SESAIT, -- Jalan setapak menuju areal persawahan milik Dagul (55) dusun Sentul Desa Pendua Kecamatan Kayangan ini, sangat menguras tenaga.
Pasalnya, jalan yang menuju ke areal persawahan tersebut penuh liku-liku dan berbukit terjal. Letak tanah persawahan milik Dagul ini, berada sekitar 500 meter kearah tenggara dusun Sentul. Di ujung selatan tanah sawah milik Dagul inilah lokasi Sumur yang menurut sejarah Sesait dinamakan Sumur Lokok Kapuk.
Untuk sampai ke sumur ini, bisa ditempuh dengan jalan kaki maupun menggunakan kendaraan roda dua, bisa lewat desa Santong dan bisa juga lewat Sesait. Namun, bagi yang menggunakan kendaraan cukup sampai di dusun Sentul bagian atas dan diteruskan jalan kaki menuju lokasi dengan menyusuri pematang sawah.
Disekitar lokasi sumur Lokok Kapuk ini ditumbuhi oleh pohon durian, pohon Jot dan pohon nangka. Sebelumnya, disebelah timur sumur ini bertengger dengan angker pohon Kapuk (randu), yang oleh masyarakat setempat diyakini berumur ratusan tahun. Itulah sebabnya sumur yang memiliki sejarah sacral dijamannya ini, ketika ditemukan oleh masyarakat secara turun – temurun, pohon randu atau kapuk itu sudah ada disekitar sumur ini, sehingga oleh masyarakat setempat dinamakan Sumur Lokok Kapuk.
Konon, menurut sejarah Sesait, dimasa jayanya pemerintahan “Datu Sesait” atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Wet Sesait dengan sebutan “Tau Lokak Empat” (Pemusungan, Penghulu, Mangku Gumi dan Jintaka), sumur lokok Kapuk ini adalah di yakini sebagai tempat Pemandiannya.
Menurut cerita A.Kaimah (alm) yang berkuasa di Kampu Sesait (1870) sebagai Raja Sesait yang ke-25 kala itu, yang diceritakan kembali oleh Dagul dan Bukren, bahwa keberadaan Sumur Lokok Kapuk ini, dulunya adalah sebagai induk dari seluruh mata air yang bermunculan di gontoran Sentul hingga Gubug Setowek. Namun setelah Sumur Lokok Kapuk ini ditutup oleh Tau Lokak Empat Sesait, maka sumur ini tidak lagi mengeluarkan air seperti sedia kala atau sebesar sebagaimana keadaannya semula.
Sebagaimana diceritakan bahwa diameter sumber mata air di sumur lokok Kapuk yang diyakini ditunggui oleh seekor ikan Tuna Putih ini adalah sebesar batang pohon enau. Tidak bisa dibayangkan, betapa besar air yang keluar dari sumur tersebut. Sehingga ketika sumur ini belum ditutup dulu, aliran airnya membentuk sebuah kali besar. Namun sekarang, bekas aliran kali tersebut sudah menjadi areal persawahan milik Dagul Sentul.
Sumur ini ditutup oleh Tau Lokak Empat Sesait, menggunakan Ijuk, pare bulu satu ikat, sebilah keris, seekor ayam putih mulus dan daun sirih digulung kemudian dimasukkan dalam kepeng bolong dalam sebuah upacara ritual adat, karena dikhawatirkan akan menjadi rebutan penguasa Hindu yang sampai ke wet Sesait kala itu. Seandainya sumur ini tidak ditutup, maka orang-orang Hindu pelarian Majapahit dari Jawa abad 16 silam, akan bermukim dan menetap di lokasi sekitar sumur itu.
Kekhawatiran para sesepuh Sesait kala itu, patut diacungi jempol. Karena berhasil menutup sumur yang menjadi tempat pemandian para Datu yang memerintah di wet Sesait kala itu. Sehingga dengan ditutupnya sumur tersebut, penguasa Hindu yang datang ke Sesait yang merupakan pelarian dari Majapahit karena terdesak dengan masuknya pengaruh Islam masa itu, maka tidak menemukan sumur yang merupakan tempat pemandian para ‘Datu Sesait’ yang berkuasa secara turun-binurun.
Sumur Lokok Kapuk ini, walau sudah ditutup berabad-abad lamanya, namun airnya tetap mengalir meskipun tidak sebesar aslinya dulu, hingga sekarang dan airnya dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan oleh warga sekitar Sentul atas dan bawah hingga Gubuk Setowek Desa Pendua Kecamatan Kayangan Lombok Utara. (Eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar