Gumantar,(SK) –“Prosesi
ritual Maulid Adat Gumantar tahun ini berlangsung selama tiga hari
tiga malam, dimulai dari sejak Jum’at hingga Minggu malam.
Namun
prosesi ritual Maulid Adat yang sudah berlangsung pada hari ketiga
tersebut di guyur hujan lebat yang turun sejak sore minggu,(27/01/2013),
tidak membuat masyarakat adat Gumantar urung lakukan ritual itu,
lebih-lebih seluruh masyarakat adat Gumantar,tua-muda turut ambil bagian
dalam menari di halaman depan Mesjid Kuno.Ini menunjukkan tanda syukur
mereka, maka seluruh masyarakat menunjukkannya dengan turun menarai,
kaerna telah usai pelaksanaan ritual yang sekali setahun rutin
dilaksanakan itu. Dimana tarian yang melegenda dikalangan masyarakat
adat Gumantar ini secara turun-menurun dari nenek moyang mereka dikenal
dengan sebutan Migel.
Tradisi maulid adat di Gumantar yang
dimulai dari bersih-bersih lalu Merembun (mengumpulkan) segala hasil
bumi (beras,dll) di Bale Beleq (rumah adat) itu, sudah berlangsung
berabad-abad.Sejak agama Islam masuk di Gumantar sekitar abad ke 17 M
bersamaan dengan wilayah Bayan, Sukadana, Batu Gembung,Salut dan Sesait,
maka tradisi Maulid seperti yang kita saksikan saat ini, memang
masyarakat adat Gumantar ini kuat memegang teguh pelaksanaan ritual
adatnya. Ini terbukti dari setiap rentetan atau urutan pelaksanaan
adatnya selalu rapi dan teliti.Karena setiap pekerjaan ritual adat
dikerjakan oleh orang yang memang purusanya.”Jadi sudah tahu apa yang
harus dikerjakan pada saatnya, tidak perlu di berikan aba-aba atau
komando,”jelas Sukariah salah seorang tokoh adat yang juga Kepala Dusun
Gumantar ini.
Kendati hujan lebat mengguyur di
Gumantar, namun pelaksanaan ritual adatnya tidak tertunda.Para pelaku
dalam prosesi pelaksanaan Maulid adat tersebut terus melakukan
pekerjaannya sesuai dengan tugasnya masing-masing.Ini terbukti ketika
para pengiring praja Maulid sudah selesai melaksanakan tugasnya di
Mesjid Kuno dan ketika mau turun untuk kembali ke Bale Beleq, maka para
pengiring yang terdiri dari 10 orang kaum perempuan dengan menggunakan
pakaian adat tersebut, kembali ke Mesjid Kuno untuk menjemputnya walau
di guyur hujan lebat.
Sementara itu, masyarakat adat Gumantar
di alun-alun Mesjid Kuno, pada saat praja Maulid turun dari Mesjid Kuno
di jemput oleh para pengiringnya itu, dengan semangat terus saja menari
sejadi-jadinya yang walaupun di guyur hujan lebat. Mereka menari semakin
semangat dan semakin lama bertambah banyak yang turun menari, apalagi
ketika mendengar bunyi gong gamblan ditabuh oleh para
penabuh,seakan-akan ada magnetnya yang menarik setiap orang yang berada
disekitar itu, untuk turun menari.”Kaki saya ini gatal-gatal mau ikut
nari,”kata Husnul Hotimah, warga setempat.
Hingga berita ini dibuat, kegiatan
menari dihalaman Mesjid Kuno itu terus berlangsung dan bahkan semakin
lama semakin banyak yang ikut menari.Pola tarian mereka modelnya sama
yang walaupun gendingnya berbeda. (Eko).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar