KLU,Suarakomunitas.net - Pencarian panjang pihak keluarga sejak Bulan February lalu kini telah membuahkan hasil. Kabar hilangnya seorang wisatawan asing asal negeri china telah memecah kosentrasi siapa saja dari kalangan masyarakat Pulau Lombok yang yang melakukan pendakian Gunung Rinjani dan ke pemandian Air hangat. Pasalanya ada selebaran yang beredar tentang orang hilang atas nama Zhu Wenjin (39) warganegara China dengan tinggi badan 178 cm.
Tidak tanggung-tanggung dalam selebaran tersebut tercatat angka USD 4000 atau 35 Juta Rupiah bagi siapa saja yang berhasil menemukan sang penulis dan sastrawan berkebangsaan China dalam keadaan hidup atau dalam keadaan meninggal. Nasib tragis sang penulis akhirnya diketahui Amaq Cakep (57) dan Aliman (27). Bapak dan anak Dua warga Dusun Sumur Pande Daya Desa Sesait Kecamatan Kayangan KLU secara tidak sengaja menemukan mayat Zhu Wenjin di Lendang Re Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Kami secara tidak sengaja melihat barang berupa dua buah tas pinggang yang langsung kami bawa pulang sebelum pada akhirnya kami serahkan ke pihak berwajib, ungkap A. Cakep saat di temui Suarakomunitas.net di rumahnya Sabtu (13/18/2011). Berdasarkan pantauan Suarakomunitas.net diketahui tas pinggang berisikan 1 buah HP, 1 buah kamera digital, 2 buah battery dan lengkap dengan passport, kartu mahasiswa, kartu kredit dan KTP China.
50m, dari tas yang kami temukan tersebut kami melihat ada tengkorak manusia. Dikatakan Amaq Cakep bahwa kami sebenarnya tidak mengetahui tentang adanya pengumuman sejenis sayembara tersebut sebelum mebuat laporan ke Kantor Desa Sesait dan Polsek kayangan.
Djonl Muhamad, pihak keluarga Zhu Wenjin saat ditemui Media ini di Kantor Polsek Kayangan mengungkapkan rasa kepuasaannya karena telah berhasil menemukan orang yang selama ini dicarinya. Memang sebelunya di bayan saya sering di kibulin orang terang Djonl, ada yang datang membawa foto baju yang sudah lusuh dengan mengharapkan imbalan uang, tapi ketika kami meminta untuk memandu kami ke tempat ditemukannya baju tersebut malah dia kabur.
Ketika ditanya kenapa tidak dilaporkan kepihak kepolisian?, Djonl menjelaskan bahwa selebaran yang beredar langsung dikirim dari china oleh istrinya, termasuk nama saya dan beberapa Contac Person yang ada, saya hanya menambahakan tempelan kata-kata terjemahannya saja yaitu bagi siapa saja yang menemukan Zhu Wenjin dengan identitas yang ada, akan diberikan penghargaan sebagai tanda jasa berupa uang sebesar USD 4000 atau senilai 35 juta rupiah. Dan kewajiban kami tersebut, sambung Djonl, akan kami penuhi setelah kedatangan istri dan keluarga Wenjin ke Indonesia.
Sementara itu Kapolsek Kayangan Komang Sughata, mengungkapkan hasil sementara olah tempat kejadian perkara (TKP), bahwa mayat Zhu Wanjin memang dalam keadaan tidak utuh, badan dan kepala terpisah demikian halnya beberapa anggota badan berupa satu bagian tulang rusuk dan jari juga ditemukan dalam keadaan terpisah. Berdasarkan laporan tim yang kami bentuk bahwa kemiringan lereng mencapai 80˚ dengan kedalaman mencapai 500m. kondisi inilah menurut Komang sangat menyulitkan proses evakuasi korban sehingga membutuhkan waktu selam tiga hari dua malam.
Kapolsek juga menjelaskan bahwa kemungkinan besar korban terseret arus sungai, sebab menurut informasi bapak Djonl selaku perantara keluarga bahwa korban sempat komunikasi dengan istrinya saat berada di sekitar plawangan Rinjani pada bulan Februari 2011, selang lima jam kemudian komunikasi terputus sampai diketemukannya mayat Zhu hari ini di TNGR.
Artinya jika korban melakukan pendakian pada bulan february besar kemungkinan korban tersesat dan tergeret arus sungai, karena pada bulan tersebut curah hujan sangat tinggi. Jadi ini masih sifatnya hasil olah TKP sementara, untuk selanjutnya jenazah korban akan di bawa ke RS Bhayangkara untuk di lakukan identifikasi lebih lanjut, jelas Kapolsek Kayangan.
Pada kesempatan yang sama Pemusungan Sesait, Murdan juga menuturkan jika korban terbilang nekat, pasalnya pada bulan February pemerintah mengeluarkan kebijakan pelarangan pendakian sementara mengingat cuaca saat itu sangat ekstrim. Seandainya Zhu sang penulis mengindahkan larangan tersebut maka nasibnya tidak akan setragis ini, ungkap Murdan. (Hamdan Wadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar