Bagian Kedua
SESAIT, --- Setelah Mak Beleq memastikan, bahwa
Bayanlah sebagai lokasi letak kerajaan baru yang akan didirikannya
nanti, maka Mak Beleq kembali ke Sesait.
Di dalam hatinya, Mak Beleq terus membayangkan, kapan rencananya itu
menjadi kenyataan. Maka untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, Mak
Beleq secara diam-diam survey ke daerah Bayan.
Dalam perjalanannya menuju Bayan, Maq Beleq sering singgah dibeberapa
tempat, yang kelak dikemudian hari, setelah beliau berkuasa di Bayan,
dijadikan daerah penyebaran Islam. Daerah yang sering disinggahinya
diantaranya Dasan Beleq (Gumantar), Salut, Batu Kumbung, Semokan dan
Anyar. Sehingga tidak heran ditempat-tempat yang sering disinggahi oleh
Maq Beleq kala itu, hingga sekarang situs Mesjid Kuno masih ada dan
tetap terpelihara.
Diceritakan oleh Juru Tulis Perbekel Adat Wet Sesait Masidep,S.Pd, bahwa
setibanya di Bayan, Maq Beleq tinggal dirumah salah seorang penduduk
yang tinggal sendiri diladang miliknya dipinggir kerajaan. Pada saat
survey ke daerah Bayan ini, secara kebetulan Raja Bayan (Emban Sereak)
yang berkuasa saat itu, di Istana Kerajaan sedang berlangsung acara Gawe
Beleq dalam rangka pernikahan putrinya (tidak diketahui namanya).
Sebagaimana lazimnya kebiasaan dikalangan istana,jika raja mengadakan
gawe beleq/ mengkarya besar-besaran, pasti berlangsung cukup lama, yaitu
bisa 7 hari 7 malam dan bahkan bisa lebih dari itu. Acaranya pun
disetiap gawe beleq seperti itu, peresean pasti tidak terlupakan.Begitu
pula dengan Raja Bayan Emban Sereak kala itu, adakan gawe beleq 7 hari 7
malam untuk menikahkan putrinya. Nah,didalam acara gawe besar-besaran
tersebut, Raja Emban Sereak mengundang dan mendatangkan para
jawara-jawara (para Pepadu pilih tanding) dari seluruh negeri yang ada
di Pulau Lombok dan bahkan ada yang berasal dari luar daerah
kekuasaannya. Disamping itu, raja juga menghadirkan para Pangeran atau
Putra Mahkota dari seluruh Kerajaan yang tersebar diseluruh negeri di
Pulau Lombok dan maupun yang berasal dari pulau seberang.
Oleh Maq Beleq, dari kejauhan terdengarlah sayup-sayup suara gong
gambelan yang sedang ditabuh oleh para penabuh (sekaha) dari arah
kerajaan. Maka Maq Beleq bertanya pada orang tua tempatnya tinggal itu,
yang sudah dianggapnya sebagai neneknya tersebut, bunyi apakah itu.
Neneknya mengatakan bahwa bunyi atau suara itu berasal dari kerajaan
yang sedang Karya Besar (Gawe Beleq), yang didalamnya ada peresean.
Mendengar cerita neneknya itu, Maq Beleq lantas berkeinginan datang
langsung untuk melihat dari dekat acara dimaksud. Namun niatnya itu
tidak kesampaian, karena neneknya melarang pergi ketempat keramaian,
dengan alasan, mereka adalah orang biasa, orang pedusunan alias orang
udik. “Mana mungkin kita bisa hadir ditempat seperti itu.Lebih-lebih
gawe tersebut, Raja yang mengadakan,”kata neneknya suatu saat.
Disamping itu, Maq Beleq masih kecil dan terlalu muda untuk hadir
ditempat keramaian dan bahkan tidak jelas asal-usulnya. Karena yang
hadir ditempat itu, disamping dari kalangan istana, juga dihadiri oleh
para Pangeran dari kerajaan tetangga maupun para raja atau putra mahkota
dari seluruh negeri.
Perasaan geger bercampur penasaran ingin melihat dari dekat, terus
berkecamuk didalam hatinya. Secara pelan-pelan, Maq Beleq terus memohon
kepada neneknya agar mau mengantarkan dirinya ketempat dimana Raja
mengadakan acara gawe tersebut, walau hanya nonton dari kejauhan.
Neneknya, melihat kemauan yang keras pada diri cucunya, akhirnya pada
malam terakhir dari puncak acara gawe itu, neneknya mau mengantarkan
cucunya.
Diceritakan, setelah Maq Beleq diijinkan neneknya untuk melihat dari
dekat acara gawe beleq yang diadakan oleh Raja yang berkuasa kala itu,
maka dengan didampingi oleh neneknya Maq Beleq berangkatlah menuju
istana dimana acara gawe beleq tersebut berlangsung.
Dalam perjalanan, perasaan gembira bercampur senang terus berkecamuk
dalam hatinya, kepingin cepat sampai tujuan. Seberapa ramaikah acara
itu.Hal inilah yang membuat hati Maq Beleq merasa senang dan bahagia.
Sudah tidak bisa dibayangkan lagi, bagaimana cara mengungkapkan perasaan
gembiranya.
Dengan langkah yang pasti sambil senyum sumringah,Maq Beleq yang
didampingi neneknya berangkatlah menuju istana kerajaan dimana Raja
sedang mengadakan gawe beleq itu.
Akhirnya, walau dengan bersusah payah Maq Beleq bersama neneknya, tiba
jualah mereka di istana kerajaan. Setibanya di istana, mereka hanya bisa
menyaksikan acara dari kejauhan. Walau demikian, Maq Beleq merasa puas.
Ketika partai terakhir dari acara peresean tersebut, tampillah calon
menantu raja, yang oleh para pangeran yang hadir tersebut, dikenalnya
sebagai jawara atau pepadu pilih tanding. Sehingga membuat kecut para
pangeran yang hadir. Dengan tampilnya pepadu pilih tanding di arena,
yang tidak lain adalah calon menantu raja yang berkuasa saat itu,
sesekali melontarkan sesumbarnya.
Namun, dari seluruh pangeran yang hadir maupun dari kalangan rakyat
biasa, tidak ada yang berani tampil melawan calon mantu raja.Bahkan
tidak ada yang berani mengeluarkan suara sepatah kata pun. Dalam
keheningan malam yang semakin larut itu, ditambah dengan rasa ketakutan
yang mencekam, maka tiba-tiba muncullah seorang pemuda ke tengah arena
menyatakan kesiapannya untuk beradu tanding dengan pepadu pilih tanding
yang terlebih dahulu berada di tengah arena. Pemuda itu tiada lain
adalah Maq Beleq sendiri.
Dikisahkan, tanpa pikir panjang pepadu pilih tanding yang tak pernah
terkalahkan tersebut, langsung meladeni pemuda tadi (Maq Beleq).Awalnya
pada ronde-ronde permulaan, Maq Beleq tidak melawan atau membalas
pukulan demi pukulan yang dilontarkan lawannya.Begitu pula dengan ronde
berikutnya, Maq Beleq tetap tidak mau membalas pukulannya.
Para pangeran yang hadir menyaksikan peristiwa itu, merasa keheranan.
Tidak mungkin seorang lawan tidak membalas pukulan dari
musuhnya.Lebih-lebih yang dilawan itu adalah pepadu pilih tanding yang
tidak pernah terkalahkan di seantero Lombok kala itu.”Disinilah letak
misterinya.Tidak mungkin seorang pepadu jika berlaga melawan pepadu
pilih tanding tidak membalasnya,”terang Masidep, salah seorang tokoh
adat Sesait, yang juga pekembar peresean di daerah KLU ini.
Diceritakan, bahwa pada ronde kedua, barulah Maq Beleq meladeni atau
membalas pukulan lawannya (pepadu pilih tanding calon mantu raja),
dengan tiga pukulan, yaitu satu pukulan ditelinga kiri, satu pukulan
ditelinga kanan dan satu pukulan di kepala.Tak ayal lagi, pepadu pilih
tanding tersebut bocor dan jatuh pingsan.Melihat musuhnya bocor dan tak
sadarkan diri, Maq Beleq takut, sementara penonton ribut, karena pepadu
idola mereka yang tidak lain calon mantu raja kalah. Maka sambil
membuang tameng/perisainya, Maq Beleq langsung kabur. Dengan bantuan
neneknya, maka Maq Beleq lari, sehingga selamat dan terhindar dari
perhatian kalangan istana.
Sementara itu, dikalangan istana sibuk mencari siapa dan dari mana
pemuda tadi yang mengalahkan calon menantu raja, karena raja bertanya
tentang hal ihwal kejadian tersebut.Sehingga para punggawa kerajaan
melapor kepada raja, bahwa ada seorang pemuda yang mampu mengalahkan
calon menantunya.
Maka raja Emban Sereak, setelah mendapatkan laporan tersebut, segera
menitahkan para punggawa kerajaan untuk menyelidiki keberadaan orang
yang telah mengalahkan calon menantunya itu. Dengan menyusuri seluruh
daerah kerajaan, maka usaha para punggawa kerajaan tersebut pun, tidak
sia-sia. Mereka mendapatkan sebuah petunjuk yang mengarah kepada pemuda
yang sedang mereka cari.Ketika mereka sampai di pojok kampung dipinggir
daerah kekuasaan kerajaan, mereka mendapatkan berita bahwa ada yang
melihat keberadaan pemuda itu, ketika menghadiri acara gawe yang
diselenggarakan pihak kerajaan.
Setelah mendapatkan informasi keberadaan pemuda tadi, maka raja mengutus
utusannya untuk mencari orang yang dianggap pernah bersama dengan
pemuda yang mengalahkan calon menantunya itu.Para utusan kerajaan itu
pun berangkatlah menuju sebuah pedusunan yang terletak dipinggir
kerajaan, sekitar lereng gunung Sangkareang Rinjani.
Setiba disana,para punggawa atau para utusan kerajaan tadi bertanya
tentang keberadaan pemuda yang pernah melawan dan mengalahkan pepadu
kerajaan beberapa waktu lalu, yang hingga saat itu belum sadarkan diri
selama 3 hari 3 malam. Disamping ingin mengetahui secara detail tentang
siapa sebenarnya pemuda itu, yang bisa mengalahkan pepadu kerajaan yang
sudah terkenal tak terkalahkan diseantero jagad masa itu. Mungkinkah,
pemuda itu bisa mengobatinya.Karena pepadu yang dikalahkannya itu adalah
calon menantu Raja yang sudah 3 hari 3 malam belum sadarkan diri.
Pada saat bersamaan, tersiarlah kabar keseluruh pelosok kerajaan
dikalangan rakyat Bayan, tentang kekalahan pepadu kerajaan oleh seorang
pemuda yang tidak dikenal.Isu itu sudah menjadi buah bibir dari seluruh
rakyat kerajaan kala itu.
Amaq Bangkol ( orang tua tempat tinggal pemuda itu) mengatakan bahwa,
memang ada seorang pemuda yang tinggal bersamanya. Namun Amaq Bangkol
mengaku keberadaan pemuda tadi hanya tinggal bersamanya selama 3 hari.
Setelah itu menghilang dan muncul kembali setelah 3 hari kemudian.
Keadaan ini berlangsung terus-menerus hingga peristiwa kekalahan pepadu
kerajaan olehnya itu terjadi.
Disinilah letak misterinya.Keberadaan pemuda yang tinggal bersama Amaq
Bangkol itu, 3 hari ada dan 3 hari menghilang. Dan menghilangnya pun
tidak diketahui, dia menghilang kemana.Amaq Bangkol sendiri tidak
mengetahuinya.Hanya saja pemuda itu pernah mengatakan bahwa dirinya
mengaku berasal dari “Sesait”.
Amaq Bangkol juga mengaku tidak tahu namanya.Karena memang pemuda itu
tidak pernah menceritakan siapa sebenarnya dirinya.Hanya saja dia
menyebut dirinya berasal dari Sesait.
Utusan kerajaan pun hanya berpesan kepada Amaq Bangkol, jika pemuda itu
datang lagi, agar dia diajak ke istana menghadap raja.
Berselang 3 hari kemudian, sebagaimana yang pernah diceritakan Amaq
Bangkol kepada utusan kerajaan sebelumnya, maka pemuda itu pun muncul
lagi di Bayan.
Dikisahkan, bahwa setelah pemuda itu diberitahu pesan utusan kerajaan
untuk meminta dirinya menghadap ke istana, maka Amaq Bangkol pun
berangkatlah ke istana kerajaan untuk melaporkan keberadaan pemuda itu,
bahwa pemuda yang dimaksud sudah ada dirumahnya.
Lalu Raja segera mengutus punggawanya untuk menjemput pemuda yang
dimaksud (Amaq Beleq).Maka pemuda itu pun setuju dijemput, dengan syarat
Amaq Bangkol diikutkan juga ke istana.Para utusan raja pun
menyetujuinya.Maka berangkatlah mereka menuju istana kerajaan dengan
menggunakan pengawalan pasukan berkuda yang ketat.
Setiba di istana kerajaan, maka pemuda tadi dipersilahkan duduk di atas
singgasana yang sudah dipersiapkan disamping singgasana raja. Namun
pemuda tadi menolak dan memilih duduk dibawah, bersama-sama dengan para
bangsawan kalangan istana.
Rajapun bertanya tentang siapa sebenarnya pemuda itu.Nama,asal-usulnya
serta orangtuanya.Pemuda itu menjawab, ”menurut orang Sesait, mereka
memberikan aku nama Amaq Beleq, asalku dari Sesait dan orang tuaku, aku
sendiri tidak tahu.Apakah Demung Titik Pati (Datu Sesait yang sedang
berkuasa saat itu) tempat aku dibesarkan sebagai orang tuaku atau bukan,
itu akupun tidak tahu. Yang jelas aku diberi nama Amaq
Beleq,”terangnya.
Setelah Raja mengetahui identitas pemuda itu, maka raja berfikir bahwa
pemuda inilah yang pantas menggantikan posisinya sebagai raja Bayan.Atas
penawaran Raja ini,Amaq Beleq menolak dengan alasan dia masih kecil,
belum pantas memegang amanah dan belum berpengalaman.
Setelah didesak Raja,akhirnya Amaq Beleq pun menyanggupinya dengan satu
syarat, yaitu ketika Amaq Beleq diangkat menjadi Raja Bayan menggantikan
posisi Raja Emban Sereak, maka Amaq Beleq minta dijemputkan isterinya
di Gunung Rinjani.
Disini juga letak misterinya.Pemuda tadi mengaku asalnya dari Sesait,
dia tinggal dengan Datu Sesait.Tetapi setelah ditawari jadi Raja Bayan
menggatikan raja emban sereak, dia setuju, asalkan dijemputkan isterinya
di Gunung Rinjani.
Raja Emban Serak pun menyanggupinya.Maka diperintahkanlah para punggawa
dan prajurit kerajaan sejumlah 400 orang untuk pergi ke gunung Rinajani,
guna menjemput isteri Amaq Beleq yang katanya berada di gunung
Rinjani.Namun diceritakan bahwa, dalam perjalanan menuju ke gunung
Rinjani tersebut, para utusan kerajaan yang diberangkatkan dengan
kekuatan sejumlah 400 orang tersebut,yang sampai tujuan hanya tinggal 20
orang.Yang lainnya, tidak mampu naik dan bahkan diantara para prajurit
utusan tersebut, ada yang percaya dan ada pula yang tidak percaya.
”Mustahil seorang pemuda dari udik yang tidak tahu asal usulnya dan yang
akan dijadikan raja di Bayan, katanya memiliki istri di gunung Rinjani
lagi,”kata sebagian prajurit yang tidak percaya itu.
Dikisahkan, para utusan yang jumlahnya hanya 20 orang yang sampai gunung
Rinjani untuk bertugas menjemput istri Amaq Beleq tersebut,terperangah
dan kaget.Ketika mereka tiba di gunung Rinjani, ternyata isteri Amaq
Beleq (Nenek Bini) yang dimaksud, sudah bersiap-siap akan berangkat,
lengkap dengan kereta ‘Juli Jempana’(tandu pengantin) miliknya.
Akhirnya, isteri Amaq Beleq Nenek Bini dengan di arak keliling sekitar
gunung Rinjani dan akhirnya dibawa pulang oleh 20 orang prajurit ke
kerajaan Bayan.Sejak saat itu, Amaq Beleq diangkat sebagai Raja Bayan
menggantikan Raja sebelumnya Emban Sereak, dengan sebutan”Datu Bayan.”
Setelah memangku secara resmi sebagai Raja Bayan, yang terkenal dengan
sebutan Datu Bayan, maka misi utama yang akan dilakukan Datu Bayan kala
itu adalah menggiatkan penanaman Tauhid dan Syareat Agama Islam, dengan
tidak meninggalkan budaya yang berkembang dan berlaku sebelumnya di
daerah Bayan.Ini berarti, agama jalan dan adat pun jalan seiring. Inilah
misi utama Datu Bayan.
Selain misi itu, ada misi yang paling besar dalam menyebarkan ajaran
Islam, yaitu, Datu Bayan berkeinginan mengislamkan orang Jawa,Madura,
Bali, Surabaya dan seluruh kawasan pulau Lombok.Sehingga daerah-daerah
yang ada di Jawa, yang pernah di kunjunginya dalam misi penyebaran agama
Islam oleh para utusan Datu Bayan itu antara lain, seperti Betawi,
Banten, Surabaya,Jombang dan Sumenep.
Dalam perjalanan pulang, para utusan Datu Bayan ini, pernah singgah di
Bali yaitu di daerah Singaraja dan Karangasem.Namun, sebelum para utusan
ini diberangkatkan dalam misi penyebaran Agama Islam tersebut, ada
sebuah kesepakatan antara Datu Bayan dengan para utusan yaitu sebelum
misi selesai penyebaran Islam di pulau Jawa, Madura dan Bali, maka para
utusan tidak boleh kembali. Setelah misi tersebut sudah selesai baru
penyebaran Islam di pusatkan di pulau Lombok.
Tetapi, kesepakatan tersebut tidak di patuhi oleh para ulama yang ada di
Lombok.Artinya, para ulama yang ada di Lombok menginginkan agar
penyebaran Islam di Lombok dilakukan bersamaan dengan para utusan yang
ke pulau Jawa.
Dengan melanggar kesepakatan tersebut, ada seorang ahli nujum yang
menghadap Raja, melaporkan bahwa ada musuh kerajaan yang asalnya dari
pulau Bali bernama “Nengah Subagan”.
Raja bertanya kepada ahli Nujum tersebut, tentang siapa sebenarnya
Nengah Subagan itu.Ahli Nujum mengatakan bahwa keberadaan Nengah Subagan
saat itu, masih dalam kandungan ibunya yang baru berusia 3 bulan.
Sementara itu, penyebaran Islam di pulau Lombok khususnya di daerah
utara gunung Rinjani, yang lebih dikenal dengan sebutan “Paer Daya” itu
terus berlangsung.Sehingga dalam misi penyebaran Islam di Paer Daya
dibeberapa daerah utara gunung Rinjani, diberikan hak otonomi untuk
mendirikan Mesjid/langgar sebagai tempat ibadah dalam menjalankan
syareat Islam.Itulah sebabnya, hingga saat ini beberapa peninggalan
Mesjid Kuno di daerah utara gunung Rinjani masih ada dan tetap
terpelihara.
Daerah-daerah tersebut antara lain, Mesjid Borok Sokong Tanjung, Mesjid
Soloh Rempek,Mesjid Sesait,Mesjid Salut,Mesjid Gumantar,Mesjid Anyar,
Mesjid Bayan,Mesjid Loloan,Mesjid Balung Birak dan lain-lain.
Dalam misi penyebaran Islam dengan memberikan hak otonom tersebut, maka
Datu Bayan berfatwa yang terakhir di Mesjid Kuno Bayan, “Bahwa seluruh
ulama dan tokoh adat penyebar Islam di undang untuk mendengarkan Fatwa
terakhir Datu Bayan”.
Isi Fatwa Datu Bayan : “Saya sampai disini misi saya dalam penyebaran
Islam.Silahkan dilanjutkan dan pertahankan penyebaran Islam di seluruh
pelosok daerah otonom masing-masing.”
Pada saat berlangsungnya Fatwa Datu Bayan tersebut, secara fisik
keberadaannya sudah tidak kelihatan, hanya suaranya saja (maerat) yang
didengar oleh seluruh undangan yang hadir mendengarkan fatwanya yang
terakhir itu.
Sehingga Datu Bayan, saat memberikan fatwa terakhir, berpesan dan
mengingatkan kepada seluruh ulama dan tokoh adat yang hadir, bahwa
barang siapa yang ingat kepada dirinya (Datu Bayan), maka datanglah ke
tempat ini (Mesjid Kuno Bayan), aku pasti ada disini (Mesjid Kuno
Bayan).
Masing-masing orang/ulama yang mendengar suara fatwa terakhir Datu Bayan
itu, dimana sumber suara tersebut,lalu diberi tanda dengan batu.
Sehingga sampai dengan saat ini, masyarakat mengenalnya dengan jirat
Makam Bayan,Makam Sesait,Makam Karang Salah,Makam Semokan,Makam Loloan
dan makam-makam lainya, yang semuanya itu terletak dilingkungan Mesjid
Kuno Bayan.
Khusus di Sesait, untuk mengenang jasa Maq Beleq, karena untuk pertama
kalinya dia muncul di Sesait (Koloh Bandan), ternyata Maq Beleq itu
adalah seorang Sayyid keturunan Nabi Muhammad Saw, yang oleh orang
Sesait dikenalnya dengan nama Si Sayyid (Sayyid Anom), sehingga untuk
mengenangnya diabadikan dengan nama sebuah kampung, yang hingga saat ini
bernama Sesait.@(Eko).