Salah satu tradisi masyarakat adat saat Bulan Ramadhan, juga menjadi moment penting masyarakat adat dalam meraih keberkahan dan ridho Ilahi, yakni melakukan tradisi leluhur yang hingga saat ini tetap di lestarikan dalam memaknai kehadiran bulan Ramadhan adalah tradisi nyedekah masyarakat adat.
“Tradisi nyedekah dilaksanakan semua komunitas masyarakat adat di KLU, walaupun ada perbedaan dalam teknis pelaksanaannya namun tanpa mengurangi makna atau substansi nilai yang terkandung di dalamnya,” Demikian yang diungkapkan sesepuh adat Sesait Samak (Bapak) Djekat DM, saat memberikan ceramah refleksi adat dan tradisi leluhur Sesait di Bale Kampu dalam acara nyedekah puasa (Buka Puasa Bareng) di Bale Kampu Sesait, Senin (15/8/11).
Ditambahkannya, Ada tiga nilai yang terkandung didalam pelaksanaan Nyedekah. Puasa berdasarkan fatwa para leluhur kita, Pertama, Puasa harus mampu melahirkan sikap sabar atau jadi orang penyabar. Kebiasaan kita di luar Bulan Ramdhon baik menyangkut prilaku, pola pikir, tindak tanduk keseharian yang tidak baik menurut agama serta sikap dan perbuatan yang lebih didorong oleh egoisme dan hawa nafsu harus mampu dikendalikan.
Kedua, Puasa harus mampu melahirkan sikap peduli terhadap sesama atau memiliki kepekaan sosial terhadap saudara-saudara kita yang kurang mampu, Nyedekah puasa bertujuan memberikan kelebihan rizki yang kita miliki dibagikan pada keluarga kita yang kurang mampu dan bagi kaum musafir dengan cara menyiapkan makanan untuk berbuka puasa seperti yang kita laksanakan saat ini, ketiga adalah memelihara sillaturrahim,
Pada kesempatan yang sama Pengulu (penghulu) Wet Adat Sesait Aswadin juga menjelaskan, kegiatan atau tradisi nyedekah Puasa merupakan kebiasaan masyarakat adat Sesait yang pelaksanaannya atas inisiatif atau kemauan sendiri dari masing-masing gubuk (Dusun).
Jadi nyedekah puasa tidak hanya dilaksanakan satu kali saja,” khusus untuk malam ini sengaja dilaksanakan atas inisiatif para Karma Gubuk tokoh-tokoh Adat dimasing-masing Dusun bertepatan dengan pertengahan bulan Ramadhon” terang Aswadin.
Lebih lanjut dijelaskan, “Tadisi Masyarakat adat sesait, setiap pertengahan bulan puasa memasuki malam ke-16 ada istilahnya Maleman dan balik ayat pada sholat tarawih. Jadi rangkaian prosesi nyedekah puasa dimulai dari berbuka puasa bareng (bersama) di dalam Kampu (dusun) dilanjutkan, sholat Magrib, sholat isya dan tarawih berjamaah di musholla dekat bale pengantian (ruang tunggu) Kampu Sesait,” terangnya (Hamadan Wadi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar