Kayangan, -- Keberadaan situs telapak kaki yang ditemukan di tebing sungai Cempogok Kecamatan Kayangan ini, direspon warga negara asing.
Pasalnya, warga negara asing yang bernama Peter Erich Boeck (59) asal Jerman, yang secara kebetulan berlibur di Lombok Utara ini, setelah melihat keberadaan situs tersebut, yang diberitakan di Radar Lombok maupun di Suarakomunitas,net dan Mataramnews.com, kemarin (14-15 Juni), Peter Erich yang sudah melanglang buana di seluruh dunia ini, berkeinginan melihat dari dekat keberadaan situs tersebut.
Dengan dipandu gaet (penerjemah) asal Tanjung Ida Bagus Putra (30) langsung menuju ke lokasi penemuan situs tersebut. Namun sebelum sampai ke lokasi situs, dengan dipandu Ida Bagus, Peter Erich mampir dulu di Kantor Camat Kayangan.
Selanjutnya, dengan didampingi anggota Munajat Sesait Agus Engkang, Peter Erich dan rombongan menuju lokasi situs. Dalam rombongan ini, ikut juga wartawan suarakomunitas,net.
Peter Erich Boeck, saking semangatnya untuk segera tiba dilokasi situs tersebut, samapai-sampai tak terasa kakinya lecet karena terpeleset. Maklum, rute menuju situs ini membutuhkan kehati-hatian, mengharuskan setiap orang melewati tebing bebatuan yang curam.
Ketika ditanya Penulis, Peter Erich merasa kagum dengan keberadaan situs yang ada di Kayangan ini. Menurutnya, selama berkeliling dunia, baru kali ini ia melihat bekas telapak kaki yang sangat besar. ”Mungkin ini betul bekas telapak kaki raksasa,”katanya berdecak kagum.
Sebagaimana yang telah diberitakan media ini dan beberapa media sebelumnya, bahwa berita tentang keberadaan situs telapak kaki yang panjangnya 4 meter dan lebar 2 meter tersebut, adalah tidak terlepas dari adanya cerita mitos yang berkembang secara turun-temurun.
Salah satu mitos yang berkembang dimasyarakat adat wet Sesait adalah adanya seorang Datu atau orang suci yang sangat dihormati oleh kaula balanya (rakyatnya). Diceritakan bahwa Datu ini bersaudara dua orang, yaitu Datu Keling (Teruna Keling) dan Datu Daha (Teruna Daha).
Konon ceritanya, Datu Keling memiliki 2 orang anak yang berkarakter berbeda. , yaitu Kasmaran dan Montong Ulung. Dimana Kasmaran (Gurantang) berkarakter lembut, baik hati, sopan santun,dan patuh kepada orang tua. Sementara Montong Ulung (Cupak) berkarakter rakus dan sombong. Sedangkan Datu Daha hanya memiliki seorang putri namanya Sekar Sari.
Dalam perjalanan sejarah berikutnya, Konon ceritanya Datu Keling pernah berwasiat kepada Kaula Balanya (Rakyat) jika suatu saat dia akan menghilang maka dia akan meninggalkan bekas telapak kakinya. Sangat besar kemungkinan, jika bekas telapak kaki ini adalah jejak Datu Keling seperti yang diwasiatkan.
Menurut Sekjen Perbekel adat Wet Sesait Masidep (45), mengatakan bahwa penemuan situs telapak kaki yang berukuran besar ini, memang bersifat mistis dan aneh. Sebab secara logis tidak ada telapak kaki manusia berukuran besar seperti itu. Memang pernah ada beberapa mitos tentang terjadinya peristiwa tersebut.
Setelah puas berada disekitar situs telapak kaki tersebut, Peter Erich yang asal Jerman ini, kemudian diajak melihat situs yang ada hubungannya dengan situs telapak kaki Datu Keling tersebut. Yaitu, situs tempat duduknya sambil beristirahat, bekas telapak kaki kudanya dan bekas aliran air kencingnya. Selesai ditempat ini, kemudian perjalanan Peter Erich yang seorang petualang asal Jerman ini, dilanjutkan ketempat situs yang lain diwilayah Sesait. (Eko)
Dengan dipandu gaet (penerjemah) asal Tanjung Ida Bagus Putra (30) langsung menuju ke lokasi penemuan situs tersebut. Namun sebelum sampai ke lokasi situs, dengan dipandu Ida Bagus, Peter Erich mampir dulu di Kantor Camat Kayangan.
Selanjutnya, dengan didampingi anggota Munajat Sesait Agus Engkang, Peter Erich dan rombongan menuju lokasi situs. Dalam rombongan ini, ikut juga wartawan suarakomunitas,net.
Peter Erich Boeck, saking semangatnya untuk segera tiba dilokasi situs tersebut, samapai-sampai tak terasa kakinya lecet karena terpeleset. Maklum, rute menuju situs ini membutuhkan kehati-hatian, mengharuskan setiap orang melewati tebing bebatuan yang curam.
Ketika ditanya Penulis, Peter Erich merasa kagum dengan keberadaan situs yang ada di Kayangan ini. Menurutnya, selama berkeliling dunia, baru kali ini ia melihat bekas telapak kaki yang sangat besar. ”Mungkin ini betul bekas telapak kaki raksasa,”katanya berdecak kagum.
Sebagaimana yang telah diberitakan media ini dan beberapa media sebelumnya, bahwa berita tentang keberadaan situs telapak kaki yang panjangnya 4 meter dan lebar 2 meter tersebut, adalah tidak terlepas dari adanya cerita mitos yang berkembang secara turun-temurun.
Salah satu mitos yang berkembang dimasyarakat adat wet Sesait adalah adanya seorang Datu atau orang suci yang sangat dihormati oleh kaula balanya (rakyatnya). Diceritakan bahwa Datu ini bersaudara dua orang, yaitu Datu Keling (Teruna Keling) dan Datu Daha (Teruna Daha).
Konon ceritanya, Datu Keling memiliki 2 orang anak yang berkarakter berbeda. , yaitu Kasmaran dan Montong Ulung. Dimana Kasmaran (Gurantang) berkarakter lembut, baik hati, sopan santun,dan patuh kepada orang tua. Sementara Montong Ulung (Cupak) berkarakter rakus dan sombong. Sedangkan Datu Daha hanya memiliki seorang putri namanya Sekar Sari.
Dalam perjalanan sejarah berikutnya, Konon ceritanya Datu Keling pernah berwasiat kepada Kaula Balanya (Rakyat) jika suatu saat dia akan menghilang maka dia akan meninggalkan bekas telapak kakinya. Sangat besar kemungkinan, jika bekas telapak kaki ini adalah jejak Datu Keling seperti yang diwasiatkan.
Menurut Sekjen Perbekel adat Wet Sesait Masidep (45), mengatakan bahwa penemuan situs telapak kaki yang berukuran besar ini, memang bersifat mistis dan aneh. Sebab secara logis tidak ada telapak kaki manusia berukuran besar seperti itu. Memang pernah ada beberapa mitos tentang terjadinya peristiwa tersebut.
Setelah puas berada disekitar situs telapak kaki tersebut, Peter Erich yang asal Jerman ini, kemudian diajak melihat situs yang ada hubungannya dengan situs telapak kaki Datu Keling tersebut. Yaitu, situs tempat duduknya sambil beristirahat, bekas telapak kaki kudanya dan bekas aliran air kencingnya. Selesai ditempat ini, kemudian perjalanan Peter Erich yang seorang petualang asal Jerman ini, dilanjutkan ketempat situs yang lain diwilayah Sesait. (Eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar