SESAIT, ---Tidak dapat dipungkiri bahwa Setiap kelompok umat manusia atau setiap komunitas masyarakat memliki perjalanan sejarah asal usul tersendiri yang menjadi latar belakang kehidupannya.
Hal ini tercermin dalam tampilan budaya dan dicirikan oleh tatanan sosial serta keyakinan yang masih dipertahankan sebagai identitas dan diyakini akan dapat memberikan manfaat bagi kelompoknya.
Demikian halnya dengan masyarakat Adat Wet Sesait yang terdiri dari 4 wilayah Administratif Pemerintahan Desa Yaitu Desa Sesait sebagai pusat Pemerintahan Adat, Desa Kayangan, Desa Pendua, Dan Desa Santong.
Wet Sesait sebagai suatu komunitas Masyarakat Adat tentunya memiliki sistem sosial dan sistem kepercayaan yang bersumber dari nilai-nilai Agama Islam.
Adapun sistem sosialnya adalah Merenten sedangkan sistem kepercayaannya adalah monotheisme atau meyakini adanya kekuasaan tunggal yaitu Allah Tuhan yang Maha Esa. Hal ini tercermin dalam tiap-tiap prosesi budaya atau ritual-ritual adat yang dijalankan atas dasar persaudaraan dan kebersamaan melalui gotong royong serta diyakini sebuah perwujudan tugas dan fungsi ummat manusia sebagai subyek perintah Ilahiah dalam membangun tatanan kehidupan sosial yang maju, damai dan berkeadilan di alam semesta.
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan hakekat kehidupan tesebut, sehingga sebagai upaya regenerasi (menanamkan makna atau nilai-nilai sejarah kepada generasi muda sekaligus sebagai upaya melestarikan ritual-ritual adat yang diyakini bersumber dari nilai-nilai agama atau sebagai upaya penterjemahan nilai-nilai agama ( Paham : Adat Bersendikan Agama) maka dilaksanakanlah berbagai ritual adat.
Diantara ritual adat yang tetap dilaksanakan tiap tahun, menurut sekjen pembekel adat wet Sesait Masidep adalah Maulid Adat Nabi Besar Muhammada SAW., Aji Makam dan masih banyak lagi ritual Adat lainnya.
Salah satu ritual Adat yang akan dilaksanakan, lanjut Masidep adalah Ritual Aji Makam. Ritual Aji Makam akan dilaksanakan pada tiap pergantian musim dari musim kemarau ke musim Hujan (Mangku Sesait). Prosesi ritual Aji Makam akan dilaksanakan pada setiap bulan September tiap tahun, dengan Membaca Kitab Suci Al-Qur’an dari awal sampai selesai (tamat) dalam satu malam.
Adapun Kitab Suci Al-Quran yang akan dibaca adalah Kitab Suci Al-Qur’an yang dibawa oleh Alim Ulama’ yang bernama Sait Anom pertama kali dalam melaksanakan si’ar Agama Islam di tanah Sesait dan tertulis pada kulit onta.
Maka dalam rangka mengenang sejarah masuknya Agama Islam dan mengenang Tokoh penyebar Agama Islam ke Tanah Sesait maka dilaksanaknlah Acara Aji Makam. Kegiatan ini diawali dengan ritual memerikean (memperbaiki) Makam Tokoh penyebar agama Islam yang diyakini sebagai Datu Bayan.
Hal ini tercermin dalam tampilan budaya dan dicirikan oleh tatanan sosial serta keyakinan yang masih dipertahankan sebagai identitas dan diyakini akan dapat memberikan manfaat bagi kelompoknya.
Demikian halnya dengan masyarakat Adat Wet Sesait yang terdiri dari 4 wilayah Administratif Pemerintahan Desa Yaitu Desa Sesait sebagai pusat Pemerintahan Adat, Desa Kayangan, Desa Pendua, Dan Desa Santong.
Wet Sesait sebagai suatu komunitas Masyarakat Adat tentunya memiliki sistem sosial dan sistem kepercayaan yang bersumber dari nilai-nilai Agama Islam.
Adapun sistem sosialnya adalah Merenten sedangkan sistem kepercayaannya adalah monotheisme atau meyakini adanya kekuasaan tunggal yaitu Allah Tuhan yang Maha Esa. Hal ini tercermin dalam tiap-tiap prosesi budaya atau ritual-ritual adat yang dijalankan atas dasar persaudaraan dan kebersamaan melalui gotong royong serta diyakini sebuah perwujudan tugas dan fungsi ummat manusia sebagai subyek perintah Ilahiah dalam membangun tatanan kehidupan sosial yang maju, damai dan berkeadilan di alam semesta.
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan hakekat kehidupan tesebut, sehingga sebagai upaya regenerasi (menanamkan makna atau nilai-nilai sejarah kepada generasi muda sekaligus sebagai upaya melestarikan ritual-ritual adat yang diyakini bersumber dari nilai-nilai agama atau sebagai upaya penterjemahan nilai-nilai agama ( Paham : Adat Bersendikan Agama) maka dilaksanakanlah berbagai ritual adat.
Diantara ritual adat yang tetap dilaksanakan tiap tahun, menurut sekjen pembekel adat wet Sesait Masidep adalah Maulid Adat Nabi Besar Muhammada SAW., Aji Makam dan masih banyak lagi ritual Adat lainnya.
Salah satu ritual Adat yang akan dilaksanakan, lanjut Masidep adalah Ritual Aji Makam. Ritual Aji Makam akan dilaksanakan pada tiap pergantian musim dari musim kemarau ke musim Hujan (Mangku Sesait). Prosesi ritual Aji Makam akan dilaksanakan pada setiap bulan September tiap tahun, dengan Membaca Kitab Suci Al-Qur’an dari awal sampai selesai (tamat) dalam satu malam.
Adapun Kitab Suci Al-Quran yang akan dibaca adalah Kitab Suci Al-Qur’an yang dibawa oleh Alim Ulama’ yang bernama Sait Anom pertama kali dalam melaksanakan si’ar Agama Islam di tanah Sesait dan tertulis pada kulit onta.
Maka dalam rangka mengenang sejarah masuknya Agama Islam dan mengenang Tokoh penyebar Agama Islam ke Tanah Sesait maka dilaksanaknlah Acara Aji Makam. Kegiatan ini diawali dengan ritual memerikean (memperbaiki) Makam Tokoh penyebar agama Islam yang diyakini sebagai Datu Bayan.
Maka dalam rangka mengenang sejarah penyebaran Agama Islam dan dalam rangka mempertahankan Aqidah Masyarakat Wet Sesait, maka para sesepuh adat wet Sesait mengadakan berbagai usaha dalam memberikan dukungan baik berupa moril maupun Materil demi suksesnya kegiatan dimaksud.
Menurut salah seorang sesepuh adat wet Sesait Djekat, mengatakan bahwa maksud diadakannya kegiatan ritual Aji Makam ini adalah selain sebagai Upacara Ritual yang rutin dilaksanakan tiap tahun, maka kegiatan semacam ini, diharapkan akan mampu dijadikan sebagai momen refleksi atau sebagai upaya perenungan sekaligus mengenang sejarah masuknya Ajaran Agama Islam di Tanah Sesait.
Sedangkan tujuan kegiatan ini (ritual Aji Makam) adalah : sebagai sarana Da’wah dan menanamkan nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari Agama Islam, sebagai upaya membangun kader bangsa yang memiliki loyalitas, militansi dan integratif yang tinggi.Sebagai upaya menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan local, Ajang memperkuat Sillaturrahmi, memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat dan sebagai sarana menanamkan nilai-nilai Moral kepada generasi Muda.(Eko).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar