Kayangan,(SK),-- Sejak Reformasi pada tahun 1998
para petani di Desa Santong khususnya sangat merasakan manfaatnya,
pasalnya ada beberapa hasil komoditi perkebunan yang dulunya tidak
memiliki harga namun setelah Reformasi kini harga hasil komoditi
perkebunan tersebut melambung tinggi seperti vanili, kopi, kakao,
kemiri, cengkeh dan lain-lain.
Tingginya
harga hasil komoditi perkebunan tersebut selalu membawa angin segar
tersendiri bagi para petani di Desa santong, karena Desa Santong adalah
Desa yang 70% merupakan kawasan perkebunan. Hal ini disebabkan karena
Desa Santong berada pada dataran tinggi, jadi sebagian warganya
merupakan petani perkebunan dan bahkan saat ini banyak warga Desa
Santong yang dulunya memiliki areal persawahan mereka mengubah fungsinya
menjadi areal perkebunan.
Menurut Marjan (34) salah seorang petani yang beralamat di Dusun
Mekarsari Desa Santong Kecamatan Kayangan Lombok Utara mengungkapkan
ada beberapa hal yang menyebabkan petani mengubah areal persawahannya
menjadi perkebunan, diantaranya; yang pertama karena tanaman perkebunan
tidak terlalu membutuhkan perawatan. Kedua harga hasil perkebunan jauh
lebih tinggi, ketiga tanaman perkebunan tidak terlalu membutuhkan biaya
dibanding tanaman persawahan, keempat semakin kecilnya debit air
disaluran irigasi menyebabkan kebutuhan tanaman persawahan tidak
mencukupi dan menyebabkan gagal panen, kelima biaya penanaman dan
perawatan pada tanaman persawahan tidak sesuai dengan hasil yang
didapatkan.
Dikatakan, salah satu tanaman perkebunan yang menjadi pavorit di Lombok Utara adalah tanaman cengkeh. Tanaman cengkeh ini tersebar di wilayah Kecamatan Kayangan, Gangga dan Bayan. Tanaman ini juga menjadi komoditi andalan Lombok Utara selain kelapa, kopi dan coklat atau kakao. Bahkan tanaman yang satu ini sengaja dijadikan sebagai Ikon pada lambang Desa santong.
Dikatakan, salah satu tanaman perkebunan yang menjadi pavorit di Lombok Utara adalah tanaman cengkeh. Tanaman cengkeh ini tersebar di wilayah Kecamatan Kayangan, Gangga dan Bayan. Tanaman ini juga menjadi komoditi andalan Lombok Utara selain kelapa, kopi dan coklat atau kakao. Bahkan tanaman yang satu ini sengaja dijadikan sebagai Ikon pada lambang Desa santong.
Menurut Sahdan (45) salah seorang pengusaha cengkeh di Desa Santong
mengatakan, saat ini setiap musim cengkeh hampir semua lapisan
masyarakat di Desa Santong khususnya merasa perekonomiannya terangkat,
karena banyak lapangan kerja yang tercipta, seperti harga cenkeh kering
saaat ini mencapai antara 80.000 s/d 85.000/Kg , harga tangkai kering
5.000 s/d 6.000/Kg, harga daun cenkeh 700 s/d 800/ Kg. Begitu juga
dengan buruh memetik buah cengkeh ongkosnya mencapai 50.000 s/d
60.000/hari.
Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat,
mulai dari petani pemilik lahan, para pengusaha, dan para buruh tani.
Selain itu sejak tahun 2010 lalu beberapa pengusaha dari jawa datang ke
Desa Santong membuka usaha penyulingan minyak daun cenkeh, usaha ini
membuka peluang terciptanya lapangan kerja baru bagi para pemuda di
Desa Santong dan juga para orang-orang tua jompo yang tekun mengumpulkan
daun cengkeh kering.
Sebagian besar petani di Desa Santong ini menanam pohon cengkeh,
karena tanaman yang memiliki prosfek menjanjikan ini sangat menunjang
perekonomian warga.Meskipun panennya hanya sekali dalam setahun, namun
hasilnya lumayan menguntungkan.
Petani cengkeh lainnya,Sahid,BA (48) mengatakan, stabilnya harga
cengkeh tahun ini dikarenakan curah hujan yang turun selama ini tidak
terlalu intens, sehingga curah hujan ini tidak mengganggu bunga
cengkeh.(Yudik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar