Kayangan,(SK) --Sebagian besar masyarakat di pulau
lombok ini, sudah mengenal yang namanya kesenian Rudat. Kesenian Rudat
ini, untuk wilayah KLU sudah tidak asing lagi bagi masyarakat suku sasak
Dayan Gunung. Keberadaannya, mulai dari Kecamatan Pemenang hingga
Kecamatan Bayan, kesenian rudat ini nyaris bisa dijumpai disetiap desa.
Untuk
wilayah Kecamatan Kayangan, kesenian rudat ini berada di Dusun
Beraringan Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kab. Lombok Utara.
Kesenian yang dimainkan oleh 6 (enam) sampai 20 orang ini, menurut
Amaq Pitrah (47), salah seorang pendiri Rudat Beraringan, bahwa
kesenian Rudat ini berasal dari negara Timur Tengah (Turki).
Di ceritakan oleh Amaq Pitrah bahwa, Pada zaman dahulu kala kesenian
Rudat digunakan sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam,
terbukti dari syair-syair yang dilantunkan, sebagian besar bernafaskan
Islam.
Kesenian Rudat yang digunakan sebagai media dahwah oleh para penyebar Islam di bumi sasak ini, bahwa dalam pementasannya sering dikolaborasikan dengan budaya melayu agar dapat diterima oleh masyarakat setempat.
Kesenian Rudat yang digunakan sebagai media dahwah oleh para penyebar Islam di bumi sasak ini, bahwa dalam pementasannya sering dikolaborasikan dengan budaya melayu agar dapat diterima oleh masyarakat setempat.
Kesenian Rudat ini dibentuk oleh masyarakat Beraringan pada tahun
1980 dibawah pimpinan Amak Fitrah dan mengalami kejayaan pada tahun 1986
sampai 1990an.
Salah seorang pemain yang memperkuat dimasa jayanya kesenian Rudat Beraringan ini Balok (53) mengatakan bahwa, pada masa-masa itu kesenian Rudat ini sering diundang dalam berbagai acara, baik dalam acara resmi Pemerintah maupun acara kenduri dari masyarakat setempat.
Pada waktu itu,lanjut Balok, kesenian rudat ini sering dihadirkan
sebagai penyambut tamu-tamu penting dalam memeriahkan suatu acara
tertentu. Bahkan kesenian Rudat Beraringan ini pernah ikut ambil bagian
dalam mengikuti festival kesenian daerah yang berlangsung di senggigi.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, kesenian Rudat ini
mulai tenggelam akibat persaingan dengan kesenian yang dikemas secara
modern seperti Kecimol, Cilokaq, Orkes dan lain sebagainya, bahkan
pemerintah terkait kurang memberikan perhatian khusus. Dikhawatirkan
kesenian Rudat ini, kalau tidak ada pembinaan serius dari dinas terkait
maupun tidak adanya kader, maka lambat laun kesenian ini akan hilang dan
hanya tinggal namanya saja.(Ehe-Erk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar