Bayan,(SK),-- Sebagai tempat menyimpan benda-benda
pusaka peninggalan sejarah masa lalu,Bale Adat Bayan Beleq yang
berlokasi di tengah-tengah gubuq asli Bayan Beleq itu, kini kondisinya
butuh perhatian serius dari semua pihak.
Pasalnya,
kondisi Bale Adat tersebut hingga kini keadaannya memprihatinkan. Oleh
panitia renovasi, bale ini belum tuntas dikerjakan, padahal semua sarana
yang dibutuhkan untuk itu sudah siap.Misalnya, sebut saja sebagai bahan
untuk atap yaitu “re” atau alang-alang daun rumbia sudah ada
dilingkungan Bale Adat tersebut. Tinggal bagaimana panitia renovasi
memanfaatkan waktu mereka untuk berkonsentrasi pada perbaikan itu.
Menurut salah seorang tokoh masyarakat Bayan Beleq R.Kertamono
menyikapi hal tersebut mengatakan, memang kondisi Bale Adat Bayan Beleq
ini, dimana sudah menjadi tradisi turun-temurun terus di gunakan sebagai
tempat ritual pelaksanaan adat, maka perlu perhatian khusus dari yang
berkompeten untuk itu, bagaimana agar Bale Adat yang secara
turun-temurun di sakralkan itu bisa terus lestari sepanjang masa.
“Ini butuh keseriusan dari semua pihak, terutama panitia renovasi yang sudah di percaya untuk itu,”katanya berharap agar segera berbuat.
“Ini butuh keseriusan dari semua pihak, terutama panitia renovasi yang sudah di percaya untuk itu,”katanya berharap agar segera berbuat.
Dikatakannya, pada tahun 2011 lalu, memang Bale Adat yang di
sakralkan oleh masyarakat adat Bayan dari sejak nenek moyang mereka ada
zaman dahulu, yang letaknya persis di jantung Bayan Beleq tersebut,
pernah mendapatkan bantuan dana dari Dinas Pariwisata Provinsi Nusa
Tenggara Barat sebesar 35 juta rupiah. Namun hingga saat ini, belum di
garap.Sudah hampir setengah tahun katanya belum di apa-apakan, sehingga
tokoh masyarakat dan tokoh adat Bayan Beleq mempertanyakannya.
Kompleks Bale Adat Bayan Beleq ini terbagi menjadi tiga bagian,
bagian pertama terdiri dari tiga rumah adat tempat menyimpan benda-benda
bersejarah peninggalan kerajaan Bayan zaman dahulu seperti
keris,tombak,takepan Cilinaya,gong adat,biji mangga (biji paok
Denggi),biji padi sebesar buah kelapa dan lain sebagainya. Kemudian
bagian kedua disebelah barat bale adat ini berdiri bale dan berugak
pedangan yaitu sebagai tempat mempersiapkan segala Sesutu yang
berhubungan dengan sajian makanan ritual adat, serta di sebelah utara
bale pedangan tadi berdiri berugak agung empat buah, sebagai tempat
bermusyawarah dalam penyelesaian masalah adat.
Menurut Raden Sujono (52) warga Bayan Beleq menyebutkan salah satu
fungsi berugak agung tersebut adalah sebagai tempat bermusyawarah setiap
penyelesaian adat perkawinan warga Bayan Beleq Timur Orong. Berugak
agung tersebut ada yang disebut berugak agung Sembagek dan ada juga yang
disebut berugak agung Roak Bangket. Termasuk pelaksanaan ritual Maulid
Adat di Bayan setiap tahunnya, maka di berugak agung inilah tempatnya
untuk bermusyawarah.
Dikatakan Raden Sujono, barang-barang peninggalan sejarah masa lalu
nenek moyang orang Bayan yang tersimpan di bale agung itu, baru bisa di
keluarkan ketika acara aji makam yang dikenal dengan upacara “tunas
stamba”.
“Biji Paok Denggi, kono ceritanya, jika di rendam di sungai yang mengalir hingga ke laut, maka bisa mendatangkan hujan,airnya disiramkan ke tanaman dapat menyuburkan tanaman dan terbebas dari hama penyakit, airnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit,”terang R.Sujono.
Untuk itulah, kata R.Sujono, maka bale adat ini perlu dipelihara dan dilestarikan keberadaannya sebagai peninggalan sejarah yang memiliki nilai historis tinggi itu.
“Biji Paok Denggi, kono ceritanya, jika di rendam di sungai yang mengalir hingga ke laut, maka bisa mendatangkan hujan,airnya disiramkan ke tanaman dapat menyuburkan tanaman dan terbebas dari hama penyakit, airnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit,”terang R.Sujono.
Untuk itulah, kata R.Sujono, maka bale adat ini perlu dipelihara dan dilestarikan keberadaannya sebagai peninggalan sejarah yang memiliki nilai historis tinggi itu.
Dulu,katanya, bale adat ini di jaga oleh Mangku Raden Singaderia
(alm), namun sekarang setelah, sepeninggal beliau, maka bale adat ini
ditunggui dan di jaga oleh saudaranya Mangku Raden Anggria Kusuma.(Eko).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar