Sesait,(SK),--Menjelang sore hari akan dilakukan
persiapan Memajang atau Ngengelat yang akan dilaksanakan setelah sholat
Asyar berjamaah sampai menjelang waktu sholat Magrib dan Isya di Mesjid
Kuno.
”Ritual
Memajang merupakan ritual pertama sebagai pembuka pelaksanaan
ritual-ritual lainnya.Adapun makna dari ritual Memajang adalah sebagai
simbol persamaan dan kesetaraan umat Manusia sebagai makhluk citaan
Allah Swt,”kata Asrin selaku ketua panitia pelaksana.
Asrin menambahkan bahwa setelah selesai Memajang yang dilakukan oleh
Tau Lokok Empat ( Mangkubumi,Penghulu,Pemusungan,Jintaka),
dilanjutkan
dengan sholat Magrib dan Isya. Ini semua dilaksanakan di Mesjid Kuno.
Kegiatan berikutnya yang dilaksankan di halaman Mesjid Kuno adalah
Semetian (Perisian) yaitu saling pukul menggunakan Penjalin (rotan) yang
masing-masing bertameng. Acara semetian harus diawali oleh Pepadu
(Jagoan) Nina Sik Wah Supuk (perempuan uzur yang sudah monopaus),
barulah Pepadu Mama boleh bertarung sampai tengah malam.
Adapun acara puncak prosesi ritual Maulid Nabi Besar Muhammad Saw
(lanjut Asrin) yang dikemas secara adat dilaksanakan pada hari keempat
(senin,06/02), yaitu keesokan harinya setelah Memajang dan Semetian
dilakukan.
Rangkaian ritual pada acara puncak tersebut, diawali dengan ritual
Bisok Beras (cuci beras) dipagi harinya ke Lokok Kremean (diyakini
sebagai tempat pemandian bidadari dan orang-orang suci). Cuci beras ini
dilakukan oleh kaum hawa (baik yang masih gadis maupun yang sudah
berkeluarga), dengan di Abih (diapit) baris tiga oleh kaum laki-laki
(barisan Nina ditengah diapit barisan Mama).
Ba’da Zhohor, acara dilanjutkan dengan Berkurban dengan menyembelih
Kerbau (Sembeleh Kok) yang ukuran,umur dan bobot sudah menjadi ketentuan
para leluhur (Kok Kembalik Pokon). Sementara di dalam Kampu, pada saat
yang bersamaan, Nasi Aji (yang akan dibawa ke Mesjid Kuno) dan Payung
Agung (nanti ditempatkan dipintu masuk Mesjid Kuno) juga dipersiapkan.
Persiapan ini tidak sembarang orang yang mengerjakannya, harus
berdasarkan Purusa (garis keturunan).
Setelah berkurban (Sembeleh Kok), dilanjutkan dengan Mbau Praja Mama
dengan cara mengejar dan menangkap setiap laki-laki yang belum aqil
baliq sebanyak tiga orang yang akan dijadikan putra Mahkota, untuk
disandingkan dengan Praja Nina (yang sudah terpilih pada hari pertama
saat menutu pare bulu) sebagai Praja Mulud (sepasang putra-putri
mahkota).
Praja Mulud bertugas sebagai penjaga pintu Mesjid Kuno dengan membawa
Payung Agung dan menjaganya dari sentuhan orang lain yang melewati
pintu Mesjid Kuno. Jika Payung Praja Mulud (Payung Agung) disentuh
orang lain, maka diberi sanksi yaitu dipukul menggunakan Pemecut
(Penjalin yang diberi tali) oleh Praja Mulud.
Menjelang sore hari pada hari terakhir dari ritual Maulid Adat di wet
Sesait ini, kemudian dilanjutkan dengan Naikang Dulang Nasi Aji (dulang
yang berkaki satu yang dikhususkan bagi Tau Lokak Empat; Pemusungan,
Mangkubumi, Penghulu dan Jintaka).
”Waktu Naikang Nasi Aji ke Mesjid Kuno ini, diyakini yaitu pada waktu
Gugur Kembang Waru ( waktu menjelang Magrib). Prosesi ritualpun
berakhir dan ditutup dengan Do’a oleh Penghulu Adat,”jelas Asrin.(Eko).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar