Kayangan,(SK),-- Keindahan alam yang ekslusif dan
eksotik, tidak hanya dimiliki oleh daerah lainnya di KLU. Kayangan juga
memiliki potensi wisata yang layak di kembangkan untuk tujuan wisata,
yaitu Air Terjun Lokok Raden.
Untuk mencapai lokasi tersebut, tidak perlu membuang tenaga
banyak.Cukup merogoh kocek sepuluh ribu rupiah dengan menggunakan jasa
ojek yang setiap hari mangkal di Pertigaan Lokok Rangan siap
mengantarkan hingga tujuan. Bagi yang memiliki kendaraan roda empat dan
roda dua, bisa melewati jalan Empak Mayong - Sejongga dari arah timur
dan bisa juga melewati jalan Sidutan-Sejongga sebelah barat.
Sekilas, memang tidak ada yang mengira, bahwa dibalik gugusan
perbukitan dan lembah yang dipenuhi hutan tropis di daerah dusun
Sejongga Desa Kayangan Kecamatan Kayangan tersebut terdapat sebuah
tempat yang memiliki panorama air terjun yang mempesona, dimana
masyarakat setempat biasanya menyebut air terjun itu dengan sebutan air
terjun Lokok Raden.
Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Sejongga secara turun-menurun, keberadaan Air Terjun Lokok Raden itu memiliki nilai historis yang berakhir dengan duka.
Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Sejongga secara turun-menurun, keberadaan Air Terjun Lokok Raden itu memiliki nilai historis yang berakhir dengan duka.
Konon, menurut Marta (50) dan Murdiyanto,SE (40) warga Sejongga yang
memandu Media ini ketika berkunjung ke lokasi air terjun tersebut
menceritakan bahwa, pada zaman dahulu (Ireng), yaitu pada masa
berkuasanya Datu Keling di kawasan Hutan Antah Berantah (diyakini
sekitar wet Sesait sekarang), hiduplah seorang pangeran bernama Maq
Boteq Beleq. Ketika sudah waktunya berumah tangga, pangeran ini disuruh
memilih calon permaisurinya diantara tujuh putri bidadari. Ketujuh putri
bidadari yang dimaksud, salah satunya yang paling bungsu terbuat dari
tepung.
Kocap cerita, sang Pangeran ketika di hadapkan untuk memilih,
ternyata memililih putri yang paling bungsu. Menurutnya, putri yang
paling bungsu inilah yang paling cantik untuk dijadikan permaisurinya. Selanjutnya diceritakan, Datu Keling pun mengadakan pesta pora selama
tujuh hari tujuh malam, dengan mengundang seluruh kerabat handai taulan
kerajaan, para petinggi kerajaan, para pangeran negeri seberang dan
seluruh rakyat dan kaula balanya. Setelah semuanya sudah siap, maka
pesta pun berlangsung cukup meriah, dengan berbagai kesenian
ditampilkan, termasuk peresian tak pernah ketinggalan. Para
jawara-jawara pilih tanding dari berbagai negeri pun tampil.
Bunyi-bunyian dari berbagai alat music pun terdengar sayup-sayup
bertalu-talu ditabuh dengan keahlian masing-masing.Semuanya itu
merupakan gambaran meriahnya sebuah gawe beleq (pesta besar) dari
kalangan istana.
Setelah berlangsung selama enam malam, maka tibalah saatnya pada
malam puncak atau hari terakhir dari pesta tersebut. Sebagaimana
kebiasaan pada zaman itu, untuk calon mempelai wanita sebelum
disandingkan di pelaminan, lebih-lebih ini calon permaisuri raja, maka
diadakan upacara mandi.
Syahdan, upacara mandi bagi calon permaisuri raja ini pun dilakukan
dengan iring-iringan panjang, (seperti nyongkol) dengan diiringi gong
gambelan, diikuti para pembesar istana dan seluruh kaula balanya
mengiringi dari belakang menuju tempat pelaksanaan ritual mandi di sumur
Lokok Nampih. Hingga sekarang sumur ini masih ada dan tetap terpelihara
oleh Mangkunya Lakiep dari Marga Sanggia, yang oleh masyarakat setempat
(wet Sesait) disebutnya sebagai Sumur Dedara Pituq.
Proses ritual mandi pun dimulai. Seluruh dayang diperintahkan untuk
melayani dan menemani sang putri mandi. Namun, apa yang terjadi
kemudian?. Sang putri, ketika mulai mandi, seluruh badannya luluh akibat
tersiram air. Putri pun kaget melihat perubahan pada dirinya. Namun
ritual mandinya terus dilakukannya walau keadaan badannya semakin
mengecil. Akhirnya, kocap cerita, putri pun menghilang lebur bersama air
akibat guyuran air yang terus menerus pada saat proses ritual mandinya.
Maklum Putri yang terpilih sebagai calon Permaisuri raja itu terbuat
dari tepung. Jadi wajar kalau setiap di guyur air, tentu akan luluh dan
hancur.
Konon, kejadian itu sontak membuat kaget seluruh kalangan istana dan
seluruh negeri kerajaan Datu Keling kala itu. Pangeran Maq Boteq Beleq
langsung memerintahkan seluruh kaula balanya untuk mencari Putri Calon
Permaisurinya yang hilang itu. Teramsuk orang yang paling tangguh dan
sakti mandra guna saat itu, diperintahkan untuk menyedot seluruh
kubangan atau genangan air yang ada di aliran sungai Lokok Nampih kala
itu. Orang yang dimaksud itu adalah tiada lain dan tiada bukan yaitu Maq
Bentatis.
Sesuai perintah Datu Keling yang menjadi junjungannya kala itu, Maq
Bentatis pun melaksanakan tugasnya untuk menyedot seluruh tetiu atau
genangan air yang ada, mulai dari Lokok Nampih hingga Lokok Raden di
Sejongga.
Singkat cerita, Maq Bentatis pun telah selesai melaksanakan tugasnya. Selanjutnya tinggal menunggu perintah untuk menumpahkan seluruh air dari dalam perutnya. Maka tibalah saatnya yang ditunggu, seluruh pembesar istana yang terdiri dari kaum bangsawan diperintahkan hadir untuk menyaksikan calon Permaisuri Pangeran Maq Boteq Beleq yang hilang terbawa air saat mandi di sumur Lokok Nampih itu.
Singkat cerita, Maq Bentatis pun telah selesai melaksanakan tugasnya. Selanjutnya tinggal menunggu perintah untuk menumpahkan seluruh air dari dalam perutnya. Maka tibalah saatnya yang ditunggu, seluruh pembesar istana yang terdiri dari kaum bangsawan diperintahkan hadir untuk menyaksikan calon Permaisuri Pangeran Maq Boteq Beleq yang hilang terbawa air saat mandi di sumur Lokok Nampih itu.
Setelah semuanya sudah siap, maka Maq Bentatis diperintahkan
mengeluarkan dari dalam perutnya seluruh air yang disedotnya itu. Lalu
Maq Bentatis mengambil posisi paling tinggi dari seluruh kalangan yang
hadir. Setelah itu Maq Bentatis mengeluarkan seluruh isi perutnya yang
berisi air tersebut, sehingga menghanyutkan seluruh pembesar istana yang
ketika itu berada di bawah. Akibat semburan atau aliran jatuhnya air
dari perut Maq Bentatis membentuk air terjun itulah hingga saat ini di
kenal dengan sebutan Lokok Raden. Karena yang hadir saat itu adalah para
pembesar istana (sebutan masyarakat setempat Raden) dan hanyut terbawa
air.
Air terjun dengan ketinggian kurang lebih 17 meter itu mengalir dari aliran sungai yang berasal dari Lokok Nampih Pendua, banyak tumbuh-tumbuhan dan bebatuan besar semakin menambah keasrian dan kesejukan disekitar lokasi air terjun.
Air terjun dengan ketinggian kurang lebih 17 meter itu mengalir dari aliran sungai yang berasal dari Lokok Nampih Pendua, banyak tumbuh-tumbuhan dan bebatuan besar semakin menambah keasrian dan kesejukan disekitar lokasi air terjun.
Tidak banyak orang yang tahu keberadaan lokasi air terjun ini, karena
memang tempatnya sangat tersembunyi dan jauh, diwaktu-waktu tertentu,
lokasi air terjun ini ramai dikunjungi masyarakat lokal, seperti saat
lebaran topat atau maulid.
"Mudah-mudahan kedepan, dengan keberadaan air terjun ini yang cukup
menjanjikan, jika dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat,"kata Murdiyanto.(Eko).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar