Jumat, 11 Mei 2012

Kisah Ratu Shima, Seorang Pemimpin yang di Cintai Rakyatnya

Oleh : Aep Mulyanto

Kapuas,(SK),-- Saat ini proses keadilan di bangsa ini sedang dipertanyakan. Para penegak keadilan yang diharapkan dapat memberikan rasa aman masyarakat di dalam proses mendapatkan keadilan ternyata malah berbeda pendapat satu dengan lainnya.
Di saat inilah perlunya kita kembali menengok masa keemasan bangsa kita, tak ada salahnya untuk membaca kembali sejarah bangsa kita. Anonim mengatakan “Bila dunia mau belajar dari sejarah, maka dunia akan tenteram.” Bila bicara tentang sejarah keadilan bangsa ini, maka kita pasti bicara tentang Kisah Ratu Shima yang dikisahkan dalam cerita Dinasti Tang tentang Ratu Jawa.

Ia menjadi pemimpin yang benar-benar mampu dan mau memimpin. Bertanggung jawab dengan kepemimpinannya, berlaku adil kepada semua kalangan, mementingkan kesejahteraan rakyatnya, dan memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi kepada Sang Pencipta. Semua kriteria dan syarat menjadi pemimpin yang dicintai ada pada sang ratu. Ya, ia adalah seorang ratu. Seorang perempuan yang menjadi pemimpin di sebuah kerajaan besar, dan sangat dicintai rakyatnya. Bahkan, cerita tentang kemasyhuran kepemimpinannya sampai ke negeri Cina, yang dikisahkan dalam sebuah memorial Dinasti Tang, satu di antara dinasti besar dalam kekaisaran Cina.

Shima atau Sima adalah seorang ratu yang memerintah kerajaan Kalingga dari tahun 674 - 695 M. Kerajaan Kalingga yang terletak kira-kira di sekitar daerah Jepara, Jawa Tengah, mengalami masa kejayaannya di masa pemerintahan beliau.

Pada masa itu, pemerintahan Ratu Sima terkenal sangat adil sehingga rakyat pun amat patuh pada penguasa, bahkan bila ada buah mangga jatuh di jalanpun tidak akan ada orang yang berani mengambilnya tanpa seijin pemilik. Namun bukan berarti ia memerintah dengan semena-mena, karena semua perintahnya didasarkan pada kepentingan rakyat. Cerita ini terdengar seorang pangeran Arab.

Sang Pangeran Arab ingin menguji cerita tersebut dengan mengutus seseorang untuk meletakkan sebuah pundi berisi emas dan permata di sebuah jalan di pasar Kalingga. Dan ternyata cerita itu benar, tak ada seorangpun yang mengambil bahkan melewati pundi tersebut. Tiga tahun lamanya pundi itu tergeletak di jalan tersebut tanpa tersenggol sedikitpun hingga pada suatu hari sang pewaris tahta Kalingga entah sengaja ataupun tidak melangkahi pundi tersebut. Berita tersebut sampai ke telinga sang Ratu, dan beliau murka sekali. Maka dipanggillah sang pewaris tahta dan diadili di hadapan seluruh rakyat dan pejabat negara. Dan diputuskan oleh sang Ratu untuk menghukum mati sang pewaris tahta yang juga anak kandungnya sendiri.

Para menteri pun memohon keringanan pada sang Ratu, agar sang ratu memberi keringanan, karena selama ini tingkah laku dan perbuatan sang pangeran pewaris takhta sangat baik. Ia hanya tidak sengaja menyentuh pundi emas yang tergeletak di jalanan. Sang ratu kemudian memberi keringanan dengan sabdanya, dan sang Ratu pun bersabda pada sang putra. “Kesalahanmu terletak pada kedua kakimu, maka cukuplah kedua kakimu yang dipotong untuk menjadi pelajaran bagi yang lain.”

Kebijaksanaan Ratu Sima tersiar kepada seorang raja Tazi urung menyerang kerajaan Kalingga setelah mendengar kisah ini, entah karena kekagumannya pada sang Ratu yang adil dalam memerintah atau pada para penduduk Kalingga yang taat pada keadilan, kombinasi keduanya adalah hal yang amat langka di seluruh bangsa di dunia.

Pemimpin yang adil dan rakyat yang taat pada kepemimpinan yang adil menjadi modal terbesar dalam mewujudkan negara yang baldatun tayibun wa rabbul ghafur. Negara yang diridhai Allah SWT, mendapat manfaat karena pemimpin dan rakyatnya beriman dan bertakwa, serta mampu mewujudkan tugas sebagai khalifah di bumi.

Ada beberapa hikmah yang bisa dijadikan teladan pada kisah Ratu Sima. Menjadi seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya, harus memiliki beberapa syarat. Pertama, adalah harus adil. Rasa keadilan dapat menciptakan rasa aman dan tenteram bagi seluruh rakyat pada suatu negara. Keadilan harus diterapkan pada semua elemen dan kalangan, tidak memandang derajat dan kedudukan seseorang.

Bahkan, bila ada anggota keluarga atau kelompok sang pemimpin melakukan kesalahan, tetap harus diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang ada. Terapkan keadilan untuk menggapai kewibawaan dan karismatik pemimpin yang dicintai, bukan keadilan yang sesat dan sesaat, yaitu keadilan hanya untuk keluarga dan kelompoknya.

Kedua, pemimpin harus memiliki ketegasan dan keberanian yang lugas. Artinya seorang pemimpin yang ingin dicintai rakyat, harus memiliki nyali dalam menentukan arah kebijakan dan menegakkan aturan yang telah dibuatnya. Peraturan yang dibuat bertujuan untuk menciptakan ketenteraman dan kesejahteraan. Tegakkan aturan sesuai dengan fungsi dan tujuannya, jangan ragu-ragu dalam mengambil kebijakan, apalagi kebijakan tersebut menyangkut kehidupan seluruh rakyat. Berani berkata yang sesuai aturan, namun yang lebih penting adalah berani menerapkan atau melaksanakan dari aturan-aturan tersebut.

Ketiga, seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya harus memiliki kepekaan sosial. Mendengarkan masukan dari semua orang di sekeliling seorang pemimpin adalah keniscayaan yang terbaik. Tidak ada sebuah pemerintahan yang bisa berjalan dengan baik, tanpa adanya orang lain yang berada di samping kanan dan kiri, depan dan belakang, yang selalu setia dan taat dengan keputusan bersama yang dibuat.

Bila sang pemimpin memiliki kepekaan sosial, mau mendengarkan orang lain dalam mengambil suatu keputusan atau kebijaksanaan, maka akan tercipta kondisi masyarakat yang madani, sejahtera lahir dan batin. Kisah ini terdapat berbagai versi dalam penceritaannya. Tetapi hikmah yang dapat diambil ialah bahwa rasa keadilan dapat menciptakan rasa aman bagi seluruh masyarakat suatu bangsa. Untuk mendapatkan hal tersebut maka dibutuhkan seorang pengambil kebijakan yang bernyali besar dan mampu bersikap adil. Adakah? (**).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar