Gumantar,(SK) –Prosesi
ritual Maulid Adat Gumantar rutin untuk setiap tahun pelaksanaannya
berlangsung selama tiga hari tiga malam. Prosesi ritual Maulid Adat Ala
Gumantar ini terus dipertahankan hingga kini. Keberadaan komunitas
Gumantar dalam pelaksanaan Maulid Adat masih menganut system tradisi
secara turun temurun.
Untuk
menyongsong pelaksanaan ritual Maulid Adat Gumantar, satu minggu
sebelumnya sudah dilakukan berbagai persiapan. Seperti Meleah Bale Gubuq
(membersihkan kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid
Kuno dan gotong royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual
Maulid Adat, termasuk membersihkan Lokok Bikuk.
Menurut A.Sukari, salah seorang tokoh
adat Gumantar mengatakan bahwa, kegiatan pendahuluan meleah ini adalah
merupakan Saur Sanga (Nasar) sebagai wujud syukur kepada Allah Swt,
karena setiap tahun dapat bertemu lagi dengan bulan Maulid. Sehingga
masyarakat komunitas Gumantar dapat melaksanakan ritual adat seperti
yang dicontohkan oleh para leluhur.
“Ini adalah tradisi para leluhur, dimana kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan ritual Maulid adat di wet Gumantar ini adalah meleah atau Saur Sanga,”terang A.Sukari, yang dibenarkan juga oleh A.Rupidi yang juga tokoh adat setempat. Sementara itu, tokoh adat Gumantar yang lain, seperti Rinansah menjelaskan kepada penulis tentang rangkaian prosesi ritual Maulid Adat Gumantar, sejak awal persiapan hingga berakhirnya ritual tersebut.
“Ini adalah tradisi para leluhur, dimana kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan ritual Maulid adat di wet Gumantar ini adalah meleah atau Saur Sanga,”terang A.Sukari, yang dibenarkan juga oleh A.Rupidi yang juga tokoh adat setempat. Sementara itu, tokoh adat Gumantar yang lain, seperti Rinansah menjelaskan kepada penulis tentang rangkaian prosesi ritual Maulid Adat Gumantar, sejak awal persiapan hingga berakhirnya ritual tersebut.
Dikatakan, pada hari pertama yang
dilakukan oleh masyarakat adat Gumantar menjelang pelaksanaan Maulid
adatnya adalah seperti meleah disekitar Bale Gubuq (membersihkan
kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid Kuno dan gotong
royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual Maulid Adat,
termasuk membersihkan Lokok Bikuk.
Disamping itu, yang perlu dipersiapkan pada hari pertama itu antara lain membuat Jojor (lampu yang terbuat dari kapas dan buah jarak pagar yang di racik jadi satu),menguluh (ambil padi bulu dari Sambi (Lumbung padi) untuk persiapan nasi ayat dan menentukan praja Mangku dan Praja Penghulu.Praja ini berjumlah 4 orang perempuan, yang terdiri dari 2 orang yang sudah tua (sudah menopause) dan 2 orang lagi yang masih belum aqil balik.Tugasnya adalah sebagai tokoh utama dalam pelaksanaan proses ritual Maulid Adat.Misalnya, praja inilah yang bertugas menumbuk padi bulu untuk dijadikan nasi ayat,praja ini pula yang berada paling depan dalam bisok beras maupun ketika naik ke Mesjid Kuno dalam puncak pelaksanaan Maulid Adat.Sedangkan Praja Maulidnya yang terdiri dari 2 orang berada di belakang dari praja itu.
Disamping itu, yang perlu dipersiapkan pada hari pertama itu antara lain membuat Jojor (lampu yang terbuat dari kapas dan buah jarak pagar yang di racik jadi satu),menguluh (ambil padi bulu dari Sambi (Lumbung padi) untuk persiapan nasi ayat dan menentukan praja Mangku dan Praja Penghulu.Praja ini berjumlah 4 orang perempuan, yang terdiri dari 2 orang yang sudah tua (sudah menopause) dan 2 orang lagi yang masih belum aqil balik.Tugasnya adalah sebagai tokoh utama dalam pelaksanaan proses ritual Maulid Adat.Misalnya, praja inilah yang bertugas menumbuk padi bulu untuk dijadikan nasi ayat,praja ini pula yang berada paling depan dalam bisok beras maupun ketika naik ke Mesjid Kuno dalam puncak pelaksanaan Maulid Adat.Sedangkan Praja Maulidnya yang terdiri dari 2 orang berada di belakang dari praja itu.
Pada hari kedua, kegiatan adat yang
dilakukan adalah mempersiapkan kayu bakar,gong dua di turunkan kemudian
mencucinya di lokok Bikuk.Setelah selesai mencuci, gong dua itu kembali
ke Bale Beleq untuk dilakukan ritual tabuh selama tiga kali, baru
kemudian di bawa ke tempatnya di depan Mesjid Kuno untuk ditabuh selama
berlangsungnya prosesi Maulid Adat.Namun sebelum mulai ditabuh,
disembelihkan ayam terlebih dahulu diatas gong maupun kelentangnya.
Setelah mulai ditabuh, maka pada saat ini, masyarakat adat Gumantar
sudah boleh menari menggunakan tarian yang dikenal dengan sebutan Migel.
Siang harinya dilakukan kegiatan
Merembun (mengumpulkan) segala hasil bumi (beras,dll) di Bale Beleq
(rumah adat). Dalam acara merembun ini dilakukan oleh kaum hawa dengan
menggunakan wadah Praras (bakul kecil) dan berpakaian adat. Pada sore
harinya bisok beras pun dilakukan ke Lokok Bikuk oleh praja Mangku dan
Praja Penghulu bersama dengan inan pawon dan diiringi oleh sedikitnya 10
hingga 12 orang perempuan dengan menggunakan pakaian adat khas
Gumantar. Dalam acara bisok menik ini, menurut Rinansah, tidak
berdasarkan Purusa.”Siapa saja boleh melakukannya,”kata Rudim.
Sementara menunggu segala sesuatunya
siap, di alun-alun Mesjid Kuno Gumantar masih tetap berlangsung tarian
yang menurut bahasa Gumantar disebutnya Migel. Bersamaan dengan itu, di
bale beleq, Ancak untuk wadah membawa nasi ke Mesjid Kuno nantinya pun
dipersiapkan, praja mulud juga sedang dipersiapkan.
Kemudian acara selanjutnya menurut Rudim
(45) adalah Tau Lokak sudah siap diberugak bersama sama dengan
Pengancang dan berpakaian adat.
“Kalau sudah Tau Lokak sudah siap di Berugak bersama dengan Pengancang, ini berarti prosesi ritual Maulid Adat, akan segera digelar,”terang Rudim. Acara dilanjutkan dengan iring-iringan sepasang Praja Mulud menuju Mesjid Kuno, dengan 10 orang laki-laki membawa ancak (dulang terbuat dari bambu) dan 20 pasang wanita mengiring paling depan dengan menggunakan pakaian adat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar