Senin, 05 Maret 2012

Air Terjun Lokok Raden, Memiliki Daya Tarik Yang Menjanjikan

Kayangan,(SK),-- Keindahan alam yang ekslusif dan eksotik, tidak hanya dimiliki oleh daerah lainnya di KLU. Kayangan juga memiliki potensi wisata yang layak di kembangkan untuk tujuan wisata, yaitu Air Terjun Lokok Raden.
Keberadaan air terjun ini terletak di lembah di Dusun Sejongga Desa Kayangan Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara. Air terjun dengan keindahannya yang alami dan mempesona tersebut, ternyata memiliki nilai historis yang patut dibanggakan. Salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai sejarah masa lalu ini, patut di pelihara dan lestarikan sebagai warisan leluhur yang masih bertahan hingga saat ini. Potensi wisata yang keberadaannya tidak jauh dari pusat pemerintahan desa Kayangan ini, sering dijadikan tujuan wisata masyarakat local. 

Untuk mencapai lokasi tersebut, tidak perlu membuang tenaga banyak.Cukup merogoh kocek sepuluh ribu rupiah dengan menggunakan jasa ojek yang setiap hari mangkal di Pertigaan Lokok Rangan siap mengantarkan hingga tujuan. Bagi yang memiliki kendaraan roda empat dan roda dua, bisa melewati jalan Empak Mayong - Sejongga dari arah timur dan bisa juga melewati jalan Sidutan-Sejongga sebelah barat.

Sekilas, memang tidak ada yang mengira, bahwa dibalik gugusan perbukitan dan lembah yang dipenuhi hutan tropis di daerah dusun Sejongga Desa Kayangan Kecamatan Kayangan tersebut terdapat sebuah tempat yang memiliki panorama air terjun yang mempesona, dimana masyarakat setempat biasanya menyebut air terjun itu dengan sebutan air terjun Lokok Raden.

Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Sejongga secara turun-menurun, keberadaan Air Terjun Lokok Raden itu memiliki nilai historis yang berakhir dengan duka.

Konon, menurut Marta (50) dan Murdiyanto,SE (40) warga Sejongga yang memandu Media ini ketika berkunjung ke lokasi air terjun tersebut menceritakan bahwa, pada zaman dahulu (Ireng), yaitu pada masa berkuasanya Datu Keling di kawasan Hutan Antah Berantah (diyakini sekitar wet Sesait sekarang), hiduplah seorang pangeran bernama Maq Boteq Beleq. Ketika sudah waktunya berumah tangga, pangeran ini disuruh memilih calon permaisurinya diantara tujuh putri bidadari. Ketujuh putri bidadari yang dimaksud, salah satunya yang paling bungsu terbuat dari tepung.

Kocap cerita, sang Pangeran ketika di hadapkan untuk memilih, ternyata memililih putri yang paling bungsu. Menurutnya, putri yang paling bungsu inilah yang paling cantik untuk dijadikan permaisurinya. Selanjutnya diceritakan, Datu Keling pun mengadakan pesta pora selama tujuh hari tujuh malam, dengan mengundang seluruh kerabat handai taulan kerajaan, para petinggi kerajaan, para pangeran negeri seberang dan seluruh rakyat dan kaula balanya. Setelah semuanya sudah siap, maka pesta pun berlangsung cukup meriah, dengan berbagai kesenian ditampilkan, termasuk peresian tak pernah ketinggalan. Para jawara-jawara pilih tanding dari berbagai negeri pun tampil. Bunyi-bunyian dari berbagai alat music pun terdengar sayup-sayup bertalu-talu ditabuh dengan keahlian masing-masing.Semuanya itu merupakan gambaran meriahnya sebuah gawe beleq (pesta besar) dari kalangan istana.

Setelah berlangsung selama enam malam, maka tibalah saatnya pada malam puncak atau hari terakhir dari pesta tersebut. Sebagaimana kebiasaan pada zaman itu, untuk calon mempelai wanita sebelum disandingkan di pelaminan, lebih-lebih ini calon permaisuri raja, maka diadakan upacara mandi. 

Syahdan, upacara mandi bagi calon permaisuri raja ini pun dilakukan dengan iring-iringan panjang, (seperti nyongkol) dengan diiringi gong gambelan, diikuti para pembesar istana dan seluruh kaula balanya mengiringi dari belakang menuju tempat pelaksanaan ritual mandi di sumur Lokok Nampih. Hingga sekarang sumur ini masih ada dan tetap terpelihara oleh Mangkunya Lakiep dari Marga Sanggia, yang oleh masyarakat setempat (wet Sesait) disebutnya sebagai Sumur Dedara Pituq.

Proses ritual mandi pun dimulai. Seluruh dayang diperintahkan untuk melayani dan menemani sang putri mandi. Namun, apa yang terjadi kemudian?. Sang putri, ketika mulai mandi, seluruh badannya luluh akibat tersiram air. Putri pun kaget melihat perubahan pada dirinya. Namun ritual mandinya terus dilakukannya walau keadaan badannya semakin mengecil. Akhirnya, kocap cerita, putri pun menghilang lebur bersama air akibat guyuran air yang terus menerus pada saat proses ritual mandinya. Maklum Putri yang terpilih sebagai calon Permaisuri raja itu terbuat dari tepung. Jadi wajar kalau setiap di guyur air, tentu akan luluh dan hancur.

Konon, kejadian itu sontak membuat kaget seluruh kalangan istana dan seluruh negeri kerajaan Datu Keling kala itu. Pangeran Maq Boteq Beleq langsung memerintahkan seluruh kaula balanya untuk mencari Putri Calon Permaisurinya yang hilang itu. Teramsuk orang yang paling tangguh dan sakti mandra guna saat itu, diperintahkan untuk menyedot seluruh kubangan atau genangan air yang ada di aliran sungai Lokok Nampih kala itu. Orang yang dimaksud itu adalah tiada lain dan tiada bukan yaitu Maq Bentatis.

Sesuai perintah Datu Keling yang menjadi junjungannya kala itu, Maq Bentatis pun melaksanakan tugasnya untuk menyedot seluruh tetiu atau genangan air yang ada, mulai dari Lokok Nampih hingga Lokok Raden di Sejongga.

Singkat cerita, Maq Bentatis pun telah selesai melaksanakan tugasnya. Selanjutnya tinggal menunggu perintah untuk menumpahkan seluruh air dari dalam perutnya. Maka tibalah saatnya yang ditunggu, seluruh pembesar istana yang terdiri dari kaum bangsawan diperintahkan hadir untuk menyaksikan calon Permaisuri Pangeran Maq Boteq Beleq yang hilang terbawa air saat mandi di sumur Lokok Nampih itu.

Setelah semuanya sudah siap, maka Maq Bentatis diperintahkan mengeluarkan dari dalam perutnya seluruh air yang disedotnya itu. Lalu Maq Bentatis mengambil posisi paling tinggi dari seluruh kalangan yang hadir. Setelah itu Maq Bentatis mengeluarkan seluruh isi perutnya yang berisi air tersebut, sehingga menghanyutkan seluruh pembesar istana yang ketika itu berada di bawah. Akibat semburan atau aliran jatuhnya air dari perut Maq Bentatis membentuk air terjun itulah hingga saat ini di kenal dengan sebutan Lokok Raden. Karena yang hadir saat itu adalah para pembesar istana (sebutan masyarakat setempat Raden) dan hanyut terbawa air.

Air terjun dengan ketinggian kurang lebih 17 meter itu mengalir dari aliran sungai yang berasal dari Lokok Nampih Pendua, banyak tumbuh-tumbuhan dan bebatuan besar semakin menambah keasrian dan kesejukan disekitar lokasi air terjun.

Tidak banyak orang yang tahu keberadaan lokasi air terjun ini, karena memang tempatnya sangat tersembunyi dan jauh, diwaktu-waktu tertentu, lokasi air terjun ini ramai dikunjungi masyarakat lokal, seperti saat lebaran topat atau maulid.

"Mudah-mudahan kedepan, dengan keberadaan air terjun ini yang cukup menjanjikan, jika dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,"kata Murdiyanto.(Eko).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar