Sesait,(SK),-- Dalam perkembangan sejarah berikutnya, diceritakan
dalam takepan lontar kasmaran tersebut, kocap cerita setelah besar, putri Prabu
Daha yang bernama Candra Wulan Sasih ingin bermain ke sebuah taman milik
kerajaan ayahandanya. Dengan diiringi inang pengasuhnya Inaq Emban dan kedua
Mahapatih Mangkubumi dan Mangkunegaran, sang putri berangkatlah menuju taman
untuk bermain sebagaimana biasanya.
Sedang asyiknya bermain,
tiba-tiba datanglah makhluk aneh yang tinggi besar serta muka yang
seram.Makhluk aneh itu bernama Raksasa. Suaranya bagaikan guntur menggelegar,
pandangannya bagaikan halilintar menyambar membuat bulu roma berdiri. Saking
takutnya, baik putri Candra Wulan
Sasih,Inaq Emban dan kedua Mahapatih yang sedang berjaga di pojok taman
menjadi kalang kabut bercampur gemetar dan menggigil.Mereka melakukan
perlawanan semampunya, namun makhluk aneh yang disebut Raksasa itu tidak bisa
terkalahkan.Putri pun di sambar dan di larikannya.
Kedua Mahapatih Mangkubumi
dan Mangkunegaran dan Inaq Emban pun
bersedih, beduka yang sangat mendalam atas hilangnya sang Putri kesayangan sang
Raja. Mereka takut, hukuman apa gerangan yang di jatuhkan raja kepada mereka atas
kelalaiannya menjaga sang Putri. Sambil menangis sejadi-jadinya, Inaq Emban
kembali ke istana guna melaporkan kejadian yang menimpa putri semata wayang
sang Raja Daha.
Begitu mendapat laporan dari para
abdinya tentang putri semata wayangnya menghilang di culik Raksasa, Prabu Daha
pun murka.Dalam suasana berduka tersebut sang Prabu memerintahkan kepada kedua
Mahapatihnya untuk mengumumkan sebuah sayembara yang telah dibuatnya.Sayembara
tersebut berisi, ”Barang siapa yang menemukan Putri Candra Wulan Sasih hidup
atau pun mati, jika ia laki-laki, maka akan di kawinkan dengan putrinya dan
jika ia perempuan maka ia akan di angkat sebagai saudara sang putri.”
Seiring dengan berjalannya waktu,
kedua Maha patih Mangkubumi dan Mangkunegaran sambil membawa dan menyebarkan
isi sayembara tersebut ke seluruh pelosok negeri Kerajaan Daha. Disamping
membawa dan menyebarkan pengumuman sayembara itu, kedua Mahapatih pun di utus
oleh sang Prabu Daha untuk mencari orang berani (pendekar) yang mampu melawan
raksasa sang penculik putri.
Kocap cerita, maka berangkatlah
kedua Mahapatih menuju hutan tarik (pawang alas bana) untuk melaksanakan titah
sang prabu. Dengan menyusuri lembah, mendaki bukit, masuk hutan, masuk kampung,
menuruni jalan curam dan medan yang melelahkan, kedua Mahapatih jalankan tanpa
mengenal lelah dan putus asa.Tiba di suatu tempat, merekapun istirahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar