Migel (tarian) yang biasanya digelar disekitar kompleks Mesjid Kuno Gumantar ini, sejak awal dimulainya persiapan hingga berakhirnya ritual Maulid Adat, Migel terus digelar hingga tengah malam.
Menurut A.Sukari (54) salah seorang tokoh adat Gumantar mengatakan bahwa, kegiatan tarian Migel ini dilakukan oleh segala lapisan masyarakat, baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Terutama yang lebih menonjol menurut A.Sukari adalah dilakukan oleh para gadis.
“Tarian Migel ini dilakukan secara spontanitas oleh anak-anak remaja ataupun oleh orang dewasa. Mereka melakukan tarian yang disebut Migel ini secara otodidak,”jelas A.Sukari.
“Siapa saja yang hadir ditempat ini, lanjutnya, pasti akan tertarik untuk bergoyang mengikuti alunan irama gending kulintang dan gong adat yang sudah ratusan tahun tersimpan dibale adat ini,”tambahnya.
Sementara itu, salah sorang penari Migel Nursani, yang ditemui penulis disela-sela kesibukannya menari mengatakan bahwa dirinya sangat senang ikut menari bersama teman-temannya. Apalagi katanya, kalau sudah mendengar bunyi gending gong adat yang ditabuh di alun-alun Mesjid Kuno, rasa girangnya ingin bergoyang timbul secara spontan.
“Kalau kita sudah berada disini (alun-alun Mesjid Kuno..red), begitu kita dengar bunyi gong ditabuh, rasa girang kita timbul secara tiba-tiba ingin menari. Kalau sudah seperti itu, kita langsung ke alun-alun bergabung bersama teman-teman, yang memang sudah duluan menari,”terang Nursani semangat.
Ketika ditanya, apakah tidak merasa bosan menari terus sepanjang hari, lebih-lebih ritualMaulid Adat ini berlangsung selama dua hari dua malam, Nursani mengaku tidak pernah merasa bosan, karena diakuinya selama menari (Migel) bahwa dirinya selalu senang.
“Yang penting tidak ada beban yang kita pikirkan, rasa bosan itu tidak ada. Dengan demikian, rasa senang saja yang selalu ada pada diri kita,”jelas Nursani.(Eko).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar