Rabu, 01 Juni 2011

Upaya Konservasi Sumber Mata Air di Kayangan

KAYANGAN,-- Wilayah Kecamatan Kayangan mempunyai beberapa sumber mata air ( Loko’ ) dan Sumur tradisional yang masih bertahan hingga saat ini.

Sebagian diantaranya, ada yang memiliki debit air cukup besar walaupun musim kemarau. Akan tetapi, juga sebahagiannya mengalami kekurangan debit air, bahkan mengering dimusim kemarau. Keadaan ini terus terjadi khususnya di Desa Kayangan.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan H.Abidin Mustakim (65) pada bulan April 2006 silam, bahwa kondisi tersebut perlu segera ditindak lanjuti dalam bentuk konservasi sumber mata air, melalui pelestarian lingkungan disekitar sumber mata air, dengan menanam berbagai jenis pepohonan yang memiliki fungsi konservatif.

H.Abidin Mustakim yang asal Bima ini berharap, agar kedepannya upaya konservasi ini dapat menjadi hutan lindung yang berwujud Pawang, yang terdapat didalam ataupun luar kawasan hutan kompleks hutan gunung Rinjani, yang pengelolaannya berbasis masyarakat adat.

Perintis Lahan Kering ini juga menyebut, ada beberapa mata air yang sudah mulai mengecil diantaranya Sumur Lokok Nampih, Sumur Lokok Kremean,Sumur Lokok Kapuk,Sumur Lokok Paok dan lain-lain. Sedangkan Sumur yang sudah kering diantaranya adalah Sumur Jembung di Empak Mayong.

Mata air Lokok Kremean adalah mata air yang terletak diluar kawasan hutan. Mata air ini masuk dalam wilayah Dusun Bat Pawang Sesait. Oleh adat setempat (Sesait), di mata air Sumur Lokok Kremean ini dijadikan sebuah tradisi turun - temurun sebagai tempat untuk mencuci Menik (Beras) untuk persiapan pada setiap acara selamatan atau peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, yang dilaksanakan setiap tahun secara adat di Wet Sesait.

Mata air Lokok Nampih adalah tempat bersejarah pada jaman dahulu. Dimana Tau Lokaq Sesait pada masa jayanya Datu Sesait, pernah perang dengan Datu Pendua, dan Lokok Nampih dijadikan tempat berlindung Datu Pendua beserta kaula balanya. Namun akhirnya Datu Sesait menang dan Datu Pendua kalah.

Sedangkan Sumur Jembung, yang airnya sudah mengering sejak tahun 2005 ini, terletak di Dusun Empak Mayong Desa Kayangan. Namun dari hasil survei H.Abidin Mustakim secara terus-menerus, Sumur Jembung ini akan mengering pada setiap bulan Mei dan kembali muncul airnya pada bulan Juni setiap tahunnya.

Pada zaman dahulu, disekitar sumur ini adalah kawasan hutan lebat (Pawang). Namun setelah adanya kebiasaan berladang berpindah-pindah oleh masyarakat setempat, kawasan ini menjadi gundul dan gersang atau kering. Kawasan ini, sekarang menjadi bagian kebun milik H.Abidin Mustakim.

Sejak tahun 1978, oleh H.Abidin Mustakim, kawasan sumur Jembung ini ditanami dengan pohon Beringin, pohon Kayu Putih, pohon Cendana dan lain-lainnya, yang hingga sekarang sekitar 93 jenis pohon, dengan tujuan Konservasi Mata Air. Juga oleh H.Abidin Mustakim, ditempat sumur Jembung ini dilepas kan jenis ikan belut atau ikan tuna putih untuk memancing dan mencari mata air. Hal seperti ini, pernah dilakukannya di Oi Masa Desa Sari Kecamatan Sape, Kabupaten Bima pada tahun 1981 silam.

Upaya pengendalian atau konservasi disetiap titik mata air ini, harus segera dilaksanakan, karena jenis pohon pelindung sudah sangat jarang, bahkan gundul. Upaya yang dapat dilakukan, menurut H.Abidin Mustakim adalah dengan menanam berbagai jenis tanaman pohon-pohonan konservasi, terutama yang dapat menghasilkan buah untuk kebutuhan masyarakat sekitarnya.

Dalam pengelolaan kawasan sumur Jembung ini, H.Abidin Mustakim melibatkan Jintaka ( tokoh masyarakat adat ) dan Tau Lokaq (orang-orang tua yang berpengaruh), atau yang dikenal dengan Pengelolaan Hutan berbasis Masyarakat Adat. Dengan pola ini, diharapkan dapat mewujudkan tujuan konservasi yang sesungguhnya dengan terbentuknya kembali sumber-sumber mata air diluar maupun didalam kawasan hutan, sebagaimana yang diharapkan bersama.

H.Abidin Mustakim berharap kepada Pemerintah Pusat maupun Daerah,Kecamatan dan Desa, untuk berperan aktif mendukung, baik dalam hal penyediaan bibit maupun biaya yang diperlukan serta turut serta mendukung tetap terjaganya kelompok hutan Taman Nasional Gunung Rinjani. (Eko)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar