Sesait,(SK),--- Sejak
berdirinya pada tahun 1958 silam, kesenian tradisional Cupak Gurantang
Pusaka Jati Sesait tidak terlepas dari peran para tokoh legendaris
pendirinya, seperti Sauban, Saharim,Yahep,Dahu,Remait, Malon,Amak Kelas
dan Puk Sardin.
Ketenaran kesenian tradisional Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait pada zamannya itu, menjadikan kesenian tersebut lebih dikenal luas oleh masyarakat seantero Dayan Gunung kala itu. Pada generasi pertama keberadaan kesenian yang sempat membuat heboh masyarakat lokal pada zamannya itu, sebagai pemeran utama Gurantangnya adalah Sauban. Sementara yang berperan sebagai Cupaknya adalah Saharim dan Remait serta putrinya di perankan oleh Kilo. Ketenarannya pun berakhir ketika posisi Gurantangnya di gantikan oleh putranya sendiri yaitu Nasudin pada tahun 1975.
Ketenaran kesenian tradisional Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait pada zamannya itu, menjadikan kesenian tersebut lebih dikenal luas oleh masyarakat seantero Dayan Gunung kala itu. Pada generasi pertama keberadaan kesenian yang sempat membuat heboh masyarakat lokal pada zamannya itu, sebagai pemeran utama Gurantangnya adalah Sauban. Sementara yang berperan sebagai Cupaknya adalah Saharim dan Remait serta putrinya di perankan oleh Kilo. Ketenarannya pun berakhir ketika posisi Gurantangnya di gantikan oleh putranya sendiri yaitu Nasudin pada tahun 1975.
Praktis sejak Nasudin tampil sebagai
pemeran Gurantang dan Naskiah (adiknya) berperan sebagai putri, maka
sejak saat itu ketenarannya pun kembali memuncak hingga Nasudin sendiri
meninggalkan kesenian yang sempat membesarkan namanya itu, untuk
mengabdi sebagai TNI AD di perbatasan NTT dan Timor Leste pada tahun
1980.
Kepada penulis, Nasudin yang merupakan
generasi ke tujuh dari Sauban yang memerankan tokoh Gurantang kala itu
mengatakan, dirinya tampil memrankan tokoh Gurantang menggantikan
ayahnya (Sauban) adalah karena orang tuanya menginginkan adanya
regenerasi.Ternyata keinginan dari orang tuanya pun terwujud.Dengan
tampilnya Nasudin sebagai pemeran Gurantang menggantikan posisi orang
tuanya, maka kesenian Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait kala itu
semakin tenar dan lebih di kenal dari kesenian sejenis yang pernah ada
di KLU.
Dikatakan, ketenaran kesenian
tradisional yang sempat jaya pada decade tahun 1980-an itu, karena
memang peran para tokoh pendukung saat itu sangat penting.
Generasi kedua, pemeran Gurantangnya
Laina, Cupaknya Saharim dan putrinya Canep. Generasi ketiga, pemeran
Gurantangnya Nursep, Cupak (Remait, Siradi, Yahep, Malon) dan putrinya
Kinjep. Genrasi Keempat, pemeran gurantangnya Maharip, putrinya Senip.
Sedangkan Cupaknya tetap Yahep, Malon,Remait dan Siradi.Genrasi Kelima,
gurantangnya Jago dan putrinya kredek,Cupaknya Remait,Siradi,Malon,
Yahep.Kemudian generasi keenam, gurantangnya Dugek dan putrinya Sidik,
sedangkan Cupaknya Siradi,Remait, Yahep.Generasi ketujuh, Gurantangnya
Nasudin dan putrinya Naskiah dan Cupaknya Remait,Yahep (A.Satar).
Kemudian Generasi kedelapan, gurantangnya Naskiah, putrinya Same,
sedangkan Cupaknya Remait,Yahep, Malon.Pada geresai Sembilan,
Gurantangnya Murina dan putrinya Samina, sedangkan Cupaknya Remait,
Yahep,
Pemeran utama Gurantang pada kesenian
Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait patut di banggakan. Karena dengan
kembalinya ia ke kampung halamannya di Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait
Kecamatan Kayangan KLU setelah purna tugas bulan Februari 2013 lalu,
maka praktis kesenian yang sempat timbul tenggelam selama 35 tahun
selama ditinggalkannya itu, kini bangkit kembali.
Karena Nasudin bertekad dan berkeinginan
agar kesenian yang pernah membesarkan namanya itu kembali jaya
sebagaimana pada masa dulunya. Lebih-lebih para sekaha dan para pemain
pendukungnya yang kini masih hidup antusias untuk menghidupkan kembali
kesenian ini. Sehingga sesuai dengan kesepakatan mereka tetapkan jadual
latihannya setiap malam Kamis dan pentasnya setiap malam Minggu di
sekretariatnya di Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait KLU.
“Film dokumenternya sudah dibuat, kini
dalam tahap finishing.Masyarakat yang ingin mengkoleksinya pun bisa
memilikinya,”tandas Nasudin.
Film Cerita Cupak Gurantang Pusaka Jati
Sesait ini nantinya akan di arsipkan di bagian kebudayaan di Dikbudpora
KLU. Hal ini dilakukan agar kesenian tradisional tersebut tetap lestari
sepanjang masa.Disamping itu, Perhatian Pemerintah Daerah juga sangat
diperlukan terhadap tetap eksisnya keberlangsungan kesenian tradisional
di daerah ini.Tanpa dukungan dan peran serta Pemerintah Daerah
melestarikan sejarah dan nilai-nilai seni budaya lokal tentu semuanya
itu hampa.(Eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar