe besar-besaran tersebut, Raja Emban Sereak mengundang dan  mendatangkan para jawara-jawara (para Pepadu pilih tanding) dari seluruh negeri yang ada di Pulau Lombok dan bahkan ada yang berasal dari luar daerah kekuasaannya. Disamping itu, raja juga menghadirkan para Pangeran atau Putra Mahkota dari seluruh Kerajaan yang tersebar diseluruh negeri di Pulau Lombok dan maupun yang berasal dari pulau seberang.

Oleh Maq Beleq, dari kejauhan terdengarlah sayup-sayup suara gong gambelan yang sedang ditabuh oleh para penabuh (sekaha) dari arah kerajaan. Maka Maq Beleq bertanya pada orang tua tempatnya tinggal itu, yang sudah dianggapnya sebagai neneknya tersebut, bunyi apakah itu. Neneknya mengatakan bahwa bunyi atau suara itu berasal dari kerajaan yang sedang Karya Besar (Gawe Beleq), yang didalamnya ada peresean.

Mendengar cerita neneknya itu, Maq Beleq lantas berkeinginan datang langsung untuk melihat dari dekat acara dimaksud. Namun niatnya itu tidak kesampaian, karena neneknya melarang pergi ketempat keramaian, dengan alasan, mereka adalah orang biasa, orang pedusunan alias orang udik. “Mana mungkin kita bisa hadir ditempat seperti itu.Lebih-lebih gawe tersebut, Raja yang mengadakan,”kata neneknya suatu saat.

Disamping itu, Maq Beleq masih kecil dan terlalu muda untuk hadir ditempat keramaian dan bahkan tidak jelas asal-usulnya. Karena yang hadir ditempat itu, disamping dari kalangan istana, juga dihadiri oleh para Pangeran dari kerajaan tetangga maupun para raja atau putra mahkota dari seluruh negeri.

Perasaan geger bercampur penasaran ingin melihat dari dekat, terus berkecamuk didalam hatinya. Secara pelan-pelan, Maq Beleq terus memohon kepada neneknya agar mau mengantarkan dirinya ketempat dimana Raja mengadakan acara gawe tersebut, walau hanya nonton dari kejauhan. Neneknya, melihat kemauan yang keras pada diri cucunya, akhirnya pada malam terakhir dari puncak acara gawe itu, neneknya mau mengantarkan cucunya.

Diceritakan, setelah Maq Beleq diijinkan neneknya untuk melihat dari dekat acara gawe beleq yang diadakan oleh Raja yang berkuasa kala itu, maka dengan didampingi oleh neneknya Maq Beleq berangkatlah menuju istana dimana acara gawe beleq tersebut berlangsung.

Dalam perjalanan, perasaan gembira bercampur senang terus berkecamuk dalam hatinya, kepingin cepat sampai tujuan. Seberapa ramaikah acara itu.Hal inilah yang membuat hati Maq Beleq merasa senang dan bahagia. Sudah tidak bisa dibayangkan lagi, bagaimana cara mengungkapkan perasaan gembiranya.

Dengan langkah yang pasti sambil senyum sumringah,Maq Beleq yang didampingi neneknya berangkatlah menuju istana kerajaan dimana Raja sedang mengadakan gawe beleq itu.

Akhirnya, walau dengan bersusah payah Maq Beleq bersama neneknya, tiba jualah mereka di istana kerajaan. Setibanya di istana, mereka hanya bisa menyaksikan acara dari kejauhan. Walau demikian, Maq Beleq merasa puas.

Ketika partai terakhir dari acara peresean tersebut, tampillah calon menantu raja, yang oleh para pangeran yang hadir tersebut, dikenalnya sebagai jawara atau pepadu pilih tanding. Sehingga membuat kecut para pangeran yang hadir. Dengan tampilnya pepadu pilih tanding di arena, yang tidak lain adalah calon menantu raja yang berkuasa saat itu, sesekali melontarkan sesumbarnya.

Namun, dari seluruh pangeran yang hadir maupun dari kalangan rakyat biasa, tidak ada yang berani tampil melawan calon mantu raja.Bahkan tidak ada yang berani mengeluarkan suara sepatah kata pun. Dalam keheningan malam yang semakin larut itu, ditambah dengan rasa ketakutan yang mencekam, maka tiba-tiba muncullah seorang pemuda ke tengah arena menyatakan kesiapannya untuk beradu tanding dengan pepadu pilih tanding yang terlebih dahulu berada di tengah arena. Pemuda itu tiada lain adalah Maq Beleq sendiri.

Dikisahkan, tanpa pikir panjang pepadu pilih tanding yang tak pernah terkalahkan tersebut, langsung meladeni pemuda tadi (Maq Beleq).Awalnya pada ronde-ronde permulaan, Maq Beleq tidak melawan atau membalas pukulan demi pukulan yang dilontarkan lawannya.Begitu pula dengan ronde berikutnya, Maq Beleq tetap tidak mau membalas pukulannya.

Para pangeran yang hadir menyaksikan peristiwa itu, merasa keheranan. Tidak mungkin seorang lawan tidak membalas pukulan dari musuhnya.Lebih-lebih yang dilawan itu adalah pepadu pilih tanding yang tidak pernah terkalahkan di seantero Lombok kala itu.”Disinilah letak misterinya.Tidak mungkin seorang pepadu jika berlaga melawan pepadu pilih tanding tidak membalasnya,”terang Masidep, salah seorang tokoh adat Sesait, yang juga pekembar peresean di daerah KLU ini.

Diceritakan, bahwa pada ronde kedua, barulah Maq Beleq meladeni atau membalas pukulan lawannya (pepadu pilih tanding calon mantu raja), dengan tiga pukulan, yaitu satu pukulan ditelinga kiri, satu pukulan ditelinga kanan dan satu pukulan di kepala.Tak ayal lagi, pepadu pilih tanding tersebut bocor dan jatuh pingsan.Melihat musuhnya bocor dan tak sadarkan diri, Maq Beleq takut, sementara penonton ribut, karena pepadu idola mereka yang tidak lain calon mantu raja kalah. Maka sambil membuang tameng/perisainya, Maq Beleq langsung kabur. Dengan bantuan neneknya, maka Maq Beleq lari, sehingga selamat dan terhindar dari perhatian kalangan istana.

Sementara itu, dikalangan istana sibuk mencari siapa dan dari mana pemuda tadi yang mengalahkan calon menantu raja, karena raja bertanya tentang hal ihwal kejadian tersebut.Sehingga para punggawa kerajaan melapor kepada raja, bahwa ada seorang pemuda yang mampu mengalahkan calon menantunya.

Maka raja Emban Sereak, setelah mendapatkan laporan tersebut, segera menitahkan para punggawa kerajaan untuk menyelidiki keberadaan orang yang telah mengalahkan calon menantunya itu. Dengan menyusuri seluruh daerah kerajaan, maka usaha para punggawa kerajaan tersebut pun, tidak sia-sia. Mereka mendapatkan sebuah petunjuk yang mengarah kepada pemuda yang sedang mereka cari.Ketika mereka sampai di pojok kampung dipinggir daerah kekuasaan kerajaan, mereka mendapatkan berita bahwa ada yang melihat keberadaan  pemuda itu, ketika menghadiri acara gawe yang diselenggarakan pihak kerajaan.

Setelah mendapatkan informasi keberadaan pemuda tadi, maka raja mengutus utusannya untuk mencari orang yang dianggap pernah bersama dengan pemuda yang mengalahkan calon menantunya itu.Para utusan kerajaan itu pun berangkatlah menuju sebuah pedusunan yang terletak dipinggir kerajaan, sekitar lereng gunung Sangkareang Rinjani.

Setiba disana,para punggawa atau para utusan kerajaan tadi bertanya tentang keberadaan pemuda yang pernah melawan dan mengalahkan pepadu kerajaan beberapa waktu lalu, yang hingga saat itu belum sadarkan diri selama 3 hari 3 malam. Disamping ingin mengetahui secara detail tentang siapa sebenarnya pemuda itu, yang bisa mengalahkan pepadu kerajaan yang sudah terkenal tak terkalahkan diseantero jagad masa itu. Mungkinkah, pemuda itu bisa mengobatinya.Karena pepadu yang dikalahkannya itu adalah calon menantu Raja yang sudah 3 hari 3 malam belum sadarkan diri.

Pada saat bersamaan, tersiarlah kabar keseluruh pelosok kerajaan dikalangan rakyat Bayan, tentang kekalahan pepadu kerajaan oleh seorang pemuda yang tidak dikenal.Isu itu sudah menjadi buah bibir dari seluruh rakyat kerajaan kala itu.

Amaq Bangkol ( orang tua tempat tinggal pemuda itu) mengatakan bahwa, memang ada seorang pemuda yang tinggal bersamanya. Namun Amaq Bangkol mengaku keberadaan pemuda tadi hanya tinggal bersamanya selama 3 hari. Setelah itu menghilang dan muncul kembali setelah 3 hari kemudian. Keadaan ini berlangsung terus-menerus hingga peristiwa kekalahan pepadu kerajaan olehnya itu terjadi.

Disinilah letak misterinya.Keberadaan pemuda yang tinggal bersama Amaq Bangkol itu, 3 hari ada dan 3 hari menghilang. Dan menghilangnya pun tidak diketahui, dia menghilang kemana.Amaq Bangkol sendiri tidak mengetahuinya.Hanya saja pemuda itu pernah mengatakan bahwa dirinya mengaku berasal dari “Sesait”.

Amaq Bangkol juga mengaku tidak tahu namanya.Karena memang pemuda itu tidak pernah menceritakan siapa sebenarnya dirinya.Hanya saja dia menyebut dirinya berasal dari Sesait.

Utusan kerajaan pun hanya berpesan kepada Amaq Bangkol, jika pemuda itu datang lagi, agar dia diajak ke istana menghadap raja.

Berselang 3 hari kemudian, sebagaimana yang pernah diceritakan Amaq Bangkol kepada utusan kerajaan sebelumnya, maka pemuda itu pun muncul lagi di Bayan.

Dikisahkan, bahwa setelah pemuda itu diberitahu pesan utusan kerajaan untuk meminta dirinya menghadap ke istana, maka Amaq Bangkol pun berangkatlah ke istana kerajaan untuk melaporkan keberadaan pemuda itu, bahwa pemuda yang dimaksud sudah ada dirumahnya.

Lalu Raja segera mengutus punggawanya untuk menjemput pemuda yang dimaksud (Amaq Beleq).Maka pemuda itu pun setuju dijemput, dengan syarat Amaq Bangkol diikutkan juga ke istana.Para utusan raja pun menyetujuinya.Maka berangkatlah mereka  menuju istana kerajaan dengan menggunakan pengawalan pasukan berkuda yang ketat.

Setiba di istana kerajaan, maka pemuda tadi dipersilahkan duduk di atas singgasana yang sudah dipersiapkan disamping singgasana raja. Namun pemuda tadi menolak dan memilih duduk dibawah, bersama-sama dengan para bangsawan kalangan istana.

Rajapun bertanya tentang siapa sebenarnya pemuda itu.Nama,asal-usulnya serta orangtuanya.Pemuda itu menjawab, ”menurut orang Sesait, mereka memberikan aku nama Amaq Beleq, asalku dari Sesait dan orang tuaku, aku sendiri tidak tahu.Apakah Demung Titik Pati (Datu Sesait yang sedang berkuasa saat itu) tempat aku dibesarkan sebagai orang tuaku atau bukan, itu akupun tidak tahu. Yang jelas aku diberi nama Amaq Beleq,”terangnya.
Setelah Raja mengetahui identitas pemuda itu, maka raja berfikir bahwa pemuda inilah yang pantas menggantikan posisinya sebagai raja Bayan.Atas penawaran Raja ini,Amaq Beleq menolak dengan alasan dia masih kecil, belum pantas  memegang amanah dan belum berpengalaman.

Setelah didesak Raja,akhirnya Amaq Beleq pun menyanggupinya dengan satu syarat, yaitu ketika Amaq Beleq diangkat menjadi Raja Bayan menggantikan posisi Raja Emban Sereak, maka Amaq Beleq minta dijemputkan isterinya di Gunung Rinjani.

Disini juga letak misterinya.Pemuda tadi mengaku asalnya dari Sesait, dia tinggal dengan Datu Sesait.Tetapi setelah ditawari jadi Raja Bayan menggatikan raja emban sereak, dia setuju, asalkan dijemputkan isterinya di Gunung Rinjani.

Raja Emban Serak pun menyanggupinya.Maka diperintahkanlah para punggawa dan prajurit kerajaan sejumlah 400 orang untuk pergi ke gunung Rinajani, guna menjemput isteri Amaq Beleq yang katanya berada di gunung Rinjani.Namun diceritakan bahwa, dalam perjalanan menuju ke gunung Rinjani tersebut, para utusan kerajaan yang diberangkatkan dengan kekuatan sejumlah 400 orang tersebut,yang sampai tujuan hanya tinggal 20 orang.Yang lainnya, tidak mampu naik dan bahkan diantara para prajurit utusan tersebut, ada yang percaya dan ada pula yang tidak percaya.

”Mustahil seorang pemuda dari udik yang tidak tahu asal usulnya dan yang akan dijadikan raja di Bayan, katanya memiliki istri di gunung Rinjani lagi,”kata sebagian prajurit yang tidak percaya itu.

Dikisahkan, para utusan yang jumlahnya hanya 20 orang yang sampai gunung Rinjani untuk bertugas menjemput istri Amaq Beleq tersebut,terperangah dan kaget.Ketika mereka tiba di gunung Rinjani, ternyata isteri Amaq Beleq (Nenek Bini) yang dimaksud, sudah bersiap-siap akan berangkat, lengkap dengan kereta ‘Juli Jempana’(tandu pengantin) miliknya.

Akhirnya, isteri Amaq Beleq Nenek Bini dengan di arak keliling sekitar gunung Rinjani dan akhirnya dibawa pulang oleh 20 orang prajurit ke kerajaan Bayan.Sejak saat itu, Amaq Beleq diangkat sebagai Raja Bayan menggantikan Raja sebelumnya Emban Sereak, dengan sebutan”Datu Bayan.”

Setelah memangku secara resmi sebagai Raja Bayan, yang terkenal dengan sebutan Datu Bayan, maka misi utama yang akan dilakukan Datu Bayan kala itu adalah menggiatkan penanaman Tauhid dan Syareat Agama Islam, dengan tidak meninggalkan budaya yang berkembang dan berlaku sebelumnya di daerah Bayan.Ini berarti, agama jalan dan adat pun jalan seiring. Inilah misi utama Datu Bayan.

Selain misi itu, ada misi yang paling besar dalam menyebarkan ajaran Islam, yaitu, Datu Bayan berkeinginan mengislamkan orang Jawa,Madura, Bali, Surabaya dan seluruh kawasan pulau Lombok.Sehingga daerah-daerah yang ada di Jawa, yang pernah di kunjunginya dalam misi penyebaran agama Islam oleh para utusan Datu Bayan itu antara lain, seperti Betawi, Banten, Surabaya,Jombang dan Sumenep.

Dalam perjalanan pulang, para utusan Datu Bayan ini, pernah singgah di Bali yaitu di daerah Singaraja dan Karangasem.Namun, sebelum para utusan ini diberangkatkan dalam misi penyebaran Agama Islam tersebut, ada sebuah kesepakatan antara Datu Bayan dengan para utusan yaitu sebelum misi selesai penyebaran Islam di pulau Jawa, Madura dan Bali, maka para utusan tidak boleh kembali. Setelah misi tersebut sudah selesai baru penyebaran Islam di pusatkan di pulau Lombok.

Tetapi, kesepakatan tersebut tidak di patuhi oleh para ulama yang ada di Lombok.Artinya, para ulama yang ada di Lombok menginginkan agar penyebaran Islam di Lombok dilakukan bersamaan dengan para utusan yang ke pulau Jawa.

Dengan melanggar kesepakatan tersebut, ada seorang ahli nujum yang menghadap Raja, melaporkan bahwa ada musuh kerajaan yang asalnya dari pulau Bali bernama “Nengah Subagan”.

Raja bertanya kepada ahli Nujum tersebut, tentang siapa sebenarnya Nengah Subagan itu.Ahli Nujum mengatakan bahwa keberadaan Nengah Subagan saat itu, masih dalam kandungan ibunya yang baru berusia 3 bulan.

Sementara itu, penyebaran Islam di pulau Lombok khususnya di daerah utara gunung Rinjani, yang lebih dikenal dengan sebutan “Paer Daya” itu terus berlangsung.Sehingga dalam misi penyebaran Islam di Paer Daya dibeberapa daerah utara gunung Rinjani, diberikan hak otonomi untuk mendirikan Mesjid/langgar sebagai tempat ibadah dalam menjalankan syareat Islam.Itulah sebabnya, hingga saat ini beberapa peninggalan Mesjid Kuno di daerah utara gunung Rinjani masih ada dan tetap terpelihara.

Daerah-daerah tersebut antara lain, Mesjid Borok Sokong Tanjung, Mesjid Soloh Rempek,Mesjid Sesait,Mesjid Salut,Mesjid Gumantar,Mesjid Anyar, Mesjid Bayan,Mesjid Loloan,Mesjid Balung Birak dan lain-lain.

Dalam misi penyebaran Islam dengan memberikan hak otonom tersebut, maka Datu Bayan berfatwa yang terakhir di Mesjid Kuno Bayan, “Bahwa seluruh ulama dan tokoh adat penyebar Islam di undang untuk mendengarkan Fatwa terakhir Datu Bayan”.

Isi Fatwa Datu Bayan : “Saya sampai disini misi saya dalam penyebaran Islam.Silahkan dilanjutkan dan pertahankan penyebaran Islam di seluruh pelosok daerah otonom masing-masing.”

Pada saat berlangsungnya Fatwa Datu Bayan tersebut, secara fisik keberadaannya sudah tidak kelihatan, hanya suaranya saja (maerat) yang didengar oleh seluruh undangan yang hadir mendengarkan fatwanya yang terakhir itu.

Sehingga Datu Bayan, saat memberikan fatwa terakhir, berpesan dan mengingatkan kepada seluruh ulama dan tokoh adat yang hadir, bahwa barang siapa yang ingat kepada dirinya (Datu Bayan), maka datanglah ke tempat ini (Mesjid Kuno Bayan), aku pasti ada disini (Mesjid Kuno Bayan).

Masing-masing orang/ulama yang mendengar suara fatwa terakhir Datu Bayan itu, dimana sumber suara tersebut,lalu diberi tanda dengan batu. Sehingga sampai dengan saat ini, masyarakat mengenalnya dengan jirat Makam Bayan,Makam Sesait,Makam Karang Salah,Makam Semokan,Makam Loloan dan makam-makam lainya, yang semuanya itu terletak dilingkungan Mesjid Kuno Bayan.

Khusus di Sesait, untuk mengenang jasa Maq Beleq, karena untuk pertama kalinya dia muncul di Sesait (Koloh Bandan), ternyata Maq Beleq itu adalah seorang Sayyid keturunan Nabi Muhammad Saw, yang oleh orang Sesait dikenalnya dengan nama Si Sayyid (Sayyid Anom), sehingga untuk mengenangnya diabadikan dengan nama sebuah kampung, yang hingga saat ini bernama Sesait.@(Eko).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar