Salut, (SK)---, Sebuah ritual menyambut musim
penghujan dan bercocok tanam. Tokoh adat, dan tokoh masyarakat salut
menggelar acara Roah Aci-Aci Jum’at 23/11/2012. pagi tadi.
Acara
ini merupakan sebuah ritual dan tradisi yang diwariskan secara turun
temurun yang sangat melekat dan kental dalam benak dan keyakinan mereka.
Kendati saat ini zaman semakin maju, ilmu pengetahuan dan tekhnologi
semakin berkembang. Namun acara ritual ini tetap lestari dan tidak bisa
dihilangkan dan hanyut seiring dengan berbagai pengaruh perkembangan
tersebut.
Pelaksanaannya secara rutin dilakukan tiap tahun disetiap akhir musim
kemarau dan memasuki musim penghujan. “dengan di selenggarakannya acara
Roah Aci-Aci ini menjadi pertanda peralihan musim dari musim kemarau
kemusim penghujan. maka kegiatan bercocok tanam bagi para petani dapat
dimulai” kata Sainur AR, Salah seorang Tokoh Adat sekaligus Tokoh
masyarakat Salut
Dikatakannya kepada media ini, Prihal rangkaian acara Roah Aci-Aci.
Acara ini di awali dengan masak memasak, pemotongan empat ekor Ayam
yaitu ayam Hitam Mulus, Ayam Putih Mulus, Ayam Bulu tiga, dan Ayam
beraneka Warna oleh pemangku adat yaitu Amaq. Tirnip. Ayam tersebut
tidak dimasak berkuah melainkan hanya dibakar atau dipanggang dengan
bumbu pelecing. “Ini menjadi menu khas dan utama dalam acara Roah
Aci-aci ini.
Setelah ayam panggangnya dan berbagai olahan makan lainya matang lalu
dibawa ke tengah hutan adat yang didalamnya terdapat tiga buah situs
sejarah yang disakralkan yaitu Batu Sembelak, Kubur Gatep (Makam Demung
Pengempokan) dan juga terdapat sumber Mata Air Kolang. Ditempat itulah
acara inti dari Roah aci-aci digelar.
Dalam acara tersebut Para tokoh adat dan tokoh masyarakat yang ikut
dalam acara dimaksud dengan penuh khusuk dan hidmat mengamini do’a yang
dipimpin oleh Pemangku Amaq Tirnip. Do’a yang dipanjatkannya berisi
tentang harapan-harapan semoga diberikan rahmat, keberkahan, bil khusus
dalam hal bercocok tanam, bertani, dan berkebun agar mendapatkan hasil
panen yang berlimpah ruah. Dan juga memohon supaya dijauhkan dan
dihindarkannya dari berbagai mala petaka, balak, cobaan,dan bencana
serta gangguan terhadap tanaman sehingga menyebabkan kegagalan panen
“Kegiatan ini tujuannya baik karena intinya memanjatkan do’a. hanya
saja kemasannya ala adat, karena kami ingin tetap melestarikan tradisi
ritual yang diwariskan oleh nenek moyang kami, Kata Amaq. Tirnip.
Setelah do’a dipanjatkan, dilanjutkan dengan makan bersama dengan
menyantap makanan yang sudah mereka bawa dari kampung. Para tokoh adat
dan tokoh masyarakat desa Salut ini melakukan kegiatan reboisasi hutan
adat Salut. Masing masing menanam pohon dengan harapan dikemudian hari
dapat meningkatkan debet air sehingga salut tidak kekurangan air lagi
dan demi tetap lestarinya hutan tersebut.(MTQ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar