Senin, 31 Oktober 2011

Tradisi Nyongkolan, Budaya Unik Suku Sasak

Minggu, 25 September 2011 17:29

KLU, MataramNews -
Tradisi pernikahan masyarakat Desa Bentek terbilang unik dibanding kebiasaan perkawinan masyarakat di tempat lain di Kecamatan Gangga. Pasalnya, setelah beberapa proses dilalui, maka prosesi pernikahan digelar.
Keunikan terlihat saat peroses pernikahan yaitu, prosesi pernikahan dilakukan di atas berugak dan di kelilingi oleh kerumunan warga. Saat proses ijab kabul berlangsung, ketika pengantin laki membuat kesalahan, maka seketika itu warga akan ramai dengan teriakan soraknya, “tidak sah,” sorak para warga.
Tak heran jika prosesi ijab kabul ini sering diulang sampai tiga kali bahkan lebih. terkadang walaupun dalam pengucapan ijab kabul tidak terdapat satupun kesalahan, warga yang menonton pun masih tetap bersorak. Sehingga pernikahan yang sebenarnya sudah sah harus diulang kembali sampai semua warga berteriak mengucapkan kata “sah”.  Inilah salah satu keunikan prosesi pernikahan suku Sasak, khususnya di Kecamatan Gangga.

Setelah prosesi ijab kabul dilaksanakan, selang beberapa hari proses Nyongkolang digelar. Dalam perayaan ini pengantin wanita akan dibawa pulang ke rumah orang tuanya untuk pertama kali sejak prosesi penculikan dari rumahnya. Sebelumnya, dengan berpasangan dan diiringi oleh pengiring dan musik tardisional, pengantin pria dan wanita diarak dengan cara berjalan kaki menuju rumah pengantin wanita.
Prosesi Nyongkolan ini, untuk memberitakan kepada masyarakat bahwa pasangan pengantin telah melakukan sebuah prosesi pernikahan yang sah secara hukum agama ataupun hukum adat yang ada di masyarakat suku Sasak.

Begitu pula budaya yang dilakoni masyarakat San Baro Bentek. Misalnya, pada pernikahan Mustakim (San Baro) dan Nurul Hidayah (Bayan), pada Selasa (20/9/2011).  Dalam proses Nyongkolan mereka, kedua mempelai diiringi oleh musik tradisional asli setempat yaitu Gendang Beleq dan Kecimol. Pada saat musik ditabuh (dimainkan) langkah demi langkah dijalankan menuju rumah pengantin perempuan dengan ayunan barisan yang rapi biasanya tiga berbanjar.

Tidak jarang pada saat musik ditabuh sebagian pengiring berjoged ria dengan rasa kegembiraan yang tinggi disela-sela perjalanan. Setelah sampai  tujuan rombongan pengiring disambut dengan beragam macam jamuan tradisional oleh masyarakat Bayan.

Sesampai di rumah pengantin wanita, ia pun menangis histeris di kaki orang tuanya. Tangisan pengantin wanita ini disebabkan karena akan berpisah meninggalkan rumah orang tuanya. Setelah beberapa saat iringan pengantin pun kembali meninggalkan rumah pengantin wanita. (DJ)

Prosesi Pengukuhan Kyai di Lombok Utara

Senin, 17 Oktober 2011 14:46
MATARAMnews (KLU) - Seakan tak habis-habisnya berbicara dan mengungkap berbagai keunikan dan kearifan lokal yang dimiliki Lombok Utara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dayan Gunung. Satu lagi kearaifan lokal yang dimiliki daerah yang baru mekar ini, yaitu prosesi adat atau upacara pengukuhan kyai.  Lantas seperti apakah prosesinya, berikut liputanya.
FOTO: Proses pengukuhan Kiyai
Sabtu lalu, ratusan  masyarakat Dusun Karang Nangka Desa Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara menggelar prosesi pengukuhan kyai yang merupakan tradisi atau warisan leluhur yang selama ini masih terpelihara dengan baik.

Amaq Suardi adalah kyai yang dipilih oleh masyarakat dusun setempat setelah beberapa kali dilakukan musyawarah. Ia dinilai mampu menjadi panutan masyarakat, sehingga semua masyarakat sepakat memilih  dan mengangkat dia sebagai pengganti kyai yang  sebelumnya  yaitu Amaq Suarsah yang telah wafat beberapa waktu lalu.

Kyai merupakan tokoh agama yang memiliki tugas berat  dan peran yang sangat penting ditengah masyarakat untuk membina dan mengayomi umat. Uniknya tak seorang pun yang mecalonkan dirinya sebagai kyai melainkan dicalonkan, dipilih ditujuk langsung oleh masyarakat berdasarkan hasil mufakat.

Tak jarang hasil keputusan mufakat ditolak oleh orang yang bersangkutan (yang dipilih-red), namun berkat kesabran dan tekad dari semua lapisan masyarakat,  yang  bersangkutan pun bersedia menjadi salah satu pemangku amanah yang memiliki tangung jawab besar.

Meski secara tertulis  dan yuridis persyaratan sebagai seorang kyai atau pemangku amanah ini tidak diataur khusus, namun moral, ahlak, budi pekerti, ilmu yang baik merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki sesorang untuk mampu mengemban tugas mulia ini.

Jabatan kyai biasanya tidak memiliki batas waktu atau priode tertentu melainkan diangkat dan diberhentikan atas dasar dan keputusan semua masyarakat. Bahkan tak jarang para kyai disuatu tempat atau daerah melekat hingga seumur hidupnya.

Fajar Martha  salah satu warga setempat megatakan, tradisi ini merupakan warisan leluhur atau orang tua terdahulu yang tetap dilakukan sejak tahun 1972. Tradisi ini merupakan peninggalan nenek moyang  dan bukan dibuat-buat atau hanya sekedar efuria semata melainkan budaya yang harus tetap dipelihara dengan baik.

Hal serupa juga diungkapkan Datu Ciptawadi, salah satu pemerhati adat setempat, menurutnya , kegiatan ini tidak terlepas dai kebiasan atau pun adat istiadat masyarakat setempat yang memiliki nilai positif bahkan harus tetap dilestarikan sebagai budaya atau kearifan local yang memiliki nilai, makana dan filosofi yang tidak terlepas dari ajaran agama islam. “Agama dan adat tidak dapat dipisahkan, agama bersendikan adat, agama bertahtakan adat, “ungkpanya.

Dikatakannya, prosesi pengukuhan kyai diambil refrensi dari firman Allah, SWT surat An- Anal ayat 125 dan Al Imran 110 yang juga berlandaskan azas musyawarah dan mufakat. “Urusan agama, adat dan pemerintahan tidak dapat samakan, namun dilain sisi tidak dapat dipisahkan, “pungkasnya.(Ari)

Tokoh Adat Gelar Gundem Bahas Dugaan Aliran sesat

Selasa, 18 Oktober 2011 03:35
MATARAMnews, (KLU) - Seiring dengan adanya dugaan  menyebarkan aliran sesat (bedatuan) di wilayah wet adat Semokan Desa Sukadana yang melibatkan sebagian tokoh adat dan masyarakat, para tokoh adat, masyarakat, tokoh agama dan unsur pemerintah desa (17/10/2011) mengadakan gundem (pertemuan) adat di Telaga Longkak Desa Akar-akar kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.
FOTO: Tokoh Adat Gelar Gundem Bahas Dugaan Aliran sesat
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa sekelompok masyarakat yang melakukan pertemuan di rumah salah seorang kiyai adat di dusun Semokan terpaksa dibubarkan pemerintah desa dan masyarakat setempat, karena dinilai mengajarkan aliran sesat dengan mengaku sebagai keturunan leluhur presiden RI pertama, Soekarno.

Tokoh adat, Amak Nurana mengatakan, tujuan gundem  itu untuk mencari jalan keluar mengatasi isu yang berkembang seperti menyebarnya aliran sesat di wilayah adat Semokan. Selain itu gundem ini juga membahas, bahwa kedepanya para tetua-tetua  adat tidak saling menyinggung dalam menjalankan acara ritual agar tidak terjadi penyimpangan dari awik-awik adat yang sudah disepakati.

Sementara Kepala Desa Sukadana Sojati dalam sambutannya mengaku masalah bedatuan yang disebarkan oleh Inak Ramingen dan Pengikutnya sudah terjadi sejak 4 tahun lalu,  namun sampai saat ini belum bisa diselesaikan.

Dalam kesempatan gundem ini Jelas Kepala Desa Sukadana para tetua adat harus tegas menentukan sanksi-sanksi adat bagi yang terlibat dalam kasus bedatuan tersebut. Ketua BPD Desa Sukadana R. Nyakradi menambahkan dalam penyelesaian persoalan bedatuan/aliran sesat ini tidak bisa diselesaikan baik secara hukum adat, agama maupun oleh pemerintah, tapi harus diselesaikan secara bersama.

Gundem bersama itu menyepakati seperti yang dibacakan oleh Amak Lokak Tuak Turun bahwa penganut aliran sesat, Ramingen Cs akan diusir dari Desa Sukadana dan menghentikan segala bentuk kegiatanya. Untuk menyampaikan hasil gundem kepada Ramingen, Cs ditunjuk beberapa tokoh adat dan masyarakat.

“Kita sudah tunjuk beberapa tokoh adat untuk menyampaikan hasil kesepakatan gundem, yang bila tidak diindahkan, akan diambil tindakan tegas dengan cara mengusir mereka keluar dari desa Sukadana,” kata beberapa tokoh adat yang hadir.(Ari)

Gubernur Buka HKG-PKK, BKKBN Pusat Janji Berikan Perhatian Khusus KLU

Kamis, 27 Oktober 2011 15:02
MATARAMnews (KLU) - Sebagai Kabupaten termuda NTB, KLU dengan kasus Gizi buruknya dan 43,14 persen penduduk masih berada di bawah garis kemiskinan, yang mengindikasikan IPM Kabupaten Lombok Utara tergolong masih rendah, selalu menjadi perhatian Pemerintah Pusat. Hal tersebut terungkap saat pencanangan Gerakan Hari Kesatuan (HKG) PKK KB-Kes Provinsi NTB yang dipusatkan di Halaman Kantor Bupati Tanjung KLU, Kamis (27/10/2011).

FOTO: Gubernur NTB saat memberikan bantuan Kepada TP PKK KLU
Pada Pencanangan HKG PKK KB-Kes yang dirangkai dengan penyerahan bantuan dan pameran hasil kerajinan, kreatifitas dan produk-produk olahan TP PKK KLU,  hadir Plt. Deputy KS/KP Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Drs. Safarudin Gumay MM, Dekan Pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM Prof. Dr. Siswanto Agus Wilopo, Gubernur NTB Dr. KH. M. Zaenul Majdi, Ketua PKK provinsi NTB, Hj. Raudatul Zaenul Majdi, Bupati KLU H.Djohan Syamsu SH, Ketua PKK KLU, Hj. Galuh Djohan Syamsu, Wakil Bupati beserta ibu, ketua DPRD KLU Maryadi, S.Ag beserta segenap kepala SKPD provinsi dan KLU.

Dalam sambutannya Plt. Deputy KS/PK BKKBN, Drs. Saparudin Gumay MM mengungkapkan, bahwa kegiatan Bhakti Sosial HKG PKK yang akan dicanangkan hari ini oleh Gubernur merupakan bentuk partisifasi aktif penduduk dan TP PKK dalam upaya memecahkan permasalahan kependudukan. “Dalam bidang pengendalian penduduk sesuai dengan UU No 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan keluarga pasal 16, mewajibkan pada setiap penduduk untuk berperan serta dalam pembangunan kependudukan dan membantu mewujudkan perbandingan yang ideal antara perkembangan dan kualitas lingkungan,” tegasnya.

Dijelaskan, kondisi kependudukan Indonesia saat ini, setidaknya memiliki 4 masalah yang meliputi aspek kuantitas, kualitas, persebaran dan data kependudukan. Secara kuantitas jumlah penduduk Indonesia terbilang masih besar yaitu 237,6 juta jiwa, urutan ke 4 terbesar dunia dengan pertumbuhan 1,5 persen per tahun atau sekitar 3 juta setiap tahun. Secara kualitas Indonesia masih memiliki 13,3 persen atau 33 juta jiwa penduduk miskin dengan tingkat pendidikan, kesehatan dan daya beli penduduk masih rendah sehingga peringkat IPM Indonesia berada diurutan 108 dari 187 negara.

“Selain itu permasalahan penyebaran penduduk yang tidak merata juga menjadi problem bangsa kita, karena 58 persen diantaranya tinggal di pulau Jawa yang luasnya hanya 7 persen dari luas Indonesia, setiap kilo meter lahan di huni oleh 1.055 orang. Demikian halnya dengan data, informasi dan administrasi kependudukan Indonesia juga masih banyak permasalahan yang perlu di benahi serta pencatatan penduduk yang berkenaan dengan kelahiran, kematian, kedatangan dan kepergian belum bisa di lakukan dengan tertib, disiplin serta cermat sesuai ketentuan.

Pada kesempatan itu, Drs. Safaruddin Gumay MM,  memberikan apresiasi kepada TP PKK Provinsi dan PKK Kabupaten Lombok Utara atas prestasinya dalam mendukung program-proram pemerintah Pusat.
“Maka, berangkat dari permasalahan Kependudukan dan mengingat KLU sebagai Daerah Baru kami bersama Gubernur telah membuat MoU dengan Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM dalam rangka meningkatkan Kapasitas SDM khususnya Profesionalisme tenaga kesehatan yang sesuai dengan standar Internasional,“ ucapnya.

Dikesempatan yang sama Gubernur NTB dalam sambutan singkatnya sangat mengapresiasi pemerintah Daerah KLU dan TP PKK Lombok Utara. Sebagai Daerah Baru, ungkapnya KLU telah berhasil melaksanakan pembangunan dengan baik. Namun demikian, sambungnya, Pemerintah Daerah jangan hanya fokus pembangunannya dibidang fisik semata, jauh lebih penting dari itu adalah pembangunan manusianya.

Tidak ada artinya gedung bertingkat sementara kualitas manusianya rendah, tegas gubernur. Selain itu Gubernur yang doyan Sate Ikan Tanjung ini juga menekankan pentingnya keberadaan PKK yang notabeneny sebagai wadah bagi ibu-ibu dalam menunjang program pembangunan khususnya pembangunan mental spiritual manusia sejak kanak-kanak, ungkapnya. Selanjutnya Gubernur langsung membuka kegiatan pencanangan HKG PKK yang ditandai dengan memukul Gong.

Sementara itu Dekan Pascasarjana FK UGM Prof. Dr. Siswanto Agus Wilopo saat jumpa pers membenarkan tentang MoU yang telah di buat bersama Gubernur. NTB dan KLU khususnya sebagai wilayah Destinasi Pariwisata perlu meningkatkan standar pelayanan kesehatan sesuai dengan standar Internasional, maka kaitannya dengan hal tersebut, ungkapnya, UGM memberikan kesempatan kepada daerah-daerah tertinggal khususnya KLU sebagai daerah baru yang memiliki potensi Wisata dan menjadi Destinasi Internasional untuk melanjutkan pendidikannya di UGM dengan perlakuan Khusus.

Mendengar hal tersebut Bupati KLU H. Djohan Syamsu SH, yang didampingi Wakil Bupati H. Najmul Akhyar SH.MH, langsung merespon dengan serta merta meminta jatah KKN Mahasiswa UGM di KLU.  Selain itu, Bupati KLU juga sangat berterima kasih kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Kepala BKKBN dan pihak UGM yang senantiasa terus memberikan bantuan demi mewujudkan KLU yang maju dan beradap.(Hamdan)

Jumat, 28 Oktober 2011

MTs Nurul Islam Kayangan Berduka

Kayangan, -- Hujan sehari yang mengguyur wilayah Kecamatan Kayangan, senin (17/10) lalu membawa petaka bagi keluarga besar MTs Nurul Islam Kayangan.

Pasalnya, ketika terjadi hujan lebat untuk pertama kalinya mengguyur wilayah Kecamatan Kayangan pada hari senin tanggal 17 Oktober 2011, membuat jalan raya menjadi licin. Sehingga keadaan ini membawa akibat yang vatal menimpa salah seorang siswa MTs Nurul Islam Kayangan yang melintas di jalan tersebut.

Siti Aminah (13) yang baru pulang dari pasar Sesait untuk membeli kebutuhan sekolahnya, sore senin,(17/10) sekitar pukul 17,00 wita, dengan berboncengan dengan temannya Rusmini (14) asal Sambik Jengkel.

Namun malang nasib keduanya, ketika melewati perbatasan Sesait-Kayangan, sekitar 50 meter memasuki wilayah Bagek Kembar, sepeda motor Jupiter MX yang dikendarainya terpeleset dan menabrak sebuah truck pengangkut beras.

Peristiwa naas yang menimpa Siti Aminah tersebut, membuat keluarga besar MTs Nurul Islam Kayangan berduka.

Menurut Kepala MTs Nurul Islam Kayangan Sumawadi,S.Pd mengatakan, kejadian yang menimpa siswinya tersebut membuat keluarga besar Madrasah Nika menjadi gempar. Pasalnya, siswi yang bernama Siti Aminah yang masih duduk di kelas VII MTs tersebut boleh dibilang lebih unggul dari teman-temannya yang lain.

”Dari segi wajah maupun prestasinya memang dia lebih unggul jika dibanding dengan temannya yang lain di kelasnya,”kata Sumawadi yang juga Penghulu Empak Mayong ini.

Saat melayat seluruh keluarga besar Ponpes Nurul Islam Kayangan dengan melibatkan siswa-siswi baik MA maupun MTs serta dewan guru hadir ke rumah duka. Pada kesempatan itu, dengan di pandu Kepala MTs Nurul Islam Kayangan membaca Surat Yasin dan dilanjutkan dengan zikiran.”Selamat jalan Siti Aminah, semoga amal ibadahmu diterima disisi Allah Swt, Amin,..” (Eko)

Selasa, 18 Oktober 2011

Pesona Alam Alami Tiu Bombong

KLU - Lombok Utara terkenal dengan obyek wisata air terjunnya yang alami dan eksotik, banyak dikagumi wisatawan domestik ataupun mancanegara. Air terjun yang satu ini, bisa dibilang belum begitu dikenal dari yang ada di Kabupaten termuda NTB ini. Air terjun “Tiu Bombong”, objek wisata yang masih sangat alami,  airnya yang jernih kebiru-biruan, menambah pandangan eksotik, air terjun dengan ketinggian 150 meter ini, terletak di Dusun Sempakok, Desa Santong, Kecamatan Kayangan, KLU.

Dalam penelusuran tim Suarakomunitas.net di lokasi air terjun Tiu Bombong ini, ternyata air terjun ini merupakan salah satu lokasi wisata yang tak kalah menarik dengan air terjun yang lain di KLU. Dengan panorama alam yang alami, sejuk dan indah, siapapun yang berkunjung akan merasakan kenyamanan tersendiri bagi pengunjungnya.
FOTO: Air terjun Tiu Bombong, di Dusun Sempakok, Desa Santong, Kecamatan Kayangan, KLU
Penasaran dengan pesonanya, tim Suarakomunitas.net menelusuri dengan mencari informasi lebih jauh dari warga yang berdomisili disekitarnya. Slamet, warga setempat memiliki cerita sendiri mengenai Tiu Bombong. Ia mengatakan air terjun ini membawa kesan eksotik tersendiri bagi siapa saja yang memandangnya. Menurutnya, objek wisata ini belum begitu dikenal banyak orang sehingga efeknya sepi dari kunjungan wisatawan, Padahal, memiliki keasrian yang amat indah, dan sangat bangus untuk wisata refresing atau membuang kejenuhan bagi orang yang melepas lelah dengan kesibukannya.

Tiu Bombong agak berbeda dibanding objek wisata lain yang sejenis, sebab diapit oleh dua jurang terjal dengan rona-rona pepohonan yang hijau alami, membatasi wilayah Kecamatan Gangga dan Kecamatan Kayangan. Namun ia memiliki nilai jual tinggi dan potensi wisata yang potensial berkembang dengan pesat apabila mampu dikelola dengan baik pihak terkait untuk menopang roda perekonomian masyarakat.
Keterangan warga kepada Suarakomunitas.net soal Tiu Bombong mengatakan, bahwa air terjun ini memeiliki sejarah panjang.

Menurut salah satu warga, Melsah bercerita, dulu kala ada orang pemburu rusa melintas di air terjun ini, kebetulan ia dilihat penduduk setempat, lalu memberi tahu kepada sang pemburu bahwa di dalam air tiu bombong ada ikan tuna besar bertanduk dan bernapas. Si pemburu pun tak jadi menyebrang air tiu ini. Selang beberapa tahun kemudian, ada pedagang parang ingin menyebrang, wargapun memberi tahunya bahwa disitu ada ikan tuna besar bertanduk, tapi si pedagang tak percaya, si pedagangpun nekat menyeberang air tiu itu.  Saat sampai di tengah aliran air, ikan tuna pun keluar dan beradu dengan si pedagang. Pendek cerita, si pedagang dapat mengalahkan ikan tuna tersebut sehingga selamat sampai tujuan. Untuk mengenang peristiwa luar biasa ini, maka air terjun itu dinamakan Tiu Bombong.

Bagi yang ingin berkunjung ke lokasi wisata ini jangan takut dan ragu karena jalannya bagus dan tak memakan waktu lama. Jarak tempuhnya kira-kira 16 km dari Tanjung dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Untuk sampai ketempat tujuan, ada dua jalan yang bisa di akses, yaitu bisa lewat Sidutan dan bisa lewat Sesait.Setelah sampai kita bisa meminta bantuan jasa guide lokal. Selamat menikmati panorama alam air terjun Tiu Bombong.(Sarjono)

Hujan di Kayangan , Jalan Licin Membawa Maut

Kayangan -- Untuk pertama kalinya wilayah Kecamatan Kayangan diguyur hujan membawa petaka.

Ketika terjadi hujan lebat pada hari Senin tanggal 17 Oktober 2011, jalan raya menjadi licin. Keadaan ini berakibat  fatal bagi Siti Aminah (13) salah seorang siswa MTs Nurul Islam Kayangan yang melintas di jalan tersebut.

Siti Aminah yang baru pulang dari pasar Sesait untuk membeli sepatu dan tas sekolah, sekitar pukul 17,00 wita, dengan berboncengan dengan temannya Rusmini (14)  warga Sambik Jengkel Desa Selengen Kecamatan Kayangan, ketika melewati perbatasan Sesait-Kayangan, sekitar 50 meter memasuki wilayah Bagek Kembar, sepeda motor Jupiter MX yang ditumpanginya terpeleset dan menabrak sebuah truck pengangkut beras.

Menurut kerabat dekat korban bernama Muhamad Zaen (48), Siti Aminah berada di belakang. Ketika terjadi peristiwa tersebut dia terpental dan masuk ke bawah truck yang secara kebetulan saat itu  sedang melintas dari arah utara hendak ke Santong. Sedangkan Rusmini yang berada didepan tergerus dan tertendes oleh sepeda motornya sejauh 10 m.

Kedua korban kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang intensif. Namun malang bagi  Siti Aminah, setelah tiba di Puskesmas Kayangan tidak bisa ditangani karena  terlalu parah, sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Tanjung.

“Setelah beberapa saat ditangani pihak rumah sakit, nyawa Siti  Aminah tidak tertolong dan sekitar pukul 19,00 wita, Siti Aminah menghembuskan nafas terakhir,” kata M.Zaen sedih.

“Sedangkan Rusmini  tidak terlalu parah dan masih dirawat di Puskesmas Kayangan,” tambahnya.

Selanjutnya jenazah Siti Aminah dibawa pulang dan dimakamkan di pemakaman umum dusun Jelantik, Desa Dangiang, Kecamatan Kayangan, Selasa (18/10) pukul 15.00 wita.

Menurut Kapolsek Kayangan Komang Sugatha, ketika dikonfirmasi tentang peristiwa tersebut membenarkan. “Berkasnya sudah kita limpahkan ke Polres Lombok Barat untuk proses hukum selanjutnya,” katanya.(Eko)

Rabu, 12 Oktober 2011

Upaya Tingkatkan Kinerja Guru, MA Nika Gelar Midsemester

Kayangan,-- Dijadikannya ujian midsemester bagi setiap sekolah adalah sebagai upaya meningkatkan kinerja para guru, karena soal midsemester itu sendiri dibuat langsung oleh guru bidang studi masing-masing.

Menurut Kepala MA Nurul Islam Kayangan Murdiyanto,SE mengatakan bahwa melalui ujian midsemester yang dilaksanakan mulai tanggal 03-10 Oktober 2011 di sekolahnya itu, nantinya bisa dijadikan barometer upaya guru itu sendiri untuk meningkatkan kinerjanya pada periode berikutnya. Disamping itu lanjut Murdiyanto, bahwa hasil ujian siswa menjadi barometer guru bidang studi apa saja yang perlu untuk ditingkatkan kedepannya.

Setiap guru bidang studi, dengan melihat hasil ujian siswanya, diharapkan terus memacu kemampuan dan semangat belajar siswanya, dengan berbagai upaya melalui soal yang dibuat guru.Dan melalui soal yang dibuat guru bidang studi masing-masing diharapkan juga mampu untuk memacu semangat belajar siswa kedepannya.

Menurut Ketua Komite MA Nurul Islam Kayangan Nurta,S.PdI mengungkapkan, selain soal ujian midsemester yang dibuat secara langsung oleh guru bidang studi yang bersangkutan,  ada beberapa upaya juga dapat dilakukan untuk peningkatan kinerja guru diantaranya meningkatkan volume kehadiran tatap muka dalam kelas,selalu mengisi daftar hadir, menguasai materi yang disampaikan, selalu membuat seluruh perangkat pembelajaran dan hal lain yang diperlukan sebagai pendukung proses belajar.

“Jika hal itu dilakukan oleh guru, saya yakin peningkatan kinerja masing-masing guru akan maksimal,”katanya. (Eko).

Sambut HUT GB Ke-4, Panitia Gelar Berbagai Lomba

Sesait, -- Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke 4, para pemuda Tukak Bendu yang tergabung dalam kelompok Bajang Generasi Bersatu (GB), gelar  berbagai lomba.

Kegiatan GB yang rutin digelar sekali setahun ini, dimeriahkan dengan beberapa mata lomba, diantaranya Futsal, tennis meja dan catur.

Menurut Ketua Panitia Misyadin,S.Pd, kegiatan yang dilakukan dalam rangka memeriahkan HUT GB yang ke 4 tahun ini, yang acara puncaknya jatuh pada tanggal 27 November 2011 mendatang, dirangkaikan juga dengan peringatan tahun baru Islam 1433 H.

“Kegiatan yang kami gelar pada HUT GB ke 4 tahun ini adalah Futsal,tennis meja dan catur,” katanya.

Dikatakan Misyadin, bahwa untuk kegiatan Futsal diikuti dua Kecamatan (Kayangan - Gangga) dan pada tahun ini jumlah pesertanya ada 48 tim, sedangkan tahun lalu hanya diikuti 32 tim. “Jadi ada  peningkatan kuantitas jika dibandingkan dengan tahun lalu,”kilahnya.

Kegiatan yang banyak menyedot minat generasi muda khususnya kegiatan Futsal ini, pembukaannya telah dibuka secara resmi oleh Pemusungan Sesait, di Lapangan Futsal Tukak Bendu,Senin (08/10/2011).

Dalam sambutannya, Pemusungan Sesait menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Bajang Generasi Bersatu (GB) Tukak Bendu ini. Karena menurutnya, bahwa kegiatan semacam ini  dinilainya adalah kegiatan yang positif. Disamping itu, ajang seperti ini sangat bagus terus digalakkan, sehingga nantinya akan terjalin silaturrahmi yang kuat antar generasi muda dan terbinanya persatuan dan kesatuan sebagai wadah mempersatukan seluruh generasi muda diwilayah ini.

Dihadapan para tamu undangan yang hadir, Pemusungan Sesait juga berpesan kepada kepada seluruh panitia penyelenggara dan para pemain yang akan berlaga dilapangan agar melaksanakan kegiatan ini dengan penuh rasa tanggung jawab.

“Ini adalah untuk menyambung silaturrahmi dan untuk persahabatan. Jaga kekompakan dan keamanan, selalu bertindak seportif dalam segala hal serta gunakan aturan yang sudah baku,”katanya.

Kegiatan yang digelar Generasi Bersatu Tukak Bendu ini, juga mendapatkan dukungan dan respon positif dari Ketua kelompok Bajang Patuh (BP) Lokok Sutrang Zaenul Hadi,S.Pd. Menurutnya, bahwa kegiatan yang dilakukan oleh GB ini adalah kegiatan yang positif, karena melalui kegiatan semacam ini dapat menggugah semangat generasi muda. Apalagi kegiatan ini diikuti oleh 48 tim dan tim paling banyak ambil bagian adalah dari Kecamatan Kayangan.

“Saya melihat semangat generasi muda terhadap Futsal ini sangat tinggi. Buktinya, bahwa setiap ada penyelenggaraan kegiatan serupa, pesertanya pasti membludak,”kata Zaenul.

Ketika ditanya wartawan suarakomunitasnet ini, apakah BP juga dalam penyelenggaraan HUT- nya akan mengadakan kegiatan serupa? Zaenul Hadi mengatakan, juga akan melakukannnya. Namun diakui Zaenul Hadi, bahwa jarak kegiatan yang dilakukan GB dengan HUT Bajang Patuh terlalu dekat. Sehingga tidak memungkinkan pihaknya melakukan kegiatan serupa yang hanya berjarak satu bulan.

“Kalaupun kita (BP) lakukan kegiatan serupa seperti yang dilakukan GB, harus ada jaraknya, minimal 6 bulan. Sehingga limit waktu seperti itu, memungkinkan kita untuk berbuat maksimal,”kilah Zaenul penuh semangat.

Hal senada diungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat Tukak Bendu Rahim Arto, bahwa kegiatan yang dilakukan GB ini sangat postif, karena dengan adanya kegiatan semacam ini, akan dapat menggugah semangat generasi muda yang selama ini masih terpendam.

“Semangat generasi muda yang selama ini masih terpendam, akan bangkit untuk ambil bagian dalam kegiatan ini. Buktinya banyak kelompok bajang yang ikut daftar,”katanya.

Dukungan yang serupa juga direspon Kadus Tukak Bendu, Sukarti. Kegiatan yang dilakukan Kelompok Bajang Generasi Bersatu (GB)  Tukak Bendu didukung sepenuhnya. Diakui Sukarti, banyak yang telah dilakukan GB, baik dalam mendukung program Pemerintah maupun program-program kemasyarakatan. Jadi dalam melaksanakan berbagai program, diakui Sukarti bahwa antara Pemerintah dan kelompok Bajang Generasi Bersatu (GB) saling bahu-membahudalam menuntaskannya.

“Harapan saya kepada Panitia Penyelenggara dan seluruh masyarakat bertetangga, agar selama kegiatan ini berlangsung, ciptakan  suasana aman,tertib, sehingga nuansa silaturrahmi persatuan dapat terjalin dengan baik serta hasil akhir dari seluruh rangkaian kegiatan juga akan sukses,”pesannya.

Acara Pembukaan Kegiatan menyambut HUT GB yang ke 4 tahun ini, dihadiri oleh beberapa tokoh, diantaranya sesepuh adat Sesait yang juga anggota DPRD KLU Djekat, Camat Kayangan, Kepala UPTD Dikbudpora, Pemusungan Sesait,  Kadus Tukak Bendu,tokoh masyarakat dan beberapa tokoh pemuda perwakilan dari wilayah Kayangan.(Eko)

Sabtu, 08 Oktober 2011

Warga Kayangan, Dua Minggu Antri Air Bersih

Sesait, -- Siapapun tak akan menyangkal, air merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.Tak ada air tak ada kehidupan.

Tetapi dewasa ini ketersediaan air bersih untuk sumber kehidupan sedang mengalami cobaan yang berat terkait dengan kuantitas maupun kualitasnya.

Begitu juga dengan kondisi masyarakat Kayangan saat ini. Hampir dua minggu menunggu giliran didroping air bersih batubara, yang selama ini mereka konsumsi. Namun hingga berita ini diturunkan, kondisi ini terus berlangsung tanpa ada kepastian solusinya.

Menurut Rumati (48) salah seorang petugas yang mengurus jaringan air bersih batubara Santong, mengatakan bahwa macetnya pendropingan air bersih  batubara bagi tiga desa (Santong, Sesait, Kayangan) diwilayah Kecamatan Kayangan tersebut, disebabkan jaringan perpipaan di Pal Besi sekitar 6,5 Km sebelah tenggara Pawang Semboya, terputus.

“Kalau jaringan perpipaan tersebut tidak segera di tangani, maka saya yakin kebutuhan akan air bersih bagi warga masyarakat Kecamatan kayangan, akan macet  dalam waktu yang lama,”kata Rumati dengan mimic serius.

Rumati juga mengakui bahwa keberadaan dirinya selama mengurus jaringan air bersih batubara ini, banyak suka dukanya. Dengan modal rasa tanggung jawab dan ikhlas, mengabdikan dirinya demi kepentingan keberlangsungan hidup masyarakat banyak, dirinya terus menjalankan misi suci ini. Walau dirinya sadar bahwa keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya, sering membuat dirinya disepelekan oleh sebagian elit politik. Kesemuanya itu, tak pernah dihiraukannya.

“Yang penting kita kerja ikhlas dan sungguh-sungguh, insya Allah pasti ada berkahnya, “katanya.

Untuk menanggulangi kerusakan jaringan perpipaan di Pal Besi tersebut, Rumati tidak tinggal diam. Dia terus berusaha mencari dukungan dari warga setempat.Terutama bagi yang membutuhkan air bersih itu.

Upaya untuk perbaikan jaringan perpipaan tersebut, mendapat dukungan dari Kadus Lokok Sutrang. Dia berjanji akan membantu dan mendukung  dalam perbaikan jaringan perpipaan yang selama ini menjadi kebutuhan vital bagi warga masyarakat Kayangan itu. Sehingga dalam waktu dekat dirinya akan mengumpulkan warga masyarakatnya untuk urun rembuq, mencari jalan keluar masalah tersebut.

“Kami turut prihatin dengan keadaan ini. Itulah sebabnya kami berinisiatif membantu masalah ini,”katanya.

Sementara itu, Sekcam Kayangan Raden Kertamono menyatakan bahwa untuk mengantisipasi kekurangan air bersih yang melanda sebagian besar warga masyarakat KLU, khususnya di Kayangan adalah dengan berupaya bekerjasama dengan Dinas Dukcapil KLU, dengan mendatangkan tangky pengangkut air bersih untuk delapan desa, dengan cara digilir selama dua kali dalam seminggu untuk masing-masing desa.

“Ini salah satu upaya kita untuk mengatasi krisis air bersih selama musim kemarau yang berkepanjangan tahun ini,”ungkapnya.

Menyoroti rusaknya jaringan perpipaan air bersih Batubara Santong, yang berakibat pada terputusnya suplai air bersih bagi warga Kayangan selama hampir dua minggu belakangan ini, R.Kertamono juga berharap agar semua pihak yang terkait, terutama Pengurus BK-PAB Kecamatan Kayangan yang menangani masalah tersebut, hendaknya lebih proaktif melihat kondisi yang vital ini.

Disamping itu, R.Kertamono juga telah melakukan berbagai upaya,  terkait masalah kelangkaan air bersih yang melanda warga Kayangan itu. Diantaranya adalah dengan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, terutama dengan para Kepala SKPD terkait, Kepala Desa dan Pengurus BK-PAB dengan jajarannya. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, masalah yang krusial ini bisa teratasi dengan segera.(Eko)

 

Minggu, 02 Oktober 2011

Penarikan Mahasiswa KKN Angkatan XIX UNW Mataram

Kayangan,--- Berdasarkan kalender Akademik Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram,  bahwa kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang penempatannya di empat desa diwilayah Kecamatan Kayangan, berlangsung sejak tanggal 18 Agustus 2011 hingga berakhir tanggal 30 September 2011.

Penarikan Mahasiswa KKN angkatan ke XIX sejumlah 75 orang ini,berlangsung di aula Kantor Camat Kayangan,dihadiri oleh Camat Kayangan, UPTD Dikbudpora,KCD Pertanian, Dosen Pembimbing,Kepala Desa Kayangan, Pendua, Dangiang,Gumantar, dan  seluruh Mahasiswa,Jum’at (30/09).

Dalam sambutannya, Camat Kayangan yang diwakili Kasi Pemerintahan Bambang Suralaga, mengucapkan terima kasih atas selesainya  pelaksanaan  KKN dari Mahasiswa UNW Mataram, yang penempatannya di empat desa (Kayangan,Dangiang,Gumantar, Pendua) yang ada diwilayah Kecamatan Kayangan pada tahun ini.

Keberadaan Mahasiswa KKN selama ini, sangat membantu dan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya di desa ketempatan.Karena banyak hal-hal yang positif yang didapatkan selama mengikuti kegiatan KKN ini.Disamping itu, ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi kemudian dapat di praktekkan dilapangan.
”Banyak hal positif yang didapatkan selama mengikuti kegiatan KKN dan silahkan ambil manfaatnya,”kata Bambang.

Pihak Kecamatan mengharapkan agar pada tahun-tahun mendatang dari Perguruan Tinggi bisa menempatkan Mahasiswanya lebih banyak lagi. ”Jika perlu semua desa kebagian, ”harapnya singkat.

Camat Kayangan pada kesempatan itu juga mengungkapkan bahwa, sebenarnya masih banyak yang harus dilakukan oleh para Mahasiswa di daerahnya. Namun di akuinya, semua itu disebabkan oleh waktu pelaksanaan KKN ini terbatas. Sehingga masih banyak yang belum terselesaikan.”Semua itu butuh waktu,”katanya.

Sementara salah seorang Mahasiswa KKN Nila Indra Lesmana, mengaku bahwa dirinya bersama rekan-rekan Mahasiswa yang lain merasa terkesan dengan sambutan dan dukungan dari masyarakat di lokasi KKN yang masih polos dan masih mengedepankan nuansa adat yang asli. Lebih-lebih lokasi penempatan KKN tersebar di masing-masing desa,sehingga hubungan sosial  dengan masyarakat sekitar lebih akrab.

Selanjutnya, Pengelola Perguruan Tinggi wilayah Kayangan yang mewakili Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram Nurdin,S.Pd, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Kecamatan yang telah menerima dan menyambut dengan baik Mahasiswa dari UNW Mataram untuk ber KKN di wilayah ini. Di akhir sambutannya, Nurdin   menarik kembali Mahasiswa KKN angkatan XIX dan selanjutnya dikembalikan ke Perguruan Tinggi, guna menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.(Eko).

Sabtu, 01 Oktober 2011

Peninggalan Sejarah di Gumi Paer Sesait, Menyimpan Nilai Sejarah

Sesait, -- Berbicara mengenai sejarah, pandangan kita tidak pernah lepas dari masa lampau.

Sejarah bukanlah suatu yang asing bagi kita.Walaupun demikian, masih banyak diantara kita yang belum mengetahui sejarah peninggalan masa lalu yang ada disekitar kita. Hal ini disebabkan karena  kurangnya  peninggalan – peninggalan tertulis yang ditinggalkan oleh masyarakat terdahulu yang sampai kepada generasi berikutnya.

Dalam tulisan kali ini, terfokus pada beberapa peninggalan sejarah yang ditemukan di Gumi Paer Sesait, yang berhasil penulis kumpulkan dari berbagai sumber.

Menurut Perbekel Adat Sesait Masidep, menyebutkan ada beberapa peninggalan sejarah yang ditemukan di Gumi Paer Sesait, yang hingga kini masih tersimpan lestari. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut, ada disimpan dalam Kampu dan ada pula masih disimpan oleh keturunannya.

Diantara peninggalan sejarah yang hingga kini masih tersimpan lestari tersebut,

Pertama, Kulem adalah nama sebuah alat yang dipergunakan oleh Mak Beleq (sebutan Datu Bayan sebelum menjadi Datu Bayan) sebagai sikap (senjata) dalam perjalanan jauh ke Semboya, untuk memantau kawasan utara gunung Rinjani yang nantinya akan dijadikan sebagai lokasi mendirikan sebuah kerajaan.

Kulem, yang sudah berusia puluhan abad ini, secara turun binurun masih tersimpan rapi oleh keturunannya yang ke-58  di dusun Sumur Pande Tengak Desa Sesait Kecamatan Kayangan KLU. Kulem tersebut adalah sejenis Perisai terbuat dari kayu dan sebilah keris.

Sebenarnya, Kulem ini adalah nama orang yang mendampingi Mak Beleq dalam perjalanannya menuju daerah Semboya, untuk melihat  seluruh daerah kawasan utara gunung Rinjani, daerah yang mana kira-kira yang cocok untuk mendirikan sebuah kerajaan baru. Dari kerajaan baru inilah nantinya akan dijadikan pusat penyebaran Islam keseluruh pelosok dikawasan utara gunung Rinjani.

Mak Beleq, dengan didampingi oleh pengiringnya yang bernama Kulem pada masa itu, sebelum sampai ke tempat tujuan, Mak Belek singgah dulu disebuah gubug di daerah Santong (sekarang Santong Asli) untuk beristirahat sejenak menghilangkan kepenatan akibat perjalanan jauh. Gubug yang digunakan oleh Mak Beleq sebagai tempat istirahat tersebut, hingga sekarang gubug  ini masih terpelihara dengan baik oleh keturunannya, yang memang berdasarkan purusanya.

Untuk sampai ketempat yang dituju oleh Mak Beleq bersama pendampingnya Kulem kala itu, mengharuskan dirinya singgah dulu untuk beristirahat dirumah yang sampai saat ini masih terpelihara di Santong Asli. Setelah itu baru dilanjutkan perjalanannya menuju Semboya. Tiba disana, dicarilah tempat yang cocok dijadikan pijakan, untuk melihat daerah sejauh mata memandang yang ada di lereng utara gunung Rinjani. Batu pijakan yang digunakan oleh Mak Beleq kala itu, yang oleh masyarakat adat wet Sesait dikenal dengan nama”Batu Penginjakan Semboya,” juga sampai saat ini masih terpelihara dengan baik dan dijaga oleh purusanya.

Kedua, ‘Bale Bangar Gubuq’, yang oleh masyarakat setempat disebutnya Pagalan. Bale ini, terletak ditengah-tengah Gubuq Dasan Beleq, dengan ukuran 5x5 m. Bale (rumah) ini, menurut Malinom, keberadaannya diyakini dibuat oleh orang yang pertama kali datang dan menetap di Dusun Dasan Beleq.

“Kedatangannya dari mana, dan siapa nama nya, itu tidak bisa dipastikan,”kata Malinom dengan mimik yang penuh keseriusan.
Namun menurut Sahir (40), salah seorang tokoh muda yang disegani di dusun setempat, menceritakan kepada suarakomunitas.net, tentang keberadaan dari seorang wali penyebar agama Islam yang pertamakali datang dan menetap di kampung Dasan Beleq tersebut.
Diceritakan, konon katanya, pada sekitar abad 16 Masehi, ketika agama Islam sudah mulai tersebar ke seluruh pelosok tanah air, tak terkecuali para penyebar ajaran Islam sampai juga ke wilayah utara lereng gunung Rinjani. Termasuk di gumi Dasan Beleq ini.

Para penyebar agama Islam yang pertama kali datang ke tempat itu (Dasan Beleq), menurut Sahir, diawali dari Gunung Rinjani. Penyebar agama Islam ini, bernama Mak Beleq dan Kendi (menyerupai Kendi) turun dari Gunung Rinjani, yang dikemudian hari, dalam perjalanan sejarah, setelah berkuasa dan menyebarkan agama Islam di daerah Bayan, Mak Beleq dikenal dengan sebutan Datu Bayan.Sedangkan temannya yang bernama Kendi tadi, kala itu,tetap tinggal dan menyebarkan agama Islam di daerah Dasan Beleq dan sekitarnya.
Ketiga, Peninggalan Sriangge, berupa : Takepan Lahat yang ditulis didaun lontar, Kitab Shalawatan dan Umbak Bayan, juga yang hingga kini masih tersisa adalah pohon Kelor dan Paving block. Pohon Kelor (remunggek) ini masih ada hingga sekarang, tidak jauh dari makamnya. Pohon ini dulunya diyakini sengaja ditanam dekat tempayan (Ploncor) yang digunakan sebagai wadah menyimpan air untuk wudu’.
Dalam menjalani kehidupan bersama istrinya di gawah alas bana ini, Sriangge terus menjalankan  kewajibannya untuk ta’at kepada Allah Swt, hingga akhir hayatnya.Disamping itu, hingga saat ini bekas peninggalan Sriangge masih tersimpan.
Menurut Amaq Sudirahman (Narimah), salah seorang keturunan ke -12 dari Sriagan, menceritakan bahwa ke-5 anak Sriagan ini, antara lain Sriangge, Bading, Gubah, Oncok dan Goneng.
”Kelima anak dari Sriagan ini mempunyai andil dalam memperluas wilayah penyebaran Islam kala itu,”sebut Narimah.
Sebut saja, lanjut Narimah  seperti Gubah, mendapat tugas ke Soloh dan ke Jawa Timur serta ke Betawi, Bading ke Lombok Tengah, Goneng ke Bayan, Oncok di sekitar Barat Laut wet Sesait dan Sriangge ke Beraringan dan sekitarnya.

Bagaimana kiprah dan keberadaan dari para penyebar Islam putra asli dari Gumi Paer Sesait ini, tidak banyak diketahui. Hanya yang dibahas dalam tulisan ini adalah ketokohan Sriangge dan keteguhan imannya dalam mempertahankan ajaran Islam dari pengaruh Hindu yang masuk ke wet Sesait kala itu.

Di ceritakan bahwa ketika berkuasanya kerajaan Majapahit sampai menguasai seluruh Nusantara lewat sumpah serapah dari patihnya  Gajah Mada, maka pengaruhnya sampai juga ke tanah / gumi paer Sesait, yang kala itu penduduknya menganut agama Islam yang ta’at beribadah. Sehingga, ketika pengaruh Hindu ini masuk ke gumi paer Sesait, maka dari kalangan santri yang ta’at beribadah ini, meninggalkan gumi paer Sesait untuk mengasingkan diri dari pengaruh Hindu ke salah satu kawasan Gawah Alas Bana, yang belum pernah terjamah tangan manusia.
Di Gawah Alas Bana (diyakini sebelah barat Dusun Beraringan sekarang) inilah Santri yang bernama Sriangge bersama keluarganya tinggal dan menetap hingga akhir hayatnya.
Keempat, Peninggalan Sayyid Anom dalam kiprahnya menyebarkan agama Islam. Al-Qur’an tulis tangan pada kulit onta, yang usianya menurut Piagam Sesait sekitar 580 tahun yang lalu. Disamping itu, ada juga peninggalannya yang lain, seperti Mesjid Kuno, Tongkat khutbah yang terbuat dari hati pohon pisang (galih) dan Balai Agung Adat (Singgasana Raja) yang disebut Kampu.

Ajaran-ajaran yang dibawa oleh ulama Sayyid Anom ini adalah Fiqh Ushul dan Tasawuf. Dalam praktek syiarnya, metode yang dilakukan adalah tidak bertentangan dengan adat istiadat setempat. Sehingga dalam perayaan hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad Saw  ketika itu, dilaksanakan secara adat. Hingga kini, ritual Maulid adat di kampung yang namanya Sesait ini, tetap lestari pelaksanaan Maulid secara Adat.

Ulama Sayyid Anom, dalam penyampaian risalah atau ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ini, menurut Piagam Sesait, bahwa Raja Sesait Demung Melsi Jaya, berikut empat orang Patihnya masuk Islam pada awal abad ke 17.

Kelima, Peninggalan situs pemandian Inaq Empleng Bleleng yaitu Situs Sumur Lokok Paok.

Sekitar satu kilo meter ke arah barat laut Kampung Sesait inilah lokasi situs Sumur Lokok Paok itu berada. Keberadaan sumur ini, persis dilereng bukit gontoran Gunung Konoq, diatas Lokok Saong sebelah timur Gubuq Setowek, yang  hingga kini keasliannya masih terpelihara rapi. Hanya saja, seiring dengan perubahan zaman jutaan abad yang silam, penutup dari sumur ini sudah raib ditelan waktu.

Menurut cerita M.Ali salah seorang tokoh masyarakat Sesait, menceritakan hal ihwal keberadaan sumur lokok paok tersebut.

Di ceritakannya bahwa, sumur lokok paok ini, dulu pada zaman ireng, sumur ini diyakini sebagai sumur tempat pemandian Inaq Empleng Bleleng. Batu lesung yang ada persis didekat sumur ini, diyakini sebagai wadah tempat menumbuk kelapa atau sejenisnya sebagai alat untuk keramas. Kebiasaan orang tua zaman dahulu, sebelum mandi, biasanya keramas terlebih dahulu, baru kemudian mandi ’melangeh’.

Tidak jauh dari tempat batu lesung tadi, yaitu sekitar satu meter arah utara darinya terdapat satu buah batu lesung lagi yang lubangnya ada lima. Ini, menurut M.Ali, diyakini juga sebagai tempat Inaq Empleng Bleleng menaruh segala macam racikan ramuan untuk dijadikan obat-obatan.

Disamping situs Sumur Lokok Paok, ada dua sumur lagi berderet disebelah utaranya, yaitu Sumur Lokok Lengkak dan Sumur Lokok Koloh yang menyerupai gua. Dari sumur Koloh yang menyerupai gua inilah hingga sekarang digunakan oleh penduduk Sejongga, untuk mengambil air sebagai sumber kehidupan mereka.

Keenam, situs Lokok Kremean,Sumur Jukung, Sumur Minyak, Batu Lesong dan Lokok Nampih.

Menurut penuturan Lakiep (48) yang sudah empat tahun menjaga situs ini, menjelaskan bahwa, situs-situs ini ada keterkaitannya satu sama lain dan mengaku sebagai penjaga situs tersebut berdasarkan Purusa (garis keturunan) dari Bapuk Buntit-Amaq Sanggia (Marga Sanggia).

”Menurut cerita orang tua jaman dahulu, bahwa sebelum pelaksanaan Maulid Adat, ditempat situs ini, Pare (padi)  ditutu (ditumbuk) , kemudian ditampik (dibersihkan), kemudian di Krem (di rendam), lalu dibuat Jaja Pangan (sejenis penganan), lau di goreng. Setelah semuanya  ini sudah selesai, kemudian dibawa kembali menggunakan Jukung (sampan/rakit) ke Kampu (rumah adat) di Sesait untuk proses selanjutnya.”cerita Lakiep dengan semangat.

”Itulah sebabnya ada situs Batu Lesong (digunakan untuk menumbuk padi), situs Lokok Nampih (tempat Menampik/membersihkan beras), situs Lokok Kremean (tempat merendam beras sebelum dibuat jaja pangan) dan situs Sumur Jukung (diyakini sebagai sampan/rakit untuk membawa beras dan jaja pangan ke Kampu),”jelas Lakiep.

Ketujuh, Sumur Pemandian Datu Sesait Lokok Kapuk. Konon, menurut sejarah Sesait, dimasa jayanya pemerintahan “Datu Sesait” atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Wet Sesait dengan sebutan “Tau Lokak Empat” (Pemusungan, Penghulu, Mangku Gumi dan Jintaka), sumur lokok Kapuk ini adalah di yakini sebagai tempat Pemandiannya.

Menurut cerita A.Kaimah (alm) yang berkuasa di Kampu Sesait (1870) sebagai Raja Sesait yang ke-25 kala itu, yang diceritakan kembali oleh Dagul dan Bukren, bahwa keberadaan Sumur Lokok Kapuk ini, dulunya adalah sebagai induk dari seluruh mata air yang bermunculan di gontoran Sentul hingga Gubug Setowek. Namun setelah Sumur Lokok Kapuk ini ditutup oleh Tau Lokak Empat Sesait, maka sumur ini tidak lagi mengeluarkan air seperti sedia kala atau sebesar sebagaimana keadaannya semula.

Sebagaimana diceritakan bahwa diameter sumber mata air di sumur lokok Kapuk yang diyakini ditunggui oleh seekor ikan Tuna Putih ini adalah sebesar batang pohon enau. Tidak bisa dibayangkan, betapa besar air yang keluar dari sumur tersebut. Sehingga ketika sumur ini belum ditutup dulu, aliran airnya membentuk sebuah kali besar. Namun sekarang, bekas aliran kali tersebut sudah menjadi areal persawahan milik Dagul Sentul.

Sumur ini ditutup oleh Tau Lokak Empat Sesait, menggunakan Ijuk, pare bulu satu ikat, sebilah keris, seekor ayam putih mulus  dan daun  sirih digulung kemudian dimasukkan dalam kepeng bolong dalam sebuah upacara ritual adat, karena dikhawatirkan akan menjadi rebutan penguasa Hindu yang sampai ke wet Sesait kala itu. Seandainya sumur ini tidak ditutup, maka orang-orang Hindu pelarian Majapahit dari Jawa abad 16 silam, akan bermukim dan menetap di lokasi sekitar sumur itu.

Kekhawatiran para sesepuh Sesait kala itu, patut diacungi jempol. Karena berhasil menutup sumur yang menjadi tempat pemandian para Datu yang memerintah di wet Sesait kala itu. Sehingga dengan ditutupnya sumur tersebut, penguasa Hindu yang datang ke Sesait yang merupakan pelarian dari Majapahit karena terdesak dengan masuknya pengaruh Islam masa itu, maka tidak menemukan sumur yang merupakan tempat pemandian para ‘Datu Sesait’ yang berkuasa secara turun-binurun.

Kedelapan, Situs Makam Datu Sentul yang bernama ’Sinom’. Makam ini tidak jauh dari jalan raya Sentul-Cempaka dan terletak dipinggir telabah, sekitar 10 meter  sebelah timur rumah Masdan (43) di Sentul Desa Pendua Kecamatan Kayangan Lombok Utara.

Keberadaan Makam ini, yang oleh masyarakat setempat diyakini memilki Karomah tersendiri. Misalnya saja, menurut salah seorang tokoh masyarakat Sentul yang tidak ingin dipublikasikan namanya mengatakan, ketika ada anggota masyarakat yang secara kebetulan duduk di atas makam Datu ini, maka seketika buah pelirnya terasa membesar. Padahal kenyataannya tidak demikian. Hanya perasaannya saja yang merasakan buah pelirnya membesar.

Menurut sejarah, ketika Datu Sinom ini memerintah kerajaan Sentul ratusan tahun silam, diceritakan bahwa pada masa jayanya, Datu Sinom adalah satu – satunya Raja yang tidak memiliki musuh dengan raja-raja yang berkuasa dilingkar utara gunung Rinjani kala itu. Termasuk dengan Raja Sesait. Karena antara Raja Sentul dengan Raja Sesait berbesan.

Wilayah kerajaan Sentul diyakini adalah hanya sebatas gontoran Sentul yang sekarang hingga Gubug Setowek. Kerajaan ini memiliki Kaula Bala sejumlah 144 KK. Itulah sebabnya, hingga sekarang, jumlah penduduk yang mendiami daerah Sentul yang menjadi sebuah Dusun saat ini harus berjumlah 144 KK. Tidak boleh lebih dari itu. Kalau lebih, menurut Bukren, harus pindah tempat tinggal diluar dari wet Sentul.

Peninggalan Datu Sinom diantaranya adalah Sumur Lokok Buyut. Sumur ini adalah tempat pemandian Datu Sinom beserta keluarganya. Namun keberadaan keluarga maupun sampai kapan memerintah, tidak banyak diketahui. Hanya, Datu sinom ini memiliki menantu yang bernama Merkani. Merkani inilah yang menurunkan nenek moyang Bukren Klau di Sesait.Dan salah satu peninggalannya yang sangat terkenal hingga kini masih dilestarikan adalah ’Tembang Sinom’.

Kesembilan, Situs telapak kaki Datu Keling. Menrut keterangan tokoh Adat KLU, Djekat S.Sos. yang juga anggota DPRD KLU, bahwa bekas telapak kaki ini erat kaitannya dengan cerita rakyat atau dongeng masyarakat Sesait, yaitu kisah perjalanan Teruna Keling (Datu Keling). Konon ceritanya Datu Keling pernah berwasiat kepada Kaula Balanya (Rakyat) jika suatu saat dia akan menghilang maka dia akan meninggalkan bekas telapak kakinya. Sangat besar kemungkinan, jika bekas telapak kaki ini adalah jejak Datu Keling seperti yang diwasiatkan.

Hal ini juga, dibenarkan oleh Juru Tulis Pembekel Adat Wet Sesait,Masidep. menjelaskan bahwa kisah perjalanan Datu Keling diabadikan dalam cerita Cupak Gurantang. Konon ceritanya, Teruna Kling memiliki dua orang putra. Putra pertamanya bernama Cupak yang berkarakter rakus dan sombong sedangkan putra keduanya bernama Gurantang adalah sosok yang lembut, baik hati, jujur dan patuh kepada orang tua. Sehingga kisah cupak gurantang diabadikan dalam bentuk drama oleh masyarakat.
Disamping keberadaan situs telapak kaki yang menempel ditebing bebatuan sungai cempogok Kayangan tersebut, bukti yang lain memperkuat dugaan bahwa, memang benar bekas telapak kaki Datu Keling yang diyakini pernah berkuasa disekitar lereng gunung Rinjani pada masa pra aksara, juga tidak jauh  dari situs telapak kali ini,sekitar dua ratus meter kea rah selatan, ditemukan pula situs Jukung (sampan/rakit), Telapak Kaki Kuda dan situs dudukan serta situs aliran air seni dari Datu Keling yang menempel disekitar bebatuan kelat lante Empak Mayong Kayangan.
 
Tidak hanya itu saja, sebagai pendukung keberadaan situs telapak kaki ini, sekitar 500 meter kearah barat daya situs tersebut, ditemukan pula situs Sumur Jembung dan situs Batu Dendeng Bertutup. Situs-situs yang ditemukan ini pula, yang oleh masyarakat adat wet Sesait diyakini sebagai peninggalan dari Datu Keling yang pernah ada dan jaya dimasanya.(Eko).