Oleh : Abu Mushlih Ari Wahyudi
Muslim.Or.Id (SK),--
Dalam perkembangan hidupnya, manusia seringkali berhadapan dengan
berbagai masalah yang mengatasinya berat. Akibatnya timbul kecemasan,
ketakutan dan ketidaktenangan, bahkan tidak sedikit manusia yang
akhirnya kalap sehingga melakukan tindakan-tindakan yang semula dianggap
tidak mungkin dilakukannya, baik melakukan kejahatan terhadap orang
lain seperti banyak terjadi kes-kes pembunuhan termasuk pembunuhan
terhadap anggota keluarga sendiri maupun melakukan kejahatan terhadap
diri sendiri seperti meminum minuman keras dan ubat-ubat terlarang
hingga tindakan bunuh diri.
Oleh
karena itu, ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan dalam hidup
ini yang terasa kian berat dihadapinya. Itu sebabnya, setiap orang
ingin memiliki ketenangan jiwa. Dengan jiwa yang tenang kehidupan ini
dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yang dikehendaki
Allah dan Rasul-Nya. Untuk bisa menggapai ketenangan jiwa, banyak orang
yang mencapainya dengan cara-cara yang tidak Islami, sehingga bukan
ketenangan jiwa yang didapat tapi malah membawa kecelaruan dalam jiwanya
itu. Untuk itu, secara tersurat, Al-Quran menyebutkan beberapa cara
praktis.
a. Dzikrullah.
Dzikir kepada Allah Swt merupakan kiat
untuk menggapai ketenangan jiwa, yakni dzikir dalam arti selalu ingat
kepada Allah dengan menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut
nama-Nya dalam berbagai kesempatan (dan mendalami hukum-hukum Allah,
termasuk dzikrullah). Bila seseorang menyebut nama Allah, memang
ketenangan jiwa akan diperolehnya.
Ketika berada dalam ketakutan lalu
berdzikir dalam bentuk menyebut ta'awudz (mohon perlindungan Allah), dia
menjadi tenang. Ketika berbuat dosa lalu berdzikir dalam bentuk
menyebut kalimat istighfar atau taubat, dia menjadi tenang kembali
karena merasa telah diampuni dosa-dosanya itu. Ketika mendapatkan
kenikmatan yang berlimpah lalu dia berdzikir dengan menyebut hamdalah,
maka dia akan meraih ketenangan karena dapat memanfaatkannya dengan baik
dan begitulah seterusnya sehingga dengan dzikir, ketenangan jiwa akan
diperoleh seorang muslim, Allah berfirman yang artinya: (yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi
tenteram (13:28).
Untuk mencapai ketenangan jiwa, dzikir
tidak hanya dilakukan dalam bentuk menyebut nama Allah, tapi juga dzikir
dengan hati dan perbuatan. Karena itu, seorang mu'min selalu berdzikir
kepada Allah dalam berbagai kesempatan, baik duduk, berdiri maupun
berbaring.
b. Yakin Akan Pertolongan Allah.
Dalam hidup dan perjuangan, seringkali
banyak rintangan, tantangan dan hambatan yang harus dihadapi, adanya
hal-hal itu seringkali membuat manusia menjadi tidak tenang yang membawa
pada perasaan takut yang selalu menghantuinya. Ketidaktenangan seperti
ini seringkali membuat orang yang menjalani kehidupan menjadi berputus
asa dan bagi yang berjuang menjadi takluk bahkan berkhianat.
Oleh karena itu, agar hati tetap tenang dalam perjuangan menegakkan
agama Allah dan dalam menjalani kehidupan yang sesulit apapun, seorang
muslim harus yakin dengan adanya pertolongan Allah dan dia juga harus
yakin bahwa pertolongan Allah itu tidak hanya diberikan kepada
orang-orang yang terdahulu, tapi juga untuk orang sekarang dan pada masa
mendatang, Allah berfirman yang artinya: Dan Allah tidak menjadikan
pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi
(kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu
hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (3:126, lihat
juga QS 8:10).
Dengan memperhatikan betapa banyak
bentuk pertolongan yang diberikan Allah kepada para Nabi dan generasi
sahabat dimasa Rasulullah Saw, maka sekarangpun kita harus yakin akan
kemungkinan memperoleh pertolongan Allah itu dan ini membuat kita
menjadi tenang dalam hidup ini. Namun harus kita ingat bahwa pertolongan
Allah itu seringkali baru datang apabila seorang muslim telah mencapai
kesulitan yang sangat atau dipuncak kesulitan sehingga kalau diumpamakan
seperti jalan, maka jalan itu sudah buntu dan mentok. Dengan keyakinan
seperti ini, seorang muslim tidak akan pernah cemas dalam menghadapi
kesulitan karena memang pada hakikatnya pertolongan Allah itu dekat,
Allah berfirman yang artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat (QS 2:214).
c. Memperhatikan Bukti Kekuasaan Allah.
Kecemasan dan ketidaktenangan jiwa
adalah karena manusia seringkali terlalu merasa yakin dengan kemampuan
dirinya, akibatnya kalau ternyata dia merasakan kelemahan pada dirinya,
dia menjadi takut dan tidak tenang, tapi kalau dia selalu memperhatikan
bukti-bukti kekuasaan Allah dia akan menjadi yakin sehingga membuat
hatinya menjadi tenteram, hal ini karena dia sadari akan besarnya
kekuasaan Allah yang tidak perlu dicemasi, tapi malah untuk dikagumi.
Allah berfirman yang artinya: Dan
ingatlah ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman, "Belum
yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakininya, akan tetapi
agar hatiku tenang (tetap mantap dengan imanku)". Allah berfirman,
("kalau begitu) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah, kemudian
letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu satu bagian dari
bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang
kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana (QS 2:260).
d. Bersyukur
Allah Swt memberikan kenikmatan kepada
kita dalam jumlah yang amat banyak. Kenikmatan itu harus kita syukuri
(dengan hati, lisan, dan perbuatan) karena dengan bersyukur kepada Allah
akan membuat hati menjadi tenang, hal ini karena dengan bersyukur,
kenikmatan itu akan bertambah banyak, baik banyak dari segi jumlah
ataupun minimal terasa banyaknya. Tapi kalau tidak bersyukur, kenikmatan
yang Allah berikan itu kita anggap sebagai sesuatu yang tidak ada
artinya dan meskipun jumlahnya banyak kita merasakan sebagai sesuatu
yang sedikit.
Apabila manusia tidak bersyukur, maka Allah memberikan azab yang membuat
mereka menjadi tidak tenang, Allah berfirman yang artinya: Dan Allah
telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tentram, rizkinya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa
yang selalu mereka perbuat(QS 16:112).
e. Tilawah, Tasmi’ dan tadabbur Al-Quran.
Al-Quran adalah kitab yang berisi
sebaik-baik perkataan, diturunkan pada bulan suci Ramadhan yang penuh
dengan keberkahan, karenanya orang yang membaca (tilawah), mendengar
bacaan (tasmi') dan mengkaji (tadabbur) ayat-ayat suci Al-Quran niscaya
menjadi tenang hatinya, manakala dia betul-betul beriman kepada Allah
Swt, Allah berfirman yang artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang
baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhanya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka
tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya (QS 39:23).
Oleh karena itu, sebagai mu'min,
interaksi kita dengan al-Qur'an haruslah sebaik mungkin, baik dalam
bentuk membaca, mendengar bacaan, mengkaji dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Manakala interaksi kita terhadap Al-Quran sudah
baik, maka mendengar bacaan Al-Quran saja sudah membuat keimanan kita
bertambah kuat yang berarti lebih dari sekedar ketenangan jiwa, Allah
berfirman yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (QS 8:2).
Dengan berbekal jiwa yang tenang itulah,
seorang muslim akan mampu menjalani kehidupannya secara baik, sebab
baik dan tidak sesuatu seringkali berpangkal dari persoalan mental atau
jiwa. Karena itu, Allah Swt memanggil orang yang jiwanya tenang untuk
masuk ke dalam syurga-Nya, Allah berfirman yang artinya: Hai jiwa yang
tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah
ke dalam syurga-Ku (QS 89:27-30). (bersambung)