Oleh : Abu Mushlih Ari Wahyudi
Muslim.Or.Id (SK),--
Tak satu pun agama yang memberikan toleransi terhadap kekerasan, baik
terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Bukan semata-mata ajaran agama
itu yang melarang, melainkan karena kekerasan bertentangan dengan
fitrah manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Kekerasan akan menghancurkan
manusia dan peradabannya yang telah dibangun sejak permulaan manusia
itu ada. Manusia dan peradabannya selalu mendambakan terbangunnya
perdamaian dan kedamaian sejati, bukan perdamaian yang dibuat-buat
(semu) karena berbagai motif yang terselubung dan tidak bertanggung
jawab. Perdamaian yang diharapkan adalah perdamaian yang didasarkan
cinta kasih sesama sebagai makhluk Tuhan, yang mempunyai beban dan
tanggung jawab sama di muka bumi, yaitu mewujudkan perdamaian itu
sendiri.
Karena peradaban manusia selalu diwarnai
pertentangan dan kepentingan, maka Tuhan memberi petunjuk berupa agama
untuk membimbing manusia kepada jalan yang benar atau jalan perdamaian.
Peradaban dan budaya yang tidak dibimbing oleh agama akan membawa
sengsara dan pertentangan. Ini terbukti dengan semakin hilangnya
nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan akibat modernisasi yang tidak
dibarengi dengan peneguhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sikap
kebersamaan dan gotong-royong telah diganti dengan sikap
individualistis, sikap saling tolong-menolong dan membantu berubah
menjadi saling bermusuhan (antagonistik), serta spiritualitas murni
digantikan dengan spiritualitas semu yang serba formalis.
Inilah yang membawa manusia kepada
kekacauan dan ketidakstabilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mewujudkan
perdamaian di dunia ini. Bahkan, perdamaian itu merupakan sebagian dari
pokok keberagamaan umat. Iman sebagai inti dari agama mengandung tiga
pengertian, yakni al-iman (percaya kepada keesaan Allah), al-amanah
(sikap jujur), dan al-aman (menghadirkan keamanan dan kedamaian). Orang
yang menyatakan beriman kepada Allah dituntut mampu melaksanakan tiga
makna tersebut, yaitu: percaya, jujur, dan damai. Orang beriman yang
hanya percaya kepada Allah namun tidak bersikap jujur dan malah berbuat
kerusakan dan kekerasan berarti keimanannya tidak sempurna.
Perdamaian dan kedamaian itu dapat
berhasil apabila dimulai dari pribadi masing-masing. Ibda’ bi nafsik
(mulailah dari dirimu sendiri), demikian sabda Nabi. Memulai perdamaian
dari diri sendiri berarti harus mampu menghadirkan kedamaian dalam jiwa
dan menjauhkannya dari kerusakan dan kehancuran Diri kita pun harus
dipenuhi hak-haknya, hak jasmani dan ruhani, serta harus dijauhkan dari
hal-hal yang merusak jasmani dan rohani itu. Sebagai makhluk sosial,
manusia diwanti-wanti oleh Islam agar mewujudkan perdamaian dan
menjauhkan kerusakan dalam lingkup sosial kemasyarakatan. Allah sangat
mengecam kerusakan yang dilakukan umat manusia di muka bumi ini. ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di muka bumi akibat ulah tangan manusia”.
Dalam hal ini, menjaga lingkungan dari
kerusakan adalah sebagian dari ajaran Islam untuk mewujudkan kebersamaan
dan kedamaian bersama. Menghadirkan kedamaian pada diri sendiri dan
masyarakat tidak akan bernilai tanpa dilandasi dengan ketakwaan kepada
Allah dan kepatuhan kepada Rasulullah Saw, karena perintah perdamaian
dan larangan berbuat kerusakan adalah perintah Allah dan perilaku yang
dilakukan oleh Nabi.Sebagemana disebutkan Qs.Ali 'Imran 31 : إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah
aku (Nabi), maka Allah akan mencintaimu dan memaaf kan dosa-dosamu”,
demikian Allah menegaskan dalam firman-Nya. Artinya, sebagai umat
Muhammad, kita harus berperilaku mengikuti pola perilaku yang
diajarkannya, yaitu akhlak karimah (perilaku yang baik), di mana beliau
adalah contoh yang terbaik (uswatun hasanah).بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ ِبمَا فِيْهِ مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ
هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ (@)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar