Kayangan-- Obyek wisata situs telapak kaki Datu Keling yang terletak di tebing sungai Cempogok Kayangan KLU, menyimpan sejarah nilai seni dan budaya dari kerajaan Keling Hindu beberapa abad yang silam.
Situs ini terletak beberapa meter sebelah timur jalan raya Kayangan-Santong, yang bersebelahan dengan montong Cempogok, tidak jauh dari pusat Pemerintahan Kantor Camat Kayangan KLU.
Sebelumnya situs ini memang secara turun menurun sudah banyak warga masyarakat Kayangan yang menemukannya. Namun pada saat penemuannya itu, biasa-biasa saja belum ada yang berfikiran untuk mempublikasikannya. Hal ini disamping keterbatasan pengetahuan masyarakat setempat kala itu, juga disebabkan tidak tahu bagaimana caranya supaya banyak orang yang mengetahuinya.Lebih-lebih kala itu belum ada media cetak maupun dunia maya seperti jaman sekarang.
Sebagaimana diceritakan secara turun-temurun bahwa keberadaan situs telapak kaki yang menempel ditebing bebatuan diatas sungai Cempogok tersebut, adalah oleh masyarakat adat setempat diyakini, itu bekas telapak kaki Datu Keling yang membekas ketika Datu Keling berburu.
Sehingga bukti keberadaan situs ini, dibenarkan dengan pernyataan Datu Keling yang pernah berwasiat kepada kaula balanya (rakyatnya), bahwa jika suatu saat dia akan menghilang, maka dia akan meninggalkan bekas telapak kakinya. Sangat besar kemungkinan, jika bekas telapak kaki ini adalah jejak Datu Keling seperti yang diwasiatkan.
Situs ini terletak beberapa meter sebelah timur jalan raya Kayangan-Santong, yang bersebelahan dengan montong Cempogok, tidak jauh dari pusat Pemerintahan Kantor Camat Kayangan KLU.
Sebelumnya situs ini memang secara turun menurun sudah banyak warga masyarakat Kayangan yang menemukannya. Namun pada saat penemuannya itu, biasa-biasa saja belum ada yang berfikiran untuk mempublikasikannya. Hal ini disamping keterbatasan pengetahuan masyarakat setempat kala itu, juga disebabkan tidak tahu bagaimana caranya supaya banyak orang yang mengetahuinya.Lebih-lebih kala itu belum ada media cetak maupun dunia maya seperti jaman sekarang.
Sebagaimana diceritakan secara turun-temurun bahwa keberadaan situs telapak kaki yang menempel ditebing bebatuan diatas sungai Cempogok tersebut, adalah oleh masyarakat adat setempat diyakini, itu bekas telapak kaki Datu Keling yang membekas ketika Datu Keling berburu.
Sehingga bukti keberadaan situs ini, dibenarkan dengan pernyataan Datu Keling yang pernah berwasiat kepada kaula balanya (rakyatnya), bahwa jika suatu saat dia akan menghilang, maka dia akan meninggalkan bekas telapak kakinya. Sangat besar kemungkinan, jika bekas telapak kaki ini adalah jejak Datu Keling seperti yang diwasiatkan.
Disamping keberadaan situs telapak kaki yang menempel ditebing bebatuan sungai cempogok Kayangan tersebut, bukti yang lain memperkuat dugaan bahwa, memang benar bekas telapak kaki Datu Keling yang diyakini pernah berkuasa disekitar lereng gunung Rinjani pada masa pra aksara, juga tidak jauh dari situs telapak kali ini,sekitar dua ratus meter kea rah selatan, ditemukan pula situs Jukung (sampan/rakit), Telapak Kaki Kuda dan situs dudukan serta situs aliran air seni dari Datu Keling yang menempel disekitar bebatuan kelat lante Empak Mayong Kayangan.
Tidak hanya itu saja, sebagai pendukung keberadaan situs telapak kaki ini, sekitar 500 meter kearah barat daya situs tersebut, ditemukan pula situs Sumur Jembung dan situs Batu Dendeng Bertutup. Situs-situs yang ditemukan ini pula, yang oleh masyarakat adat wet Sesait diyakini sebagai peninggalan dari Datu Keling yang pernah ada dan jaya dimasanya.
Lokasi Situs-situs ini adalah dulunya hutan Busur yang lebat, banyak dihuni ular-ular berbisa dan berbahaya. Karenanya, waktu itu raja berinisiatif untuk meminta bantuan kepada kaula balanya (rakyatnya), terutama para sesepuh kerajaan (pawang ular berbisa), untuk bagaimana bisa bersahabat dengan hutan yang menjadi lokasi daerah buruannya, guna mengusir binatang berbisa itu.
Para Pawang sesepuh kerajaan Keling tersebut, ternyata menggunakan sejumlah burung merak untuk mengusir ular-ular dari hutan, tempat Datu Keling berburu dan beristirahat, sambil menunggu hasil buruannya.
Jika mengunjungi situs-situs ini, baik situs telapak kaki Datu Keling maupun situs-situs Datu Keling yang lainnya, anda akan disuguhkan dengan pemandangan yang jauh dari kesan hingar bingar kota. Suasana sejuk, hijau, dan alami akan menemani anda di tempat tersebut.
Oleh pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata KLU, hendaknya situs-situs peninggalan budaya masa lampau yang banyak tersebar dan yang belum ditemukan di daerah ini, dikemas sebagai icon daerah tujuan wisata dimasa mendatang. (Eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar