Sesait,(SK),--Kurun 
waktu dua abad  lebih lamanya, Sesait mengalami masa kejayaannya. Pada 
masa Pemeintahan Layur tahun 1725-1755 M. Pada zaman itu terjadi 
peristiwa  yang hingga saat ini masih melegenda pada rakyat Sesait, 
yaitu cerita tentang munculnya buah sondak (sejenis labu) diatas langit 
Sesait, yang  kemudian buah Sondak itu berubah menjadi seorang bayi dan 
bayi inilah kelak menjadi  ulama besar yang bergelar Pangeran Said Anom.
 Di bawah asuhan ulama besar inilah sehingga  Islam pada zaman itu 
berjaya di  gumi paer Sesait. Tidak heran banyak santri yang menimba 
ilmu di daerah ini, yang rata-rata mengambil aliran jalan tassauf.
Gumi paer Sesait pada saat itu mempunyai wilayah kekuasaan yang cukup 
luas, bahkan  sekitar 200 tahun lebih kejayaan Datu Sesait masih kuat 
bertahan. Sebelum kedatangan Pangeran Said Anom ke Gumi paer Sesait, 
pada saat itu Kerajaan Sesait pernah di singgahi  oleh  beberapa  ulama –
 ulama  besar, seperti  Said Rahmat, Kanjeng Syech Said Saleh. 
Diceritakan, Said Rahmat yang berkedudukan di Ampel Denta Surabaya 
pernah datang ke daerah Dayan Gunung khususnya di tanah Sesait, di 
buktikan dengan banyaknya bukti sejarah  peninggalan  beliau yang masih 
tersimpan di dalam Kampu Sesait, seperti Kitab Suci Al-Qur’an yang 
tertulis pada kulit Onta, tongkat khutbah yang terbuat dari hati pohon 
pisang. Ini membuktikan bahwa Kanjeng Said Rahmat  pernah singgah dan 
mengajarkan Agama Islam kepada penduduk Kampung Sesait, pada sekitar 
pertengahan abad 15 M. Kemudian  Kanjeng Syeh Said Saleh, yang ahkirnya 
menjadi Mangku Gumi Pertama Kerajaan Sesait. Kedua Wali Allah  tersebut 
secara bersamaan datang  ke  kampung Sesait.
Menurut keterangan sesepuhadat Sesait 
Djekat mengatakan, Layur adalah  Raja Sesait  ke 16  dengan Gelar 
Pangeran Mangku  Gumi.  Dalam hal struktur  Pemerintahan Tau Lokaq Empat
 menjalankan roda Pemerintahannya dengan baik, sehingga ia di cintai 
oleh segenap lapisan masiyarakatnya.
Dalam sejarah Sesait, kedatangan Said 
Anom ke Gumi Sesait penuh misteri yang membutuhkan pikiran sehat untuk 
memaknainya.  Dikisahkan, pada suatu malam, langit gelap diatas Sesait, 
selama tiga hari tiga malam. Dalam keadaan seperti itu, masyarakat yang 
hidup masa itu menjadi heran bercampur takut, tidak biasanya terjadi, 
jangan-jangan akan terjadi kiamat, pikir mereka. Berselang beberapa 
waktu kemudian, langit yang tadinya gelap, tiba- tiba  terang kembali, 
seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Begitu langit terang, masyarakat 
Sesait yang pada saat itu di liputi rasa takut dan kebingungan, kemudian
 melihat ada buah sondak sudah berada di oman rot selatan kampung Sesait
 yang sekarang, mengeluarkan sinar terus-menerus tanpa henti. Rupanya 
buah sondak inilah yang membawa sinar di atas langit Sesait  selama  
tiga hari tiga malam masa itu.
Di ceritakan, selanjutnya buah sondak 
yang tadinya berada di bawah pohon beringin yang letaknya di Oman Rot 
selatan kampung Sesait yang sekarang, kemudian bergelinding  sendiri ke 
 arah utara, ketika waktu asar tiba, buah sondak itu berhenti di samping
 masjid kuno Sesait. Setelah waktu asar habis, buah sondak itu  kembali 
bergelinding ke arah utara memasuki gawah pedewak Sesait (gawah 
dris/gawah alas bana=belum terjamah tangan manusia) hingga di koloh 
bandan.
Pangeran Mangku Gumi Layur (yang 
berkuasa saat itu) langsung memerintahkan abdi dalamnya untuk mengecek 
keberadaan buah sondak itu. Setelah abdidalam yang di perintah itu 
sampai  di koloh bandan dan di saksikan masyarakat setempat, buah sondak
 tersebut tiba tiba berubah menjadi seorang bayi laki-laki mungil. 
Sontak saja abdidalam dan masyarakat yang menyaksikan kejadian itu 
kaget. Lalu oleh abdidalam, bayi itu kemudian di bawanya menghadap 
Raja.Singkat cerita, Raja Sesait pun langsung menerima bayi tersebut, 
dan berjanji akan merawat dan membesarkannya. Dalam perkembangan 
selanjutnya, konon bayi laki-laki mungil itu semakin hari pertumbuhanya 
semakin cepat besar, tidak seperti bayi biasa yang pertumbuhannya 
lambat.
Seiring dengan berjalanya waktu, bayi 
itupun tumbuh besar menjadi seorang pemuda dan pemuda inilah yang di 
kemudian hari menjadi ulama besar yang di kenal dengan sebutan Said Anom
 dengan gelar Diah Kanjeng Pangeran Said Anom, yang telah mengajarkan  
Agama Islam keseluruh wilayah kekuasaan kerajaan Sesait  hingga Islam 
berjaya pada masa itu. Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan 
pesatnya perkembangan Islam di gumi Sesait kala itu, maka Diah Kanjeng 
Pangeran Said Anom mengambil inisiatif untuk hijrah dari Sesait ke Bayan
 dan memperluas syiar Islam di sana hingga akhir hayatnya. Bukti - bukti
 sejarah peninggalan beliau  di Bayan, diantaranya, Masjid kuno Bayan 
Beleq dan makamnya yang terletak di Desa Bayan Beleq, Kecamatan Bayan, 
Kabupaten Lombok Utara.  Makam Diah Kanjeng Pangeran Said Anom yang 
letaknya di samping Masjid kuno Bayan Beleq itu, hingga saat ini banyak 
di kunjungi para peziarah baik local,regional maupun internasional untuk
 berziarah sebagai bentuk penghormatan atas jasa –jasa beliau dalam 
menyebarkan Agama Islam di wilayah Sesait dan Bayan.(Eko-Agus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar