Kayangan,(SK),-- Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw
di Kayangan tahun 2012 ini tidak jauh beda dengan perayaan pada tahun
sebelumnya.
Perayaan
Maulid atau lazim dikenal dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw ini menjadi
momentum yang selalu ditunggu-tunggu warga muslim di berbagai pelosok
wilayah KLU. Masyarakat muslim yang tersebar diberbagai pelosok
desa,dusun bahkan kampung di daerah ini, masyarakat Islam masih antusias
dan bersemangat merayakan hari besar Islam tersebut.
Setiap kali perayaan Maulid digelar, berbagai kegiatan keagamaan dan
tradisional pun bermunculan. Mulai dari acara ngurisan, khitanan,baca
berzanji,lomba azan,puitisasi terjemahan Al-Qur’an,syahril,tilawah dan
kegiatan pendukung lainnya, seperti kegiatan olahraga dan hiburan.
Perayaan Maulid biasanya berlangsung meriah dan hal ini bukanlah barang baru,sebab ramainya perayaan seperti itu sudah dilakukan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi, selalu meriah. Apalagi perayaan itu dikemas secara adat, seperti yang dilakukan oleh masyarakat adat disebagian wilayah timur Dayan Gunung ini, seperti di wet Sesait, Gumantar, Sukadana,Salut,Semokan,Anyar dan Bayan. Ritual ini terus berlangsung sepanjang masa.
Perayaan Maulid biasanya berlangsung meriah dan hal ini bukanlah barang baru,sebab ramainya perayaan seperti itu sudah dilakukan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi, selalu meriah. Apalagi perayaan itu dikemas secara adat, seperti yang dilakukan oleh masyarakat adat disebagian wilayah timur Dayan Gunung ini, seperti di wet Sesait, Gumantar, Sukadana,Salut,Semokan,Anyar dan Bayan. Ritual ini terus berlangsung sepanjang masa.
Menurut catatan Sejarah mulai adanya perayaan Maulid ini sebenarnya
bermula pada masa Pemerintahan Bani Taimiyah, kemudian dilanjutkan pada
masa pemerintahan Khalifah Bani Abbas, yaitu ketika berkuasanya Sultan
Salahuddin Al Ayyubi atas kota Mekah dan Madinah saat itu.
Perintah merayakan maulid ini disampaikan untuk pertama kalinya oleh
Salahuddin Al Ayyubi pada musin haji tahun 579 H (1183 M). Sebagai
penguasa kota suci Mekkah dan Madinah saat itu, atas persetujuan
Khalifah Bani Abbas di Bagdhad, Salahuddin Al Ayyubi menghimbau kepada
jamaah haji dari seluruh dunia yang hadir kala itu, jika nantinya
setelah kembali ke kampung halaman masing-masing agar segera
mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat Islam.
Sultan Salahuddin merayakan tardisi Maulid ini, selain bentuk
cintanya kepada Rasul, juga sebagai cara untuk meningkatkan semangat
juang kaum Islam yang sudah hilang kala itu.
Perintah sosialisasi maulid ini, konon ceritanya di tentang oleh
sebagian ulama.Sebab sejak zaman Nabi Muhammad Swa dulu, peringatan
seperti itu tidak pernah ada.Lebih-lebih hari raya resmi menurut ajaran
Islam ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Akan tetapi Sultan Sahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid
Nabi Muhammad Saw adalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama,
sehingga tidak dapat di kategorikan bid’ah yang terlarang.Sosialisasi
pun berlangsung sukses.
Di banyak Negara,termasuk Indonesia, warga masyarakat dalam merayakan
kegiatan maulid selalu dilaksanakan dengan meriah yang dibungkus dengan
berbagai lomba dibidang keagamaan, olah raga maupun hiburan.Namun perlu
diakui bahwa perayaan maulid ini, untuk masing-masing daerah berbeda
cara menggelarnya.
Disamping itu, bahwa kegiatan perayaan Maulid diberbagai pelosok tersebut dijadikan momentum para pejabat Pemerintah untuk berkeliling ke mesjid-mesjid menghadiri undangan warga masyarakatnya, dalam rangka membangun silaturrahmi. Karena dengan membangun silaturrahmi yang kuat, tentu program dari pemerintah dalam rangka membangun daerah ini akan berhasil. (Eko)
Disamping itu, bahwa kegiatan perayaan Maulid diberbagai pelosok tersebut dijadikan momentum para pejabat Pemerintah untuk berkeliling ke mesjid-mesjid menghadiri undangan warga masyarakatnya, dalam rangka membangun silaturrahmi. Karena dengan membangun silaturrahmi yang kuat, tentu program dari pemerintah dalam rangka membangun daerah ini akan berhasil. (Eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar