Sabtu, 28 September 2013

Putri Datu Daha di Culik Raksasa Kalimandaru (2)


Sesait,(SK),-- Dalam perkembangan sejarah berikutnya, diceritakan dalam takepan lontar kasmaran tersebut, kocap cerita setelah besar, putri Prabu Daha yang bernama Candra Wulan Sasih ingin bermain ke sebuah taman milik kerajaan ayahandanya. Dengan diiringi inang pengasuhnya Inaq Emban dan kedua Mahapatih Mangkubumi dan Mangkunegaran, sang putri berangkatlah menuju taman untuk bermain sebagaimana biasanya.

Sedang asyiknya bermain, tiba-tiba datanglah makhluk aneh yang tinggi besar serta muka yang seram.Makhluk aneh itu bernama Raksasa. Suaranya bagaikan guntur menggelegar, pandangannya bagaikan halilintar menyambar membuat bulu roma berdiri. Saking takutnya, baik putri Candra Wulan  Sasih,Inaq Emban dan kedua Mahapatih yang sedang berjaga di pojok taman menjadi kalang kabut bercampur gemetar dan menggigil.Mereka melakukan perlawanan semampunya, namun makhluk aneh yang disebut Raksasa itu tidak bisa terkalahkan.Putri pun di sambar dan di larikannya.

Kedua Mahapatih Mangkubumi dan  Mangkunegaran dan Inaq Emban pun bersedih, beduka yang sangat mendalam atas hilangnya sang Putri kesayangan sang Raja. Mereka takut, hukuman apa gerangan yang di jatuhkan raja kepada mereka atas kelalaiannya menjaga sang Putri. Sambil menangis sejadi-jadinya, Inaq Emban kembali ke istana guna melaporkan kejadian yang menimpa putri semata wayang sang Raja Daha.

Begitu mendapat laporan dari para abdinya tentang putri semata wayangnya menghilang di culik Raksasa, Prabu Daha pun murka.Dalam suasana berduka tersebut sang Prabu memerintahkan kepada kedua Mahapatihnya untuk mengumumkan sebuah sayembara yang telah dibuatnya.Sayembara tersebut berisi, ”Barang siapa yang menemukan Putri Candra Wulan Sasih hidup atau pun mati, jika ia laki-laki, maka akan di kawinkan dengan putrinya dan jika ia perempuan maka ia akan di angkat sebagai saudara sang putri.”

Seiring dengan berjalannya waktu, kedua Maha patih Mangkubumi dan Mangkunegaran sambil membawa dan menyebarkan isi sayembara tersebut ke seluruh pelosok negeri Kerajaan Daha. Disamping membawa dan menyebarkan pengumuman sayembara itu, kedua Mahapatih pun di utus oleh sang Prabu Daha untuk mencari orang berani (pendekar) yang mampu melawan raksasa sang penculik putri.

Kocap cerita, maka berangkatlah kedua Mahapatih menuju hutan tarik (pawang alas bana) untuk melaksanakan titah sang prabu. Dengan menyusuri lembah, mendaki bukit, masuk hutan, masuk kampung, menuruni jalan curam dan medan yang melelahkan, kedua Mahapatih jalankan tanpa mengenal lelah dan putus asa.Tiba di suatu tempat, merekapun istirahat.

Cupak Menzholimi Adiknya Gurantang (5)


Sesait,(SK),-- Di ceritakan Cupak bersama adiknya Gurantang kembali ke gua dan raksasa pun berhasil dibunuh oleh Gurantang. Sang Putri berhasil di selamatkan kembali. Namun setelah putri berhasil keluar dari dalam gua dengan menggunakan tali laso, Gurantang tertinggal dalam gua, karena ketika giliran Gurantang diangkat, tali laso terputus, karena memang sengaja di putuskan oleh Cupak. Jadilah Gurantang seorang diri dalam gua, yang keberadaannya tidak diketahui berapa lama tinggal di dalam gua yang gelap dan berbau amis itu.

Dalam takepan lontar kasmaran tersebut di ceritakan, setelah raksasa berhasil di bunuh oleh Gurantang dan sang putri juga berhasil di selamatkan, oleh Cupak kemudian mengajak sang putri pulang kembali ke istana menghadap Prabu Daha (ayahanda sang putri) untuk menepati janjinya. Dihadapan Prabu Daha Cupak pun menagih janji untuk segera di kawinkan dengan putri Candra Wulan Sasih.

Setibanya di istana, Cupak diterima langsung oleh Prabu Daha sendiri yang didampingi para pembesar kerajaan, termasuk kedua Mahapatih Mangkubumi dan Mangkunegaran. Di hadapan Datu Daha dan para pembesar kerajaan itu, Cupak kembali berpesan, jika ada orang yang kurus kerempeng yang datang dan berkeliaran di luar istana dan mengaku dirinya gurantang adiknya, maka di bunuh saja, itu musuh kerajaan, kata Cupak. Hal ini tiada lain adalah akal licik Cupak supaya tidak ada penghalang baginya untuk dapat mempersunting putri Datu Daha Candra Wulan Sasih.

Cupak Kecewa di Tolak Putri Candra Wulan Sasih (4)

Sesait,(SK),-- Dalam perjalanan pulang, Cupak membujuk sang putri, ketika nanti di tanya oleh Prabu Daha (ayahandanya) agar mengatakan Raden Cupaklah yang membunuh Raksasa itu. Berbagai bujuk dan rayu yang lancarkan sang Cupak. Disamping itu,Cupak juga merayu sang putri agar dia mau di kawinkan dengannya, namun putri Candra Wulan Sasih tidak mau dan tetap bungkam. Akhirnya Cupak kehabisan akal. Berbagai strategi telah dilakukannya, namun sang putri tetap pada pendiriannya, karena memang bertentangan dengan kenyataan yang dilihatnya, bahwa bukan Cupak yang membunuh raksasa yang menculiknya melainkan Gurantang.

Dengan kondisi tersebut, lalu Cupak berpura-pura memanggil raksasa agar sang putri di ambil lagi.Hal ini dilakukan Cupak, karena dirinya berfikir sudah tidak mungkin ada raksasa lain lagi.Sebab raksasa yang menculik sang putri sudah mati.Dugaan Cupak inipun meleset. Ternyata masih ada satu lagi yang masih berkeliaran.Maka sang putri pun di sambar lagi dari tangan sang Cupak dan di larikan ke dalam guanya.

Cupak dan Gurantang Menerima Tugas Berat (3)

Sesait,(SK),-- Selanjutnya dalam Takepan Lontar Kasmaran itu diceritakan, tersebutlah dua orang bersaudara kakak – beradik Kasmaran dan Montong Ulung yang lebih dikenal dengan sebutan Gurantang-Cupak, dimana dalam menjalani kehidupan masing-masing memiliki karakter yang berbeda, sehingga Kasmaran prustasi dengan sikap kakaknya karena tidak konsekuen dalam kehidupan. Akhirnya Kasmaran pergi nglalu (mengembara) entah kemana tanpa arah tujuan. Montong Ulung kakaknya pun menyesal berbuat seperti itu.Maka di susullah adiknya agar selalu bersama, susah maupun senang ditanggung bersama. Setelah menemukan adiknya, maka merekapun mengembara bersama-sama.

Dalam perjalanan mengembara tersebut, kedua kakak-beradik bertemu dengan orang asing yang memiliki tanduk.Orang asing yang ditemukan itu tiada lain adalah Mahapatih Mangkubumi dan Mangkunegaran yang sedang menjalankan tugas rajanya untuk mencari putri yang hilang di culik makhluk Raksasa sekaligus mencari orang pemberani (pendekar).
Setelah saling adu argument antara kedua belah pihak, maka Cupak menyanggupi dirinya yang akan membunuh raksasa yang menculik sang putri. Mendengar kesanggupan Cupak tersebut, kedua Mahapatih membawa Cupak bersama adiknya Gurantang menuju istana Kerajaan Daha untuk di hadapkan kepada baginda Prabu Daha.
Tiba di depan istana,Cupak menyuruh adiknya menunggu di luar tembok istana, sementara dirinya masuk ke istana menghadap Prabu Daha. Dihadapan sang Prabu, Cupak berjanji dan sanggup mencari sang putri yang hilang dan membunuh raksasa yang menculiknya.Dasar Cupak yang banyak akal tanpa pikir panjang, dia mengumbar janji, yang penting bagaimana dia dapat makan.
Mendengar kesanggupan Cupak ini,maka Prabu Daha pun memberikan perbekalan secukupnya pada sang pemberani Cupak termasuk memberikan Keris Pusaka leluhur Kerajaan Daha dan menjamunya dengan berbagai macam hidangan sebelum Cupak berangkat melaksanakan tugasnya.Usai dijamu, maka berangkatlah Cupak bersama adiknya yang sejak tadi menunggu di luar istana untuk mencari dan membunuh raksasa yang menculik putri Datu Daha.
Perjalanan mencari raksasa pun sangat melelahkan bagi sang Cupak.Dalam keadaan seperti itu, sempat terlintas dalam hati sang Cupak ingin mengajak adiknya mengurungkan niatnya untuk mencari raksasa sesuai dengan janjinya kepada sang Prabu.Namun adiknya mengatakan, teruskan saja, karena terlanjur sudah berjanji.Jadi pantang mundur, kata adiknya.
Perjalanan pun dilanjutkan dengan menyusuri hutan,lembah,naik-turun jurang dan perbukitan yang penuh dengan tantangan. Ketika mereka merapat dan mendekati sebuah gua, yang dijumpai pertama kali adalah bekas telapak kakinya sebesar Mayang Pinang.Cupak pun takut melihat bekas telapak kakinya itu. Bagaimana besar makhluknya, jika bekas kakinya saja seperti itu,pikir Cupak pada adiknya.Lalu Cupak terus membujuk adiknya agar mengurungkan niat untuk mencari raksasa itu.Tetapi adiknya terus bersikeras untuk tetap melanjutkan perjalanan mencari raksasa Kalimandaru untuk menepati janji kepada Prabu Daha. Hal serupa terus dilakukan Cupak ketika mereka menemukan lagi bekas kencingnya seperti bekas kubangan kerbau, bekas kotorannya seperti bukit,kemudian menemukan jurang dan di jurang inilah di yakini sebagai tempat gua tempat tinggalnya raksasa yang mereka cari.
Oleh adiknya, Cupak di suruh duluan masuk ke dalam gua untuk perang melawan raksasa dengan membawa keris pusaka leluhur kerajaan daha.Baru mendengar suara raksasa berdehem saja, Cupak lari tunggang langgang, dia mengira suara Guntur. Lalu Cupak menyuruh adiknya gurantang yang masuk gua dan perang melawan raksasa. Akhirnya, raksasa pun bisa di kalahkan oleh gurantang.
Cupak mencoba turun ke dalam gua untuk mencari sang putri.Namun sang Cupak hanya turun hingga pertengahan gua.Lalu kembali naik ke atas, karena Cupak khawatir jangan-jangan masih ada raksasa llainnya yang ada di dalam.Kemudian Cupak menyuruh adiknya saja yang turun ke gua mencari dan menyelamatkan sang putri.Pendek cerita akhirnya sang putri ditemukan di dalam gua raksasa lalu di bawa naik oleh gurantang.(Bersambung)

Menelusuri Peninggalan Sejarah Kerajaan Pejanggik

Praya,(SK),-- Desa Pejanggik berpenduduk sekitar 900 rumah tangga.Warna sejarah Lombok tidak bisa dilepaskan dari sejarah desa ini.Nama pejanggik jelas merupakan pertautan antara desa dengan kerajaan yang pernah ada dan berpengaruh di Lombok.

Dahulu wilayah kekuasaan kerajaan pejanggik meliputi pantai barat sampai pantai timur pulau Lombok, dari Belongas hingga Tanjung Ringgit.

Pejanggik berkuasa hamper bersamaan dengan berkuasanya kerajaan Selaparang di Lombok Bagian Timur.Selaprang sendiri sering di presentasikan sebagai kerajaan yang banyak menguasai wilayah pulau Lombok saat itu.

Membicarakan sejarah Lombok tanpa membicarakan desa Pejanggik tentu tidak akan lengkap.Bukti-bukti fisik yang menegaskan bahwa desa pejanggik sebagai warisan kerajaan Pejanggik diantaranya Makam Seriwa yang lokasinya berada di pinggir jalan utama persis di tengah desa.Seriwa dalam pengertian bahsa Sasak, berasal dari kata serio’ yang berarti melihat.Makam ini telah mengalami pemugaran oleh pemerintah sejak ditetapkan sebagai cagar budaya,dimana keberadaan makam ini sudah ada sejak ratusan tahun silam dan diyakini sebagai tempat petilasan terakhir Raja Pejanggik.

Secara umum komplek makam Seriwa merupakan kompleks makam umum. Berada persis dipinggir jalan raya Praya-Keruak Lombok Timur.Makam Seriwa berada di tempat ketinggian.Masyarakat umum yang akan berkunjung ke makam tersebut harus melewati makam masyarakat umum dan selanjutnya memasuki kompleks makam Seriwa.

Dalam kompleks makam Seriwa terdapat sejumlah makam dan pusara di dalamnya.Hanya satu makam yang berada di dalam bangunan dengan dinding terbuka dan dilengkapi dengan kain putih.Ini menandakan bahwa makam tersebutlah yang menjadi obyek kunjungan (makam Seriwa).Kompleks makam dikelilingi oleh puluhan pohon kamboja (jepun) berumur tua.

Banyak versi tentang Kerajaan Pejanggik, tetapi masyarakat Sasak Lombok Tengah percaya bahwa makam itu adalah makam Raja Pejanggik yang terakhir.Dalam bahasa arab, makam berarti tempat. Masyarakat meyakini bahwa disini tempat raja Pejanggik terlihat untuk yang terakhir kalinya.

Peziarah biasanya ramai mengunjungi makam ini usai hari raya idul fitri atau hari-hari besar Islam lainnya.Peziarah tidak hanya datang dari wilayah Lombok Tengah saja, tetapi banyak juga yang datang dari Kabupaten lain dan bahkan dari daerah luar. Di kompleks makam Seriwa ini kerap kali dilaksanakan perang timbung.Perang ini mirip dengan perang topat di pura lingsar di Desa Lingsar.Bedanya, perang di kompleks makam Seriwa ini menggunakan timbung (jajan khas masyarakat Sasak yang terbuat dari ketan), sedangkan perang topat di pura Lingsar menggunakan topat.

Berdasarkan banyak pendapat, pelaksanaan tradisi perang timbung ini berawal dari kekacauan internal Kerajaan Pejanggik.Selain itu, soal ketegangannya dengan Kerajaan Selaparang.Raja kemudian melakukan tapa brata (semedi) untuk meminta hidayah sang pencipta.Dari hasil tapa bratanya ini,Raja kemudian menyampaikannya kepada para penasehat pembesar kerajaan.Oleh para penasehat, Raja diminta mengumpulkan seluruh rakyat dan memerintahkan kepada mereka membuat jajan timbung untuk dibagikan sebagai bahan ritual,berkumpul, bersilaturrahmi dan saling memberi.

Tidak hanya makam Seriwa ini saja yang terdapat di Desa Pejanggik yang merupakan peninggalan Kerajaan Pejanggik.Peninggalan lainnya adalah Lingkok Toro (sungai Toro) yang terdapat di Dusun Toro Desa Pejanggik.Pada waktu-waktu tertentu di sekitar aliran sungai yang lebih sering mongering ini, masyarakat menggelar ritual adat.Disinilah di yakini sebagai tempat raja menyembunyikan benda pusaka kerajaan.Sebagian masyarakat setempat juga mengaku menyimpan beragam barang antik peninggalan kerajaan mulai dari kain, perabot rumah tangga dan lain-lain.

Seperti yang pernah di tulis di berbagai babad, berdirinya kerajaan Pejanggik bermula dari menyepinya Deneq Mas Putra Pengen dengan Segara Katon ke daerah yang bernama Rambitan.Beliau didampingi oleh putranya Deneq Mas Komala Sempopo, yang kemudian menurunkan raja-raja Pejanggik.Kerajaan Pejanggik mulai mengalami perkembangan pada tahun 1648 M.

Dalam sejarahnya, Kerajaan Pejanggik menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Selaparang di Lombok Timur.Kerenggangan kemudian terjadi oleh politik adu domba seseorang dari internal Pejanggik sendiri Arya Banjar Getas. Pada generasi ke-9, tahta di Kerajaan Pejanggik dilanjutkan dari Pemban Mas Komala Kusuma yang memiliki anak bernama Meraja Kusuma.Setelah itu, Pejanggik mulai meredup karena perselisihan internal antara Pemban Mas Komala dengan Arya Banjar Getas yang berujung peperangan.

Agar pertautan sejarah tidak putus, masyarakat setempat meminta keseriusan Pemda untuk menggali akar sejarah.Tidak hanya tentang Kerajaan Pejanggik, tetapi juga tentang kekayaan sejarah local lainnya.Dokumentasi ilmiah harus dibuat agar diketahui oleh generasi mendatang.(Ras)
 

Mengenal Pemeran Utama Gurantang Pusaka Jati Sesait

Sesait,(SK),--- Sejak berdirinya pada tahun 1958 silam, kesenian tradisional Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait tidak terlepas dari peran para tokoh legendaris pendirinya, seperti Sauban, Saharim,Yahep,Dahu,Remait, Malon,Amak Kelas dan Puk Sardin.

Ketenaran kesenian tradisional Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait pada zamannya itu, menjadikan kesenian tersebut lebih dikenal luas oleh masyarakat seantero Dayan Gunung kala itu. Pada generasi pertama keberadaan kesenian yang sempat membuat heboh masyarakat lokal pada zamannya itu, sebagai pemeran utama Gurantangnya adalah Sauban. Sementara yang berperan sebagai Cupaknya adalah Saharim dan Remait serta putrinya di perankan oleh Kilo. Ketenarannya pun berakhir ketika posisi Gurantangnya di gantikan oleh putranya sendiri yaitu Nasudin pada tahun 1975.

Praktis sejak Nasudin tampil sebagai pemeran Gurantang dan Naskiah (adiknya) berperan sebagai putri, maka sejak saat itu ketenarannya pun kembali memuncak hingga Nasudin sendiri meninggalkan kesenian yang sempat membesarkan namanya itu, untuk mengabdi sebagai TNI AD di perbatasan NTT dan Timor Leste pada tahun 1980.

Kepada penulis, Nasudin yang merupakan generasi ke tujuh dari Sauban yang memerankan tokoh Gurantang kala itu mengatakan, dirinya tampil memrankan tokoh Gurantang menggantikan ayahnya (Sauban) adalah karena orang tuanya menginginkan adanya regenerasi.Ternyata keinginan dari orang tuanya pun terwujud.Dengan tampilnya Nasudin sebagai pemeran Gurantang menggantikan posisi orang tuanya, maka kesenian Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait kala itu semakin tenar dan lebih di kenal dari kesenian sejenis yang pernah ada di KLU.

Dikatakan, ketenaran kesenian tradisional yang sempat jaya pada decade tahun 1980-an itu, karena memang peran para tokoh pendukung saat itu sangat penting.

Generasi kedua, pemeran Gurantangnya Laina, Cupaknya Saharim dan putrinya Canep. Generasi ketiga, pemeran Gurantangnya Nursep, Cupak (Remait, Siradi, Yahep, Malon) dan putrinya Kinjep. Genrasi Keempat, pemeran gurantangnya Maharip, putrinya Senip. Sedangkan Cupaknya tetap Yahep, Malon,Remait dan Siradi.Genrasi Kelima, gurantangnya Jago dan putrinya kredek,Cupaknya Remait,Siradi,Malon, Yahep.Kemudian generasi keenam, gurantangnya Dugek dan putrinya Sidik, sedangkan Cupaknya Siradi,Remait, Yahep.Generasi ketujuh, Gurantangnya Nasudin dan putrinya Naskiah dan Cupaknya Remait,Yahep (A.Satar). Kemudian Generasi kedelapan, gurantangnya Naskiah, putrinya Same, sedangkan Cupaknya Remait,Yahep, Malon.Pada geresai Sembilan, Gurantangnya Murina dan putrinya Samina, sedangkan Cupaknya Remait, Yahep,

Pemeran utama Gurantang pada kesenian Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait patut di banggakan. Karena dengan kembalinya ia ke kampung halamannya di Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait Kecamatan Kayangan KLU setelah purna tugas bulan Februari 2013 lalu, maka praktis kesenian yang sempat timbul tenggelam selama 35 tahun selama ditinggalkannya itu, kini bangkit kembali.

Karena Nasudin bertekad dan berkeinginan agar kesenian yang pernah membesarkan namanya itu kembali jaya sebagaimana pada masa dulunya. Lebih-lebih para sekaha dan para pemain pendukungnya yang kini masih hidup antusias untuk menghidupkan kembali kesenian ini. Sehingga sesuai dengan kesepakatan mereka tetapkan jadual latihannya setiap malam Kamis dan pentasnya setiap malam Minggu di sekretariatnya di Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait KLU.

“Film dokumenternya sudah dibuat, kini dalam tahap finishing.Masyarakat yang ingin mengkoleksinya pun bisa memilikinya,”tandas Nasudin.

Film Cerita Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait ini nantinya akan di arsipkan di bagian kebudayaan di Dikbudpora KLU. Hal ini dilakukan agar kesenian tradisional tersebut tetap lestari sepanjang masa.Disamping itu, Perhatian Pemerintah Daerah juga sangat diperlukan terhadap tetap eksisnya keberlangsungan kesenian tradisional di daerah ini.Tanpa dukungan dan peran serta Pemerintah Daerah melestarikan sejarah dan nilai-nilai seni budaya lokal tentu semuanya itu hampa.(Eko)
 

Kiprah Nasudin Membangkitkan Kesenian Cupak Gurantang Pusaka Jati Sesait

Sesait,(SK),-- Di lingkungan masyarakat adat Sesait, cerita Cupak Gurantang di kenal dengan sebutan Kayak. Cerita ini pun tidak sembarang cerita, melainkan di sadur dari Kitab Takepan Lontar Kasmaran yang hingga kini tersimpan di Kampu Sesait.
Menurut budayawan asal Sesait Masidep,S.Pd mengatakan, sejak berdirinya pada bulan Agustus 1958 silam, para tokoh penggagas sekaligus pemain seperti Sauban dan dibantu Malon, Remait, Rekawi, Amaq Kelas, Gendek, Dranjang, Ripen,Amaq Musti, Amak Israh serta Amaq Tami’in, keberadaan kesenian ini terus eksis. Selain itu, tokoh yang tidak kalah penting ikut sebagai pendukung kesenian tersebut diantaranya Puk Sardin,Puk Napinah,Puk Laku, Puk Sumenep,Puk Satar, Puk Saharim, Aca, Amaq Amaq Lepak,Amaq Jamiah,Amaq Aru, Amaq Siradi dan lainnya.

Dikatakan, kesenian Cupak gurantang Pusaka Jati Sesait yang kini mulai bangkit tersebut mengalami puncak kejayaan pada masa yang pertama yaitu ketika Sauban berperan sebagai Gurantang dan Cupak diperankan oleh Saharim dan putri diperankan oleh Kilo, yaitu dari sejak berdirinya tahun 1958 hingga awal tahun 1970-an. Kemudian kesenian ini pun mengalami puncak kejayaannya pada masa generasi kedua setelah Sauban yaitu pada zamannya Nasudin sebagai Gurantang, Naskiah (adiknya) sebagai putri dan Amaq Satar sebagai Cupak tahun 1972-1980-an. ”Kenapa kesenian ini mengalami puncak kejayaannya berakhir hingga tahun 1980-an, karena Nasudin selaku pemeran utama Gurantangnya kala itu mengabdi ke perbatasan NTT dan Timor Leste sebagai alat Negara yaitu TNI AD,”jelas Masidep.

Namun diakui Masidep, ayah dari Nasudin yang dulunya berperan sebagai Gurantang dan pada generasi kedua hanya berperan sebagai peniup suling, walau pemeran utama gurantangnya tidak lagi berperan karena bertugas sebagai seorang TNI AD di perbatasan NTT dan Timor Leste, sehingga posisi gurantangnya di gantikan oleh adiknya Naskiah dan ketenarannya pun terus berlanjut hingga tahun 1985. Setelah tahun itu, ketenarannya sudah mulai redup karena sebagian pemain maupun sekaha pendukungnya ada yang wafat. Seperti Sauban, Amaq Satar, Amaq Ripen, Amaq Lepak, Amak Israh, Amak Kelas, Rekawi, Amak Deranjang dan lain sebagainya.Disamping itu ada beberapa perlatannya yang dijual dan ada pula yang lapuk di makan rayap karena saking lamanya tersimpan tidak pentas lagi.

Bersyukurlah, setelah 35 tahun kemudian, sekembalinya pemeran utama gurantang (Nasudin) dari rantauan pada awal tahun 2013 lalu ke kampung halamannya di Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait KLU, maka seluruh pemain dan sekaha yang pernah mendukung kesenian Cupak Gurantang pada masa lalu terutamna yang masih hidup di hubunginya untuk bagaimana kesenian yang pernah jaya dimasanya dulu dibangkitkan kembali. Ternyata upaya ini di dukung oleh seluruh keluarga para sekaha dan pemain yang masih hidup.Sehingga mulailah Nasudin dibantu oleh saudara-saudaranya seperti Masidep, Eko, Jhon, Jinul, Asrudin, Rangga dan lainnya menyusun kekuatan dengan membentuk pengurus terlebih dahulu baru kemudian menata keadaan anggota yang masih setia pada kesenian leluhur ini.

Dalam rapat pertama yang digelarnya awal Januari 2013 lalu, disepakati untuk membentuk Pengurus dan calon sekaha serta para pemain yang masih hidup semuanya didata.Sebagai Ketua Masidep,S.Pd, Sekretaris Zaenulhadi, S.Pd, Bendahara Eko Sekiadim,S.Sos dan selaku Ketua Umum Serka (Purn) TNI AD Nasudin.Disamping pengurus inti, terbetuk pula seksi-seksi diantaranya seksi sekaha, seksi pentas, seksi Pewarah, seksi dokumentasi dan seksi transportasi.

Disamping kepengurusan yang sudah terbentuk, maka disepakati pula sebagai tempat Sekreatriat kesenian ini di Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat.Jadual latihan pun disepakati setiap malam Kamis dan jadual pentasnya setiap malam minggu di sekretariatnya Dusun Lokok Sutrang.(Eko)
 

Wali Penyebar Agama Islam Pertama di Gumi Sesait

Sesait,(SK),-- Berawal dari sebuah kampung kecil pada Pertengahan abad 15 M, terbentuklah tatanan kehidupan masyarakat yang memegang teguh adat istiadat dan budaya yang kental melegenda. Kearifan lokal yang terus dipertahankan tersebut, sebelum kedatangan para wali penyebar Islam ke gumi paer Sesait kala itu, masyarakat kampung tersebut sudah memiliki keyakinan mempercayai adanya Tuhan, yaitu menganut keyakinan yang disebut Islam Jelema Ireng (Wettu Telu), artinya ajaran Islam belum sepenuhnya diterima (dalam hal Syariat). Namun dalam hal Ketauhidan, masyarakat Sesait memiliki faham dan keyakinan yang sangat kuat. Setelah kedatangan para Wali Allah (para penyebar Islam) yang mengajarkan agama Islam kepada penduduk kampung tersebut, maka teranglah pelaksanaan agama Islam di tempat itu. 

Menurut Piagam Sesait yang di namakan Kitab Muhtadi’, pada abad 15 M kala itu, Sesait dijadikan sebagai Pusat Penyebaran Islam dan Pusat Pemerintahan Pertama yang mencakup wilayah kekuasaan Sesait , karena berdasarkan atas keputusan para wali di Jawa, bahwa wali yang pertama mengijakkan kakinya di gumi Sasait adalah Kanjeng Syeh Said Saleh Pedaleman, berasal dari Makkah Al-Mukarramah, dan Kanjeng Said Rahmad atau lebih dikenal oleh masyarakat stempat dengan sebutan Bapuk Rahmad. Kedua wali tersebut secara bersamaan datang ke kampung tersebut. Mereka berdua secara bersama-sama menyebarkan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Namun kedua wali penyebar Islam ini setelah tugas mereka dianggap sudah berhasil, lalu mereka melanjutkan perjalanan ke daerah lain yaitu ke tanah Jawa Dwipa. Tetapi kedua wali ini tidak begitu saja meninggalkan daerah ini.Maka mereka sepakat siapa yang tetap tinggal dan yang akan melanjutkan perjalanan.

Sejarah mencatat, bahwa yang tetap tinggal di kampung tersebut adalah Kanjeng Syeh Said Saleh Pedaleman dan beliau sebagai Mangku Gumi yang pertama di Kerajaan Sesait dengan gelar Diah Kanjeng Pangeran Sangapati atau lebih dikenal dengan nama Melsey Jaya. Kanjeng Syeh Said Saleh Pedaleman setelah ditinggal rekannya Kanjeng Said Rahmad, tugas misi suci itu terus dilakukannya hingga akhir hayatnya. Kanjeng Syeh Said Saleh Pedaleman inilah yang menurunkan Demung-Demung Sesait. Setelah mangkat beliau dimakamkan di hutan Pedewa Sesait sekitar 200 m kearah utara kampung Sesait sekarang dan makam beliau masih terpelihara hingga saat ini.(Eko-Agus)
 

Misteri Munculnya Pangeran Sayid Anom di Gumi Paer Sesait

Sesait,(SK),--Kurun waktu dua abad lebih lamanya, Sesait mengalami masa kejayaannya. Pada masa Pemeintahan Layur tahun 1725-1755 M. Pada zaman itu terjadi peristiwa yang hingga saat ini masih melegenda pada rakyat Sesait, yaitu cerita tentang munculnya buah sondak (sejenis labu) diatas langit Sesait, yang kemudian buah Sondak itu berubah menjadi seorang bayi dan bayi inilah kelak menjadi ulama besar yang bergelar Pangeran Said Anom. Di bawah asuhan ulama besar inilah sehingga Islam pada zaman itu berjaya di gumi paer Sesait. Tidak heran banyak santri yang menimba ilmu di daerah ini, yang rata-rata mengambil aliran jalan tassauf.
Gumi paer Sesait pada saat itu mempunyai wilayah kekuasaan yang cukup luas, bahkan sekitar 200 tahun lebih kejayaan Datu Sesait masih kuat bertahan. Sebelum kedatangan Pangeran Said Anom ke Gumi paer Sesait, pada saat itu Kerajaan Sesait pernah di singgahi oleh beberapa ulama – ulama besar, seperti Said Rahmat, Kanjeng Syech Said Saleh. Diceritakan, Said Rahmat yang berkedudukan di Ampel Denta Surabaya pernah datang ke daerah Dayan Gunung khususnya di tanah Sesait, di buktikan dengan banyaknya bukti sejarah peninggalan beliau yang masih tersimpan di dalam Kampu Sesait, seperti Kitab Suci Al-Qur’an yang tertulis pada kulit Onta, tongkat khutbah yang terbuat dari hati pohon pisang. Ini membuktikan bahwa Kanjeng Said Rahmat pernah singgah dan mengajarkan Agama Islam kepada penduduk Kampung Sesait, pada sekitar pertengahan abad 15 M. Kemudian Kanjeng Syeh Said Saleh, yang ahkirnya menjadi Mangku Gumi Pertama Kerajaan Sesait. Kedua Wali Allah tersebut secara bersamaan datang ke kampung Sesait.

Menurut keterangan sesepuhadat Sesait Djekat mengatakan, Layur adalah Raja Sesait ke 16 dengan Gelar Pangeran Mangku Gumi. Dalam hal struktur Pemerintahan Tau Lokaq Empat menjalankan roda Pemerintahannya dengan baik, sehingga ia di cintai oleh segenap lapisan masiyarakatnya. 

Dalam sejarah Sesait, kedatangan Said Anom ke Gumi Sesait penuh misteri yang membutuhkan pikiran sehat untuk memaknainya. Dikisahkan, pada suatu malam, langit gelap diatas Sesait, selama tiga hari tiga malam. Dalam keadaan seperti itu, masyarakat yang hidup masa itu menjadi heran bercampur takut, tidak biasanya terjadi, jangan-jangan akan terjadi kiamat, pikir mereka. Berselang beberapa waktu kemudian, langit yang tadinya gelap, tiba- tiba terang kembali, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Begitu langit terang, masyarakat Sesait yang pada saat itu di liputi rasa takut dan kebingungan, kemudian melihat ada buah sondak sudah berada di oman rot selatan kampung Sesait yang sekarang, mengeluarkan sinar terus-menerus tanpa henti. Rupanya buah sondak inilah yang membawa sinar di atas langit Sesait selama tiga hari tiga malam masa itu.

Di ceritakan, selanjutnya buah sondak yang tadinya berada di bawah pohon beringin yang letaknya di Oman Rot selatan kampung Sesait yang sekarang, kemudian bergelinding sendiri ke arah utara, ketika waktu asar tiba, buah sondak itu berhenti di samping masjid kuno Sesait. Setelah waktu asar habis, buah sondak itu kembali bergelinding ke arah utara memasuki gawah pedewak Sesait (gawah dris/gawah alas bana=belum terjamah tangan manusia) hingga di koloh bandan.

Pangeran Mangku Gumi Layur (yang berkuasa saat itu) langsung memerintahkan abdi dalamnya untuk mengecek keberadaan buah sondak itu. Setelah abdidalam yang di perintah itu sampai di koloh bandan dan di saksikan masyarakat setempat, buah sondak tersebut tiba tiba berubah menjadi seorang bayi laki-laki mungil. Sontak saja abdidalam dan masyarakat yang menyaksikan kejadian itu kaget. Lalu oleh abdidalam, bayi itu kemudian di bawanya menghadap Raja.Singkat cerita, Raja Sesait pun langsung menerima bayi tersebut, dan berjanji akan merawat dan membesarkannya. Dalam perkembangan selanjutnya, konon bayi laki-laki mungil itu semakin hari pertumbuhanya semakin cepat besar, tidak seperti bayi biasa yang pertumbuhannya lambat.

Seiring dengan berjalanya waktu, bayi itupun tumbuh besar menjadi seorang pemuda dan pemuda inilah yang di kemudian hari menjadi ulama besar yang di kenal dengan sebutan Said Anom dengan gelar Diah Kanjeng Pangeran Said Anom, yang telah mengajarkan Agama Islam keseluruh wilayah kekuasaan kerajaan Sesait hingga Islam berjaya pada masa itu. Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan pesatnya perkembangan Islam di gumi Sesait kala itu, maka Diah Kanjeng Pangeran Said Anom mengambil inisiatif untuk hijrah dari Sesait ke Bayan dan memperluas syiar Islam di sana hingga akhir hayatnya. Bukti - bukti sejarah peninggalan beliau di Bayan, diantaranya, Masjid kuno Bayan Beleq dan makamnya yang terletak di Desa Bayan Beleq, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Makam Diah Kanjeng Pangeran Said Anom yang letaknya di samping Masjid kuno Bayan Beleq itu, hingga saat ini banyak di kunjungi para peziarah baik local,regional maupun internasional untuk berziarah sebagai bentuk penghormatan atas jasa –jasa beliau dalam menyebarkan Agama Islam di wilayah Sesait dan Bayan.(Eko-Agus)

Ritual Tradisi ”Taeq Lauq” di Kalangan Masyarakat Adat Wet Sesait, Nyaris Punah

Sesait,(SK),-- Adat adalah sesuatu yang bersifat luhur, yang menjadi landasan kehidupan bagi masyarakat. Adat ditetapkan secara bersama sejak zaman dahulu hingga sekarang sebagai sarana menjamin keharmonisan antara sesama manusia dengan alam sekitar dan manusia dengan sang penciptanya.
Menurut Pembekel Adat Sesait Masidep, mengatakan bahwa adat sering dipertentangkan dengan agama oleh banyak kalangan, terutama dimasa transisi dari istilah ”gama telu”(gama waktu telu) menjadi ”gama lima” (agama Islam). Justeru agama mengakui keberadaan adat sebagai bentuk pengejawantahan dari keyakinan beragama.
Dikatakan Masidep, umumnya dalam masyarakat Suku Sasak khususnya komunitas adat wet Sesait, dikenal istilah ”Adat Luwir Gama”, bahwa adat bersendikan agama. ”Hukum adat sangat perlu ditumbuhkan sepanjang tidak bertentangan dengan norma-norma agama,”jelasnya.
Dengan istilah ”agama diadatkan” dan bukan ”adat diagamakan” artinya, lanjut Masidep, yang juga tokoh adat berpengaruh ini berpendapat bahwa, perintah-perintah agama harus diadatkan atau dibudayakan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat adat wet Sesait sangat menjunjung tinggi keluhuran adat luwir gama dengan senantiasa melaksanakan tradisi upacara keagamaan versi adat Sesait, seperti upacara agama bulan Mi’raj, upacara syukuran bulan lebaran, upacara ruwah tanaman, upacara kelahiran,upacara kematian, upacara ngurisan,upacara sunatan, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw secara adat dan lain-lain.
Pada zaman dahulu secara turun-temurun sebelum datangnya pergerakan penyempurnaan ajaran Islam di gumi paer Sesait, upacara-upacara adat tradisi lokal yang sering di lakukan masyarakat adat wet Sesait seperti upacara Mempayone Gunung Kenawan, mempayone Lande dan mempayone Gunung Gedeng (taek lauq). Tetapi sejalan dengan datangnya pergerakan penyempurnaan ajaran Islam di gumi paer adat wet Sesait, segala bentuk ritual adat yang bertentangan dengan ajaran Islam di hentikan atau di larang.

Maka sejak tahun 1968 segala bentuk ritual tersebut di larang untuk dilakukan.Kecuali ritual adat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam tetap dilakukan, bahkan hingga kini ritual tersebut masih dilestarikan, seperti ziarah ke makam penyebar agama Islam di Sesait yang di kenal dengan sebutan ’Kubur Beleq’ (Kanjeng Pangeran Sangupati), ziarah ke makam Sesait di Bayan (Datu Bayan) dan upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw yang dilaksanakan secara adat di Sesait.
Dalam tulisan kali ini, penulis mencoba untuk sekedar mengulas kilas balik dari prosesi adat ”Taek Lauq” yang pernah dilakukan oleh masyarakat adat wet Sesait sebelum datangnya pergerakan penyempurnaan ajaran Islam ke gumi paer Sesait tahun 1968 silam.
Menurut Inaq Ijin (76) salah seorang tokoh keturunan Mangku Gedeng yang kini tinggal di Lokok Tujan Desa Sesait Kecamatan Kayangan KLU menuturkan kepada penulis tentang rangkaian prosesi ritual upacara adat ”Taek Lauq” hingga akhir pelaksanaannya.
Di tuturkannya, ritual adat taek lauq yang secara turun-temurun dilakukan purusanya dari sejak zaman ireng (zaman kegelapan) adalah salah satu sarana untuk memohon kepada yang kuasa atas penomena alam, seperti musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga hal ini sangat merugikan bagi masyarakat yang pada saat itu membutuhkan air hujan untuk segala kebutuhan hidup. Karena satu-satunya yang diharapkan pada saat itu adalah hanya air hujan.Belum ada air irigasi seperti yang ada sekarang ini.
Maka untuk mengatasi hal tersebut, lanjut cerita Inak Ijin, sebagai yang bertanggung jawab untuk semua itu adalah Mangku Gedeng.Melihat kejadian ini, lalu Mangku Gedeng (Papuk Nanom,Papuk Jumedah) tidak tinggal diam, bagaimana mengatasi permasalahan yang di hadapi masyarakatnya kala itu.
Untuk mengatasi hal tersebut, selaku Mangku Gedeng pada masa di jabat oleh Papuk Nanom (abad 18 M), Papuk Jumedah (abad 19 M) dan Papuk Surya (abad 20), pertama yang dilakukannya adalah mengadakan rapat (sangkep) dengan ”Tau Lokaq Empat (Mangkubumi,Jintaka,Pemusungan dan Penghulu) ” bagaimana langkah-langkah mengatasi yang sedang menimpa masyarakat gumi paer Sesait kala itu.Oleh Tau Lokaq Empat bersama Mangku Gedeng sepakat untuk menggelar upacara adat ”Taeq Lauq” ke Montong Gedeng (gunung Kayangan yang sekarang), dimana di Montong Gedeng ini terdapat petilasan seorang tokoh spiritual bernama Panji Mas Kolo yang mengaku saudara kandung dari Datu Bayan.
Diceritakan Inaq Ijin, setelah sepakat untuk menggelar upacara adat Taeq Lauq tersebut dan ketika sudah tiba waktunya, maka pelaksanaannya pun segera di gelar selama 3 hari 2 malam, yaitu setiap tanggal 12,13 dan 14 Syawal tiap tahun. Namun sebelum pelaksanaan itu di gelar, lanjut Inaq Ijin,Mangku Gedeng di bantu oleh para pelingsirnya melakukan berbagai persiapan, seperti melakukan bersih-bersih dilokasi sekitar petilasan Panji Mas Kolo yang dijadikan tempat ritual nantinya termasuk membuat berugak saka empat disekitar petilasan.Adapun segala persiapan untuk perabotan kayu Salinguru, tales diambil dari pawang adat utara Sesait, termasuk atap berugak yang terbuat dari Santek dilapisi Ijuk (dibuat di Karang Lande Lokok Rangan yang sekarang). Itulah sebabnya pada zaman dahulu, juga pernah di adakan ritual ”Mempayone Lande”, tetapi sekarang sudah menjadi perkampungan Karang Lande Lokok Rangan.
Pada hari pertama ritual ”Taeq Lauq” yaitu pada tanggal 12 Syawal, gong dua di turunkan dari peraduannya (dari rumah adat Mangku Gedeng Papuk Jumedah).Setelah itu barulah masyarakat adat wet Sesait berdatangan untuk merembun ke rumah Mangku Gedeng yang dulu terletak di utara Mesjid Kuno Sesait.Sementara tari-tarian pun terus berlangsung tanpa henti mengiringi ritual merembun tersebut hingga malam hari.
Keesokan harinya yaitu tanggal 13 Syawal, Mangku Gedeng ”Tun Melauk”(turun ke Montong Gedeng duluan). Dalam perjalanan Mangku Gedeng ini pun tidak boleh ada orang yang mengetahui, termasuk tidak boleh berbicara,jika dia makan tidak boleh mengajak orang berbicara, tidak boleh bertemu dengan praja Taeq Lauq.Hal ini dimaksudkan agar segala bangsa hewan dan unggas tidak buas. ”Pokoknya tidak boleh ngomong kepada siapa saja alias diam seribu bahasa,”jelas Inak Ijin dengan mimik serius.
Kemudian pada hari ketiga yaitu puncaknya tanggal 14 syawal, masyarakat wet Sesait mulai berdatangan ke Sesait dengan membawa segala macam kelengkapan sajian makanan yang di kemas di atas dulang adat, termasuk gong gambelan dari segala penjuru wet adat Sesait. Termasuk mempersiapkan sepasang muda-mudi yang belum aqil balek sebagai Praja Taek Lauq.
Setelah semuanya telah siap, maka iring-iringan pun di gelar dengan posisi praja Taeq Lauq berada paling depan diapit dan di iringi para pelingsir adat, dibelakangnya diikuti oleh para pengiring pasukan tombak muda-mudi, lalu di belakangnya barisan pembawa dulang saji adat, baru kemudian di belakangnya lagi diiringi gong dua dan gong gambelan lainnya. Setelah itu baru diikuti oleh masyarakat umum.
Perjalanan ritual Taeq Lauq menuju Montong Gedeng tersebut di lakukan pada sore hari dan menyusuri hutan belantara (pawang adat pedewak Sesait). Tiba di kaki Montong Gedeng sebelah selatan menjelang Maghrib.Lalu di lanjutkan dengan ritual penyembelihan kerbau berbulu putih yang belum dewasa.
Penyembelihan ini pun dilakukan di kaki Montong Gedeng sebelah selatan. Ketika segala sesuatunya sudah siap, sajiannya lalu di bawa naik ke atas dimana petilasan Panji Mas Kolo berada dengan di iringi gong dua. Sementara masyarakat pengiring termasuk praja Taeq Lauq dan gong gambelan lainnya tetap tinggal di bawah.Tari-tarian pun terus berlangsung hingga Mangku Gedeng selesai melaksanakan tugasnya di atas.
Setelah Mangku Gedeng selesai melaksanakan tugasnya di atas, maka Mangku Gedeng pun turun diringi gong dua dan di sambut oleh Praja Taek Lauq, para pelingsir adat, gong gambelan lainnya serta masyarakat kebanyakan yang sejak sorenya menunggu. Sambil bersorak sorai kegirangan yang tak terbendung dari masyarakat menyambut turunnya Mangku Gedeng yang telah selesai melaksanakan tugasnya.Tari-tarian pun terus di gelar hingga tiba waktunya untuk berangkat pulang kembali ke rumah sesuai dengan asal masing-masing, yang dari Sesait kembali ke Sesait, yang dari Luk kembali ke Luk, dari Kelongkong kembali ke Kelongkong, dari Rempek kembali ke Rempek dan lain sebagainya. Iring-iringan pulang pun berlangsung penuh kegirangan sambil terus menari.
Seluruh rombongan yang ikut ambil bagian dalam ritual Taek Lauq ini, ketika kembali dan sebelum memasuki pintu gerbang pintu masuk ke Sesait, maka oleh Tau Lokak Empat, mereka di sembek terlebih dahulu baru boleh masuk di tanah Sesait. Hal ini dilakukan karena ritual yang dilakukan pada jaman itu, di anggap keluar dari aqidah ajaran Islam. Sehingga prosesi ritual Taek Lauq seperti yang pernah dilakukan pada zaman itu praktis sejak tahun 1968 resmi di larang. Walau ritual ini sudah dilarang, namun keturunan Mangku Gedeng yang hingga kini masih hidup, tetap melakukannya walau hanya sebatas ruwah biasa.(Eko)

Struktur Pemerintahan Lokal Kerajaan Sesait

Sesait,(SK),-- Kanjeng Said Rahmad setelah mengajarkan Agama Islam di Gumi Sesait, lalu beliau berlayar menuju tanah Jawa dwipa untuk melanjutkan syiar Islam. Konon katanya, berdasarkan bukti tertulis pada piagam Sesait (Kitab Muhtadi’) yang hingga saat ini tersimpan di Kampu Sesait menerangkan, sepeninggal Kanjeng Said Rahmad dari bumi Sesait, maka kampung tempat beliau pertama kali menyebarkan Islam di tanah Sesait tersebut, beliau namakan dengan sebutan kampung Si Said, (untuk mengenang jasanya) yang berabad-abad kemudian berdasarkan pergeseran waktu lambat laun nama kampong itu berubah dari Si Sayid menjadi Sesait.

Inilah awal mula kampung tersebut diberikan nama Kampung Sesait hingga sekarang. Sesuai dengan nama beliau sendiri Sayid Rahmat yang artinya dalam bahasa arab keselamatan. Adapun peninggalan – peninggalan serta ajaran –ajaran Sayid Rahmat yang masih ada yang kini tersimpan di Kampu Sesait (Singgasana Datu Sesait) seperti, Kitab Suci Al Qur’an Cetakan Turki Pertama tahun 1433 M, Kitab Slawatan yang di tulisan tangan oleh beliau sendiri, yang umurnya sudah mencapai kurang lebih 580 tahun, serta Tongkat Khotbah yang terbuat dari Hati Pisang. Selain peninggalan Sayid Rahmat yang berbentuk benda tersebut, Sayid Rahmat juga meninggalkan ajaran yang terkenal yaitu Fiqh Ushul dan Tasawuf, dimana metode yang di gunakan dalam menyampaikan ajarannya, tidak pernah bertentangan dengan adat - istiadat atau budaya lokal yang berlaku di kampung tempatnya berdakwah kala itu yang sekarang bernama Sesait. Itulah sebabnya di kalangan para sesepuh adat dan para santri yang hidup kala itu hingga menurunkan generasi berikutnya masih kuat memegang teguh adat dan pemahaman tasawufnya di kalangan penduduk Sesait. Hingga sekarang pemahaman jalan tasawuf ini dikalangan sesepuh atau para pelingsir tokoh adat maupun tokoh agama di bumi Sesait masih kita jumpai.

Sepeninggal Kanjeng Said Rahmad berlayar ke gumi jawa Dwipa kala itu, lalu beliau menempatkan kampung Said (Sesait) sebagai pusat penyebaran agama Islam dan sekaligus di jadikan sebagai pusat Pemerintahan Kerajaan Sesait. Adapun wilayah Kerajaan Sesait yang di jadikan sebagai pusat Pemerintahan kala itu menjadi satu wilayah.Namun sekarang sudah berubah menjadi beberapa buah desa yang berdiri sendiri, yaitu Desa Pendua,Dusun Santong Asli Desa Santong, Desa Kayangan dan Desa Sesait sendiri. Walau wet Sesait ini sudah masuk menjadi bagian desa lain dan di pisahkan secara administrasi, namun wet adatnya masih tetap satu yaitu wet adat gumi paer Sesait.

Kampu Sesait yang oleh Sayid Rahmat dijadikan sebagai keratonnya dan dalam setruktur Pemeintahan di bentuklah lembaga pemerintahan yang di sebut Tau Lokaq Empat, yaitu Mangku Gumi sekaligus sebagai Raja, Pemusungan sebagai Kepala Pemeintahan, Jintaka sebagai Pengatur pola tanam di bidang perekonomian dan Penghulu membidangi di bidang Agama yang mencakup wilayah kekuasaan Kerajaan Sesait.

Selanjutnya dalam Kitab Muhtadi’ yang menjadi sumber tertulis Sejarah Sesait menyebutkan, Pengangkatan Raja Pertama Sesait kala itu dijalankan berdasarkan atas keputusan keluarga Kerajaan dan bukan memakai sistem Demokrasi seperti yang berlaku di Negara yang menganut paham demokrasi. Hal tersebut dilakukan karena ini masalah urusan Trah Kerajaan dan itu juga di setujui oleh para Wali penyebar agama Islam (Sayid Rahmat ) ketika itu, sekitar pertengahan abad 15 M silam. Pengangkatan Raja pertama Sesait dengan gelar Pangeran Mangku Gumi (Satu) sesuai dengan silsilah keturunan yang sudah tertulis di dalam Piagam Sesait (Kitab Kontara dan Kitab Muhtadi’), dan inilah yang menjadi pedoman keluarga Kerajaan dalam hal pengangkatan Raja, dari pertama terbentuk sampai saat ini dan itu tidak bisa di interfensi oleh siapapun, karena itu mutlak keputusan Trah keluarga Kerajaan (sesuai Purusa) yang sudah baku sejak pertamanya terbentuk.

Setelah terbentuknya Mangku Gumi, barulah Mangku Gumi mengangkat Pemusungan sebagai Kepala Pemerintahan pada waktu itu, kemudian Penghulu dan Jintaka. Untuk membantu dalam menjalankan pemerintahannya, Pangeran Mangku Gumi, juga mengangkat Seorang Senopati Perang yaitu Senopati Anggura Paksa dan empat orang Patih sekaligus, yaitu Daman,Jumanah, Rapiqah dan Raqiah. Konon ke-empat orang patih ini adalah bersaudara dan khusus di datangkan dari Negeri Iraq Bagdad. Di ceritakan dalam piagam Sesait, ketika Said Rahmat meninggalkan kampung Sesait untuk berlayar melanjutkan perjalanannya ke Jawa Dwipa, namun sebelum sampai ke Jawadwipa, beliau sempat singgah di Serean Karang Asem dan Klungkung Bali, setelah itu baru kemudiam beliau melanjutkan perjalanan ke tanah Jawadwipa. Sesuai dengan wasiat beliau, kisah perjalanan Said Rahmat dari Sesait ke Pulau Jawa tepatnya di Ampel Denta Surabaya, di tulis oleh Lebe Seriaji ( santri beliau sendiri), hingga saat ini tulisan beliau masih tersimpan dengan baik di kampu Sesait.(Eko-Agus)
 

Rakom Suara Genem Merenten FM Turut Prihatin Atas Nasib Rakom Pris FM

Sesait,(SK),-- Atas nama pimpinan dan seluruh crew Rakom Suara Genem Merenten FM yang berpangkalan di Dusun Lokok Sutrang Desa Sesait Kecamatan Kayangan KLU, serta warga Dayan Gunung turut prihatin atas musibah yang di alami oleh Rakom Pris FM, Desa Tetebatu Selatan, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Dimana musibah yang menimpa Studio Pris FM yang berada di gedung koperasi lantai dua, hangus ludes terbakar pada pukul 03.00 dini hari pagi tadi.

Mudah-mudahan seluruh crew Rakom Pris FM bersabar menerima cobaan dan ujian yang menimpa.Tentunya semua ini adalah ujian dari Allah Swt.Semoga juga pihak JRK NTB akan dapat mengupayakan mencari solusi untuk bisa membantu kembali eksisnya Pris FM, tentunya mengadakan koordinasi dengan berbagai pihak yang peduli dengan kondisi Pris FM yang baru saja mengalami musibah di jajaran JRK NTB ini.
Untuk itu, kami berpesan kepada teman-teman Rakom khususnya di jajaran JRK NTB untuk selalu berhati-hati dalam melakukan penyiaran, pastikan semuanya aman baru kemudian ditinggalkan istirahat pasca siaran.Sehingga hal sekecil apapun bisa di minimalisir kemungkinan terjadinya musibah yang tentu tidak kita inginkan.Selamat beraktifitas dan merdeka! (Eko)
 

Yayasan Ponpes Nurul Islam Kayangan, Gelar Sosialisasi Pemondokan

Kayangan,(SK),-- Sekolah merupakan lembaga pendidikan untuk melakukan pembinaan, pelatihan dan ketrampilan terhadap para peserta didik.Oleh sebab itu, salah satu wadah pembinaan, pelatihan dan ketrampilan para siswa adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Untuk merealisasikan niatan tersebut dan untuk mempermudah proses kegiatan dimaksud, Yayasan Ponpes Nurul Islam Kayangan menggelar sosialisasi pemondokan bagi santri-santri yang bernauang di lembaga pendidikan independen tersebut,Sabtu (28/09/2013).
Kegiatan sosialisasi yang melibatkan seluruh orang tua santri, pengurus Yayasan, Komite, pimpinan kedua lembaga pendidikan (MTs/MA), dewan guru dan tenaga kependidikan lainnya itu berlangsung di aula MA Nurul Islam Kayangan.
Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Nurul Islam Kayangan Ust.Muh.Turmuzi, SH, M.Pd dalam sambutannya mengatakan, pemondokan bagi seluruh santri yang bernauang di lembaga pendidikan dibawah asuhannya itu memang sudah menjadi program yang harus dilaksanakan pihaknya.Hal itu dimaksudkan, disamping para santri dapat belajar kitab kuning,kegiatan keagamaan lainnya, juga kegiatan ekstrakurikuler yang memang sudah di programkan dapat di ikuti seluruh santri.Dimana kegiatan-kegiatan yang diprogramkan untuk diadakan dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut di dasari atas tujuan kurikulum sekolah.Sehingga melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam tersebut, para santri dapat mengembangkan bakat,minat dan kemampuannya.
Menurut Ust.Muh.Turmuzi, SH, M.Pd yang juga Politisi Partai Kedaulatan di DPRD KLU ini berpendapat, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil di dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi, dimana kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya. ”Ini juga bagian dari upaya menanamkan kepribadian terhadap para santri,”tandas Ust.yang satu-satunya yang mencalonkan diri untuk DPD RI pada pemilu 2014 dari Kabupaten Lombok Utara ini.
Untuk dapat merealisasikan program pondok ini, maka seluruh santri di haruskan untuk mengikuti kegiatan yang menjadi program tetap pondok tersebut.Diantara program ekstrakurikuler yang di terapkan Pondok Pesantren Nurul Islam Kayangan itu adalah program LCC (Languange Cource Center), Pramuka,Pencak Silat PSHT (Persatuan Setia Hati Teratai),PMR/UKS dan Kursus Menjahit.
Menurut Kepala MA Nurul Islam Kayangan Murdiyanto,SE mengatakan, terkait dengan program pondok tersebut keseluruhan orang tua santri mendukung.”Alhamdulillah, semua orang tua wali santri mendukung,”tandasnya puas.
Kepala Sekolah yang baru 4 tahun memangku jabatan ini berharap, supaya program ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan dan berbeda dengan madrasah lainnya di wilayah KLU.
Murdiyanto menyebut, pemondokan para santri akan di mulai awal bulan oktober 2013 ini. Pemondokan para santri ini, menurutnya di utamakan bagi santri yang tempat tinggalnya jauh dari Madrasah.Namun tidak menutup kemungkinan santri yang dekat dengan Madrasah juga bisa bergabung.”Itupun harus di antar dan di dampingi orang tua santri pada saat memulai tinggal di pemondokan di lingkungan Ponpes Nurul Islam Kayangan,”jelas Murdiyanto. (Eko).

Keinginan Warga Kelanjuhan Perigi Untuk Mekar di Respon Camat Kayangan

Gumantar,(SK),-- Untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat di wilayah kerjanya, Camat Kayangan Tresnahadi melakukan safari Jum’at di berbagai Mesjid wilayah Kecamatan Kayangan.
Dengan di dampingi Kasi Trantib, Kasi Kessos, Kasubag Perencanaan dan Kasubag Kepegawaian serta beberapa staf, Jum’at (27/09/2013) lalu melakukan kunjungan kerja, yang dirangkai dengan safari Jum’at di Mesjid Darul Muttaqin Dusun Kelanjuhan bagian perigi (bawah) Desa Gumantar Kecamatan kayangan KLU.
Camat Kayangan Tresnahadi dalam sambutannya usai sholat Jum’at berjamaah di Mesjid Darul Muttaqin Dusun Kelanjuhan tersebut mengatakan, maksud kehadirannya bersama rombongan di tempat itu adalah untuk menyambung tali silaturrahmi serta untuk lebih mendekatkan diri dengan seluruh masyarakat di Dusun Kelanjuhan bawah ini.
Dikatakan, ada beberapa hal penting yang harus disampaikan terkait dengan hal-hal aspirasi masyarakat di wilayah ini yang ingin memekarkan diri dari Dusun Kelanjuhan (induk). Pada prinsipnya, atas nama Pemnerintah Kecamatan, Tresnahadi menyatakan hal itu boleh-boleh saja, asalkan sesuai dengan aturan yang ada.Namun demikian perlu di lihat apa tujuannya ingin mekar.Jika keinginan itu tujuannya semata-mata untuk pemerataan pembangunan,ingin mensejahterakan masyarakat dan memudahkan pelayanan kepada masyarakat, itu bagus.Tetapi kalau tujuannya di dasari atas ketidak puasan atau tidak senang dengan pemerintahan dusun induk atau pun ada kepentingan lainnya, tentu hal ini tidak di benarkan.
Yang perlu di ingat, dalam pemekaran dusun, tidak semerta-merta langsung definitive.Tetapi harus melalui suatu proses yang panjang dan di awali dengan dusun persiapan.Proses itu pun memerlukan pengkajian lebih mendalam dengan melibatkan para tokoh yang mumpuni di bidangnya, baik pemerintah desa maupun pemerintah kecamatan dan tidak mengabaikan pula pemerintah ditingkat dusun.Terutama yang menyangkut persyaratan pemekaran sesuai dengan aturan yang ada, seperti batas-batas wilayah,jumlah penduduk, siapa yang akan menjabat Kadus Persiapan dan lain sebagainya.

“Silahkan di rembuq dengan para tokoh yang ada di Dusun Kelanjuhan ini, jika hal itu sudah di sepakati dan tidak menyimpang dari aturan yang ada, lanjutkan,”saran Tresnahadi.
Tresnahadi juga menekankan, yang menjadi pejabat Kadus Persiapan ini pun selama menjabat belum mendapatkan honor dari Pemda. Karena selama dalam masa persiapan, itu adalah proses menuju definitive.Jika proses ini sudah di lalui, baru kemudian di usulkan ke Pemda untuk mendapartkan haknya sebagai Pejabat Kadus Definitive.
Keinginan masyarakat Dusun Kelanjuhan bagian bawah untuk mekar dengan dusun induk ini pun patut di respon, karena memang sudah layak, jika di lihat dari segi topografi,luas wilayah,jumlah penduduk maupun potensi yang di miliki wilayah tersebut, sudah sesuai dengan Perda yang di persyaratkan untuk itu.”Intinya, jika masyarakat wilayah ini berkeinginan mengajukan pemekaran, itu sah-sah saja, tapi tetap berkoordinasi dengan dusun induk dan pemerintah desa serta pemerintah kecamatan, ”tandas Tresnahadi.
Sementara itu, Rahman (37) salah seorang yang di gadang sebagai calon Kadus Persiapan Dusun Kelanjuhan Perigi nantinya mengatakan, keinginan untuk mekar dengan dusun induk pihaknya sudah membicarakannya dengan seluruh masyarakat calon dusun nantinya, Jum’at (20/09/2013) usai sholat Jum’at bertempat di Mesjid Darul Muttaqin, bahwa pada prinsipnya setuju untuk mekar dan Kepala Dusun Kelanjuhan (induk) Musdalifah yang sempat hadir pada saat itu juga memberikan dukungannya.
Rahman menyebut, jumlah KK yang menjadi calon dusun pemekaran itu nanti berjumlah 61 orang, 190 jiwa.”Ada juga penduduk Melepah yang tinggal di wilayah ini ( 7 KK ), sehingga nanti jika keinginan masyarakat disini menjadi kenyataan, mereka akan pindah ke wilayah ini,”katanya yakin.
Kepala Desa Gumantar Japarti yang hadir mendampingi Camat Kayangan pada kesempatan itu juga menyampaikan harapan yang sama, seperti apa yang disampaikan Camat Kayangan, agar para tokoh dalam menyampaikan keinginan untuk mekar, silahkan duduk bersama untuk bermusyawarah, kalau sudah sepakat, silahkan dilanjutkan ke pemerintah atas untuk mendapatkan persetujuan.(Eko)
 

Progres Kegiatan TPK PNPM Kayangan di Nilai Berhasil

Kayangan,(SK),-- MDJP (Musyawarah Desa Pertanggung Jawaban) yang di gelar, Kamis (26/09/2013) di aula Kantor Desa Kayangan, di nilai berhasil.
Pasalnya, kegiatan pembuatan gorong-gorong dan pentaludan di Dusun Lengkukun sepanjang 780 meter yang menelan biaya sebesar 231.276.550 telah selesai di laksanakan sesuai dengan target tenggang waktu yang telah di tentukan.
Ketua UPK Kayangan Edy Kartono,SE mengatakan, kegiatan MDJP ini sebenarnya terkait dengan progress kegiatan PNPM di lapangan dengan pendanaan yang telah di terima pihak TPK dari UPK Kayangan.Namun Edy Kartono,SE mengakui bahwa jumlah dana sebesar itu sudah terserap ke dalam kegiatan Fisik (pembuatan gorong-gorong) di Lengkukun dan untuk pelatihan UEP (Usaha Ekonomi Produktif).
Dikatakan, walau pengerjaan pembuatan gorong-gorong dan pentaludan di Dusun Lengkukun tersebut sering macet karena terkendala air dan pendropan material, namun pihaknya berusaha membangun komunikasi, bersinergi dan bekerja sama dengan pihak TPK dan pihak terkait, kendala sekecil apapun semua itu dapat terselesaikan dengan baik sehingga MDJP 80 % yang di gelar tersebut dapat terlaksana.
Ketua TPK PNPM Kayangan Jumaidi Erick dalam pengantarnya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada Pemerintah Dusun Lengkukun dengan mengerahkn masyarakatnya bergotong-royong menggali tanah yang di jadikan lokasi pembangunan gorong-gorong dan pentaludan di wilayah itu.

Di akui Erick, demikian Ketua TPK PNPM Kayangan ini biasa di panggil, memang dalam pengerjaan kegiatan fisik yang dilaksanakan di Dusun Lengkukun ini banyak kendala. Misalnya saja, katanya, menyangkut masalah dana, dimana dana ini juga terlambat turun dari daerah (Juli-Agustus 2013) lalu.Hal ini berakibat pula pada terhambatnya proses kegiatan fisik di lapangan. Selain itu, kata Erick yang sehari-hari bermukim di Dusun Sidutan Desa Kayangan ini, mengakui juga seringnya pekerjaan itu macet disebabkan karena distribusi air juga macet.”Untuk diketahui semua pihak, air ini pun kita harus beli, yang anggarannya tidak ada, ”keluh Erick.
Tapi menurut Erick yang berpenampilan mirip Jokowi ini mengakui, walau berbagai kendala yang di hadpinya selama melaksanakan tugas di lapangan, dirinya tidak pernah mengeluh.”Yang penting jangan sampai lupa ibadah, kalau sudah tiba waktu untuk ibadah, supaya semua yang kita kerjakan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt, ”katanya.(Eko)

TPK PNPM Kayangan Gelar MDPJ 80 % dan MDKP

Kayangan,(SK),-- Musyawarah Desa Pertanggung Jawaban (MDPJ) pada intinya adalah merupakan bentuk pertanggung jawaban pengelolaan dana yang telah di gunakan pihak TPK PNPM. Hal inilah yang dilakukan pihak TPK PNPM Kayangan dengan menggelar MDPJ yang dirangkaikan dengan MDKP, Kamis (26/09/2013) di aula Kantor Desa Kayangan.
Hadir dalam MDJP 80 % dan MDKP tersebut, selain pihak TPK PNPM Kayangan, FK PNPM,UPK PNPM, PJOK, Tim Monitoring tingkat Desa Kayangan, juga dihadiri oleh Kepala Desa Kayangan, Kepala Dusun, se Desa Kayangan, kelompok UEP, kelompok SPP, Mahasiswa KKN Unram,SMPD, Mahasiswa PPL IKIP Mataram dan undangan lainnya.

Fasilitator Kecamatan (FK) PNPM-MPd Ir.Rusli dalam sambutannya mengatakan bahwa inti dari MDJP tersebut adalah dimana di dalamnya ada pertanggung jawaban pada masyarakat, termasuk semua dana yang masuk ke desa.
Hingga saat ini, menurut Rusli, baru 5 desa yang sudah melaksanakan MDPJ, diantaranya Desa Kayangan,Desa Sesait, Desa Pendua, Desa Santong dan Desa Dangiang.Sementara 3 desa lainnya yang belum menggelar MDJP adalah Desa Selengen,Desa Gumantar dan Desa salut.”Mudah-mudahan, dalam waktu yang tidak terlalu lama bagi desa yang belum menggelar MDJP ini akan terselesaikan,”harap Rusli.

Sementara itu, Ketua UPK Kayangan Edy Kartono,SE mengatakan terkait dengan regulasi pendanaan kegiatan SPP PNPM. Berdasarkan Surat Ditjen PMD Pusat No.911/1806/PMD/2013 tanggal 27 Februari 2013 tentang Pendanaan Kegiatan SPP. Dalam surat tersebut di terangkan dengan jelas bahwa terkait dengan dana SPP PNPM Reguler tahun 2013 sebesar 294.700.900, dimana dana tersebut yang seharusnya di realisasi ke kelompok SPP baru, tapi karena ada aturan dari pusat itu, maka dana sebesar itu tidak bisa di realisasikan.Oleh karena itu dana SPP sebesar 294.700.900 tersebut di alihkan ke kelompok SPP lancar dalam bentuk barang modal.Hal ini tergantung dari keinginan dari masing-masing kelompok SPP, karena setiap anggota kelompok pasti tidak sama keinginannya. “Ini termasuk dana hibah, jadi dana sebesar itu di bagi secara cuma-cuma, ”terangnya.

Dikatakan, bagi kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang kategori macet, maka diberikan pelatihan dinamika kelompok menejemen pemasaran dan kewira-usahaan. Setelah mengikuti kegiatan itu, baru kemudian diberikan dana tersebut untuk penambahan barang modal usaha.

Edy Kartono,SE yang biasa bernampilan low profile ini menyebutkan, ada 75 kelompok SPP lancar yang tersebar di 8 desa yang ada di Kecamatan Kayangan. Adapun rincian kelompok SPP dari masing-masing desa antara lain, untuk Desa Kayangan ada 12 kelompok SPP lancar, Desa Sesait terdapat 21 kelompok SPP lancar, Desa Santong 18 kelompok SPP lancar, Desa Pendua 6 kelompok SPP lancar, Desa Salut 3 kelompok SPP lancar, Desa Selengen 3 kelompok SPP lancar, Desa Gumantar 6 kelompok SPP lancar dan untuk Desa Dangiang 6 kelompok SPP lancar.

“Jadi semua dana SPP PNPM sejumlah 294.700.900 tersebut, di bagi habis ke semua kelompok SPP yang tersebar di 8 desa yang ada di wilayah Kecamatan Kayangan itu,”tandas Edy Kartono.

Menurutnya, besaran jumlah dana yang di peroleh untuk masing-masing kelompok berbeda, tergantung jumlah anggota kelompok, karena masing-masing kelompok tidak sama jumlahnya. Namun pihak UPK Kayangan menargetkan untuk masing-masing anggota kelompok SPP akan mendapatkan Rp.400.000 dalam bentuk barang modal usaha. “Barang ini pun tergantung jenis apa usaha dari masing-masing anggota kelompok,”jelasnya.

Senada dengan itu, Ketua TPK Kayangan Jumaidi Erick menyatakan, sebenarnya dana sejumlah 294.700.900 tersebut untuk kelompok SPP reguler sebanyak 28 kelompok yang baru mengajukan proposal.Tetapi oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dana tersebut di alihkan ke 75 kelompok SPP lancar yang keberadaannya tersebar di 8 desa wilayah Kecamatan Kayangan.(Eko)