Tanjung,-- Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan
access dalam implementasi program di lapangan yang akan dilaksanakan
oleh tim pelaksana.
Demikian yang diungkapkan R.Agus Hadianto selaku Koordinator Program
Access dari YLKMP saat membuka acara Workshop dan Pelatihan Tim
Pelaksana Program Penguatan Keberdayaan Warga, Organisasi Warga dan
Pemerintahan Desa dalam Mendorong Desa Mandiri, yang berlangsung di
Medana Bay Marina,Selasa (20/12/2011).
Kegiatan workshop yang melibatkan 36 orang tim pelaksana yang terdiri
dari Fasilitator Pendukung,Managemen Program, Fasilitator Pendamping
dan Pendukung Metodology ini adalah berasal dari YLKMP,Perekat Ombara
(PO), AMAN, PUGAR, Bareng Maju, Pelangi, Solidaritas Perempuan, Bappeda
dan Kecamatan.
Tim pelaksana berjumlah 22 orang yang terdiri 11 perempuan dan 11 laki-laki serta selain tim pelaksana terdapat 14 fasilitator pendamping yang akan menjadi mitra dari tim pelaksana dalam implementasi program. Fasilitator tersebut terdiri dari 2 orang dari Bappeda,2 orang dari BPMD serta 2 orang per kecamatan di Kabupaten Lombok Utara.
Menurut R.Agus Hadianto bahwa kegiatan workshop ini diselenggarakan guna memberikan pemahaman secara menyeluruh tentang Program Penguatan Keberdayaan Warga, Organisasi Warga dan Pemerintahan Desa dalam Mendorong Desa Mandiri.Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang program tersebut sangat penting bagi tim pelaksana dan fasilitator pendamping sebagai pembekalan tim yang akan menjalankan rencana aksi mitra guna penguatan keberdayaan warga organisasi warga dan Pemerintahan Desa dalam mendorong desa mandiri.
Tim pelaksana berjumlah 22 orang yang terdiri 11 perempuan dan 11 laki-laki serta selain tim pelaksana terdapat 14 fasilitator pendamping yang akan menjadi mitra dari tim pelaksana dalam implementasi program. Fasilitator tersebut terdiri dari 2 orang dari Bappeda,2 orang dari BPMD serta 2 orang per kecamatan di Kabupaten Lombok Utara.
Menurut R.Agus Hadianto bahwa kegiatan workshop ini diselenggarakan guna memberikan pemahaman secara menyeluruh tentang Program Penguatan Keberdayaan Warga, Organisasi Warga dan Pemerintahan Desa dalam Mendorong Desa Mandiri.Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang program tersebut sangat penting bagi tim pelaksana dan fasilitator pendamping sebagai pembekalan tim yang akan menjalankan rencana aksi mitra guna penguatan keberdayaan warga organisasi warga dan Pemerintahan Desa dalam mendorong desa mandiri.
Dikatakan Agus Hadianto, materi yang akan disampaikan oleh narasumber
yang sengaja didatangkan dari Bali tersebut diantaranya Membangun
pemahaman tentang pengertian Desa Mandiri, Mengembangkan berbagai
strategi untuk merintis terwujudnya Desa Mandiri,Memberikan pembekalan
tentang prinsip dan nilai-nilai Access, penyempurnaan pemahaman
appreciative intervieu, Strength Based Approach,interaksi dinamis/
pertautan para pihak,penulisan cerita sukses serrta berbagai issu
lainnya.
Agus Hadianto mengharapkan hasil yang didapatkan dari pelaksanaan
workshop yang pelaksanaannya berlangsung selama tiga hari ini,
masing-masing tim pelaksana,fasilitator pendamping memahami konsep desa
mandiri,memahami alur/siklus program, memahami prinsip dan nilai access,
memahami makna SBA ABA AI dan mampu menyusun strategi membangun
interaksi dinamis/pertautan para pihak.
Disamping itu, lanjut Agus bahwa proses dalam workshop dan pelatihan
tersebut menggunakan metode partisipatif dan apresiatif, yang mana akan
disesuaikan dengan kebutuhan orang dewasa, yaitu seluruh peserta adalah
pelaku utama dalam proses.Sementara fasilitator hanya memandu jalannya
proses sehingga lebih terarah dan memberi ruang bagi seluruh peserta
untuk berperan aktif.
“Workshop dan pelatihan yang diikuti Fasduk maupun Fasping ini akan
difasilitasi oleh Team Access Phase II,”jelas Agus.
Sementara team access phase II Nehik, yang memang sengaja didatangkan dari Bali dalam penyampaian materinya mengatakan bahwa arah strategis yang diharapkan dalam pemberdayaan warga dan penguatan organisasi warga dan OMS lain adalah Kesadaran Kritis, Pengorganisasian dan Mobilisasi sumber daya.Interaksi dinamis para pihak (antara masyarakat sipil dengan pemerintah di berbagai level - membangun mekanisme, relasi, kepercayaan antara para pihak yang terlibat), serta Perluasan dampak dan replikasi: perluasan dari praktek-praktek yang baik melalui kolaborasi dan mengembangkan relasi dengan kabupaten lain, proyek lain, dan sebagainya.
Sementara team access phase II Nehik, yang memang sengaja didatangkan dari Bali dalam penyampaian materinya mengatakan bahwa arah strategis yang diharapkan dalam pemberdayaan warga dan penguatan organisasi warga dan OMS lain adalah Kesadaran Kritis, Pengorganisasian dan Mobilisasi sumber daya.Interaksi dinamis para pihak (antara masyarakat sipil dengan pemerintah di berbagai level - membangun mekanisme, relasi, kepercayaan antara para pihak yang terlibat), serta Perluasan dampak dan replikasi: perluasan dari praktek-praktek yang baik melalui kolaborasi dan mengembangkan relasi dengan kabupaten lain, proyek lain, dan sebagainya.
Sementara kunci untuk interaksi dinamis Komunitas (OMS) dan
Pemerintah menurut Nehik adalah memiliki 4 area, yaitu Partisipasi
masyarakat, Transparasi, Akuntabilitas, penyebaran informasi, Pelayanan
Publik dan Keadilan Sosial.
“Fokus uatama Access tahap II adalah Orang Miskin,Perempuan,Orang Muda dan Kelompok Marjinal lainnya,”kata Nehik.
“Fokus uatama Access tahap II adalah Orang Miskin,Perempuan,Orang Muda dan Kelompok Marjinal lainnya,”kata Nehik.
Selanjutnya Nehik menjelaskan bahwa Komitmen Access yang disumbangkan
selama ini diantaranya Mendukung dan mendorong proses-proses
perencanaan dan penganggaran desa yang partisipatif, inklusif jender dan
social, Menyumbang pada sistem-sistem dan proses yang berjalan,
Mendukung proses –proses interaksi yang inklusif dan berbasis
aset/kekuatan, Memastikan warga memiliki informasi proses pembangunan
sehingga dapat terlibat aktif dalam mendorong pelayanan publik yang
bermutu.
Disamping itu untuk Mendukung keterlibatan warga dalam pengelolaan
sekolah (Citizen Report Card) dan Puskesmas serta Memastikan orang
miskin, perempuan dan kaum marjinal lain mendapatkan manfaat dari
proses-proses pembangunan.
Nehik juga menyebut bahwa prinsip access adalah Mendorong keadilan
gender dan keadilan social, Mengembangkan pendekatan pemberdayaan dan
pendekatan berbasis sumberdaya setempat,Mendorong keberlanjutan,
Berdasarkan kerjasama dan kolaborasi,Mendorong proses-proses yang lebih
partisipatif, transparan, dan akuntabel serta Pembelajaran terus
menerus.
“Pendekatan berbasis aset menghasilkan Warga dan organisasinya yang
memiliki power/kuasa serta Warga bisa menentukan arah proses-proses dan
memimpin apa yang dimulainya,”jelas Nehik.
“Perubahan yang Berkelanjutan karena mereka bisa memutuskan hal-hal
yang mempengaruhi kehidupan mereka, ”tutupnya.(Eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar