Kayangan,(SK),--“ Hujan emas di negeri orang lebih
baik hujan batu di negeri sendiri” sepenggal kalimat yang sangat
sederhana namun memiliki makna yang mendalam dan jarang sekali orang
yang mau menjadikannya sebagai cermin kehidupan untuk meraih masa depan
yang gemilang.
Terbuai dan terlena dengan kemewahan hidup sering membuat orang lupa akan tujuan kehidupan yang sesungguhnya (kecuali untuk beribadah).Mengejar kebahagiaan hidup membuat setiap orang harus berpacu dengan waktu dan ingin selalu menjadi yang terdepan dan terbaik, sehingga kadang membuat kita lupa dengan aturan berkompetisi, menghalalkan segala cara yang penting tujuan tercapai.
Terbuai dan terlena dengan kemewahan hidup sering membuat orang lupa akan tujuan kehidupan yang sesungguhnya (kecuali untuk beribadah).Mengejar kebahagiaan hidup membuat setiap orang harus berpacu dengan waktu dan ingin selalu menjadi yang terdepan dan terbaik, sehingga kadang membuat kita lupa dengan aturan berkompetisi, menghalalkan segala cara yang penting tujuan tercapai.
Inaq Lukman (48 ) salah seorang warga Kayangan yang mencoba
berjuang mengais rizki sebagai pemecah batu krikil menjadi contoh nyata
bagaimana kerasnya perjuangan hidup zaman sekarang ini. Pesanan sekian
kubik batu krikil oleh para konsumen membuatnya lupa menghapus tetesan
keringat yang membasahi kaos oblong dipakainya, lupa akan pegal
ditubuhnya, lupa akan taburan debu jalanan yang menghampirinya, hanya
satu yang terbayang sebagai motivasi usahanya yakni kebahagiaan dapat
memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Ketika ditemui wartawan media ini di rumahnya Dusun Santong Barat
Kecamatan Kayangan KLU, Inaq Lukman mengaku, dirinya ingin memberikan
contoh bagi rekan-rekan pemuda khususnya yang tak memiliki lapangan
pekerjaan untuk tidak gengsi melakukan pekerjaan seperti yang
digelutinya selama ini yang walaupun kelihatan hina tetapi ini pekerjaan
yang halal, tidak merugikan orang lain dan Insya Allah tidak mengandung
benih korupsi.
Dikatakan, prosfek usaha yang selama ini menghidupi keluarganya dan
sudah berlangsung delapan bulan menekuni pekerjaan tersebut,dirinya
merasa tetap kualahan memenuhi pesanan konsumen.Diakuinya, batu pecahan
hasil produksinya, banyak sekali orang yang membutuhkannya. Bahkan
menurut beberapa Supplier matrial di beberapa proyek pembangunan di
Lombok Utara, yang mengharuskan mereka harus beli matrial di luar KLU.
Hal inilah yang memotivasi dirinya untuk bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa harus berpangku tangan saja.Karena untuk pengadaan bahan baku krikil yang didapatkan di alam bebas sekarang ini sudah agak langka. Kebutuhan akan penyediaan krikil di daerah ini sangat di rasakan manfaatnya namun masih jauh dari harapan. Itulah sebabnya Inaq Lukman dengan bermodalkan pendidikan SD harus rela menggeluti pekerjaan yang membutuhkan ketabahan ini.Karena suply bahan baku bangunan seperti krikil ini sangat dibutuhkan dalam rangka menyukseskan program pembangunan jalan,jembatan dan lain sebagainya di kawasan KLU.
Hal inilah yang memotivasi dirinya untuk bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa harus berpangku tangan saja.Karena untuk pengadaan bahan baku krikil yang didapatkan di alam bebas sekarang ini sudah agak langka. Kebutuhan akan penyediaan krikil di daerah ini sangat di rasakan manfaatnya namun masih jauh dari harapan. Itulah sebabnya Inaq Lukman dengan bermodalkan pendidikan SD harus rela menggeluti pekerjaan yang membutuhkan ketabahan ini.Karena suply bahan baku bangunan seperti krikil ini sangat dibutuhkan dalam rangka menyukseskan program pembangunan jalan,jembatan dan lain sebagainya di kawasan KLU.
“Ini tentunya peluang bagi orang yang tidak punya pekerjaan, hasilnya
lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dengan pendapatan
rata-rata Rp. 30.000 perhari,”terangnya.
Inaq Lukman juga menambahkan motivasinya melakukan kegiatan ini
adalah agar ia tetap selalu kumpul bersama keluarga, tidak pisah-pisah
seperti menjadi tenaga kerja ke luar daerah dan ke luar negeri, karena
menurutnya banyak sekali sekarang ini keluarga atau rumah tangga yang
hancur berantakan bukan hanya karena faktor ekonomi tetapi juga faktor
social lainnya. (Yudik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar