Pada masa kehidupan Tumenggung Dalem ini, tidak banyak diketahui keberadaannya. Hanya saja menurut Piagam Sesait (Kitab Muhtadi’) diterangkan bahwa, pada masa kehidupan Tumenggung Dalem di Gawah Pedaleman (hutan belantara) ini, datanglah seorang Syeh yang berasal dari Bagdad (Irak) bernama Syeh Abdul Kadir Jaelani untuk menyebarkan Islam.
Syeh Abdul Kadir Jaelani, setiba di Gawah (Pawang) Pedaleman yang dihuni Tumenggung Dalem, kemudian menetap ditempat itu sampai akhir hayatnya.Makamnya sampai sekarang, yang oleh masyarakat Wet Sesait dikenal dengan nama makam Syeh Sayyid Budiman (Syeh Abdul Kadir Jaelani). Makam ini sampai sekarang masih tetap terpelihara oleh masyarakat Santong Asli.
Syeh Abdul Kadir Jaelani, setiba di Gawah (Pawang) Pedaleman yang dihuni Tumenggung Dalem, kemudian menetap ditempat itu sampai akhir hayatnya.Makamnya sampai sekarang, yang oleh masyarakat Wet Sesait dikenal dengan nama makam Syeh Sayyid Budiman (Syeh Abdul Kadir Jaelani). Makam ini sampai sekarang masih tetap terpelihara oleh masyarakat Santong Asli.
Menurut Kitab Muhtadi’ menerangkan bahwa Tumenggung Dalem ini adalah diyakini sebagai orang yang pertama sebagai penghuni gontor Sesait yang sekarang. Sehingga, oleh karena Tumenggung Dalem ini diyakini sebagai orang yang pertama mendiami wet tersebut, maka Tumenggung Dalem ini juga diyakini sebagai Raja Sesait yang Pertama.
Sepeninggal Tumenggung Dalem (Raja Sesait I), berabad-abad kemudian, wilayah Pawang Pedaleman lambat laun, seiring dengan perubahan zaman, dari waktu ke waktu, penduduk yang menghuni wilayah dimana Tumenggung Dalem bermukim, sudah menjadi ramai. Generasi ke generasi pun silih berganti. Begitu juga dengan penguasa masa itu, pun silih berganti, hingga muncul marga yang berkuasa bernama Demung.
Menurut Piagam Sesait (Kitab Muhtadi’) yang sampai sekarang masih tersimpan lestari ini, menerangkan bahwa, ada empat Demung bersaudara yang berkuasa. Keempat Demung ini adalah Demung Melsi Jaya, Demung Nulik, Demung Sukar dan Demung Musani.
Dalam sejarah Sesait, Demung Melsi Jaya inilah yang menjadi Raja Sesait yang Kedua. Singgasananya sampai sekarang masih dilestarikan dan dipelihara, yang oleh warga masyarakat wet Sesait dikenal dengan sebutan Kampu.
Dalam perkembangan pemerintahan selanjutnya, Demung Musani adalah penguasa berikutnya setelah Demung Melsi Jaya. Sehingga Demung Musani ini dikenal sebagai Raja Sesait Ketiga. Demung Musani dan keturunannya, inilah yang berkuasa berabad-abad kemudian, terus–menerus hingga sekarang yang berkuasa Maidi (Kenaul) keturunan yang ke 28. Dengan demikian Maidi ini adalah Raja Sesait yang ke 28 dengan gelar Demung Musani ke XXVIII.
Sebelum Maidi berkuasa, yang berkuasa sebelumnya ada 10 orang yang diketahui yaitu Raja Sesait ke 18 Pemban Banah, Raja Sesait ke 19 Sriagan, Raja Sesait ke 20 Sriangge, Raja Sesait ke 21 Surawang, Raja Sesait ke 22 Ebeh, Raja Sesait ke 23 Dalik, Raja Sesait ke 24 Retam, Raja Sesait ke 25 Kaimah, Raja Sesait ke 26 adalah Medi, Raja Sesait ke 27 adalah Pa’at dan Raja Sesait ke 28 terakhir adalah Maidi (sekarang).
Raja-raja Sesait ke 4 hingga ke 17 tidak diketahui keberadaannya. Sedangkan gelar yang digunakan oleh para Raja Sesait ini adalah Demung Musani. Namun sebutan untuk Raja di Sesait setelah Orde Baru berkuasa digunakan nama Mangkubumi hingga sekarang.(Eko).