Sabtu, 26 Februari 2011

Bisok Menik Sebagai Napak Tilas Sejarah (5)

SESAIT,--Kegiatan bisok menik (cuci beras) bukan sekadar membersihkan beras sebelum dimasak, namun memiliki makna sejarah.Lokasi bisok menik ini tidak pernah diubah sejak zaman dulu hingga sekarang yaitu Lokok Kremean, yang berdasarkan Purusa dijaga oleh Marga Sanggia.

Sekitar 230 wanita mengenakan pakaian tradisional berupa Kebaya berbaris rapi didepan pintu Kampu Sesait (Singgasana Raja sesait).Di tangan kanan mereka membawa sebuak keraro/praras (baki terbuat dari anyaman bambu).Satu persatu mereka masuk ke dalam Kampu untuk mengambil beras yang mau dibawa untuk dicuci ke Lokok Kremean.

Jintaka yang mengenakan pakaian berwarna kuning, sibuk  menuangkan beras satu bokor ke dalam praras/keraro yang dibawa oleh para wanita yang sudah siap antri satu persatu.Setelah keraro mereka terisi dengan beras, lalu mereka kembali berbaris.

Prosesi ritual bisok Menik ke Lokok Kremean ini, dimulai dari keluarnya Pemangku Lokok Kremean yang membawa Sesaji dalam wadah baki berada di barisan paling depan, dibelakangnya praja Nina (wanita yang sudah monopause), lalu disusul Praja Mulud dengan beban diatas kepalanya berada diurutan ketiga dan diikuti oleh ratusan wanita lainnya dibelakangnya, sambil menjunjung praras berisi beras yang mau di cuci ke Lokok Kremean Bat Pawang.

Saat acara ini digelar, hujan terus turun mengguyur wilayah Sesait, hingga selesainya acara ritual bisok beras ini. Namun ritual ini terus berlanjut dengan antrian yang cukup panjang dari depan Kampu menuju mata air Lokok Kremean Bat Pawang dengan memakan waktu yang cukup lama.

Perjalanan panjang menuju mata iar ini merupakan kilas balik perjalanan sejarah ritual Maulid Adat sejak zaman para leluhur. Dimana kegiatan bisok beras ini harus dilakukan di Lokok Kremean, sebab zaman dulu hanya di mata air inilah yang ada sumber air bersih.

Ketika sampai di mata air, pencucian beras hanya bisa dilakukan oleh pemangku Lokok Kremean dari Marga Sanggia. Sesajen berupa lekok buak ditempatkan dekat sumur. Baru pemangku mengambil air dengan Tambang ( bokor terbuat dari kelapa utuh), lalu disiramkan ke praras yang berisi beras. Satu persatu ratusan wanita pembawa praras yang ritual ini antre mendapat giliran bisok beras.

Setelah seluruh beras selesai dicuci, barulah perjalanan pulang digelar seperti perjalanan ketika berangkat. Pemangku Marga Sanggia berada paling depan disusul oleh praja mulud dan ratusan wanita lainnya yang ikut dalam prosesi ritual bisok beras ini.

Kepulangan para wanita dalam ritual bisok beras ini disambut gembira warga lainnya. Gambelan Gong dua yang mengiring saat berangkat tadi hanya sampai di suatu tempat (dipinggir hutan belantara) yang dulunya tidak bisa masuk sampai ke Lokok Kremean tempat bisok beras. Jadi, gong adat ini hanya menunggu ditempat itu, untuk menanti kembalinya iring-iringan para wanita bisok beras tadi. Ditempat inipun iring-iringan wanita bisok beras ini, disambut oleh pemangku, kemudian bersama sama kembali ke Kampu.

Dalam perjalanan pulang kembali ke Kampu ini disambut oleh Tauk Olkak Empat (Mangkubumi, Penghulu,Pemusungan dan Jintaka) diiringi  musik gong dua (gong adat).Sepanjang perjalanan, para penyambut menari hingga ke Kampu.Lalu beras dituangkan kedalam sebuah Keraro beras. Beras siap dimasak untuk disuguhkan nantinya pada saat menaikkan dulang nasi aji ke Mesjid Kuno.

Ada sedikit perbedaan dalam kegiatan rangkaian bisok beras antara wet Sesait dengan wet Bayan serta wet Gumantar.Perbedaan ini pada penyembelehan hewan kurban yang akan dijadikan lauk pada kegiatan maulid adat.

Di wet Sesait, penyembelehan dilakukan persis dihalaman depan Mesjid Kuno, sejajar dengan pintu masuk mesjid. Penyembelehan itu dilaksanakan setelah kegiatan bisok beras usai yaitu ba’da zhohor. Sementara di wet Bayan penyembelehan dilaksanakan terlebih dahulu sebelum cara bisok beras didalam Kampu.Kalu di wet Gumantar tidak ada acara penyembelehan. Hanya acara bisok beras dilaksanakan setelah turun gong.

Perbedaan lainya terletak pada acara puncak penyelesaian ritual maulid adat dalam Mesjid Kuno. Di wet sesait acara ritual puncak Maulid Adat dengan dinaikkannya dulang Nasi Aji ke Mesjid Kuno. Sedangkan di wet Bayan dan wet Gumantar, acara puncaknya sama, yaitu dengan naiknya Praja Mulud ke Mesjid Kuno. (Eko).

Uji Coba Perdana Putra Polos Vs Dasker 4 - 0

SESAIT –  Dasker harus membayar mahal 4 angka yang diraih Putra polos dalam Laga Perdana yang berlangsung di lapangan umum Merenten (26/02) minggu lalu.

Dasker yang berasal dari Dasan Krepuk Kecamatan Bayan ini, harus mengakui ketangguhan duet pasangan Ahmadi – Buyung dari Putra Polos Lokok Sutrang Desa Sesait di lini depan. Keadaan ini terus bertahan hingga turun minum.

Menurut Manager Putra Polos Asrudin, bahwa laga kali ini merupakan uji coba timnya untuk menghadapi beberapa tim tangguh di liga Merenten musim ini.

“Laga ini sengaja kami gelar dengan tujuan, disamping memantapkan tim kami dalam menghadapi Liga Merenten minggu ini, juga kami ingin tampil maksimal ketika beradu dengan tim yang tangguh,”terang Asrudin.

Asrudin juga mengaku, selain bertandang ke club-club yang lain di daerah  Lombok Utara ini, timnya juga rutin latihan fisik di lapangan umum Merenten setiap minggunya. Asrudin juga mengakui bahwa, dirinya tidak segan-segan mendatangkan pelatih dari luar. Sehingga timnya (Putra Polos) sudah menampakkan ada perubahan.

Sementara itu, Manager Dasker Arman mengakui keunggulan  Putra polos. Namun diakuinya  Timnya (Dasker) juga sempat membuat Putra polos kewalahan di menit-menit awal. Namun timnya kalah strategi di lini depan.Sehingga strikernya kalah cepat dengan striker milik putra Polos.

“Kita akui tim Putra Polos lebih unggul dari tim kami dalam hal strategi. Tim kami hanya mampu bertahan di lini belakang untuk mengurangi banyaknya hujan  gol gawang kami,”aku Arman.(Eko).

MTs Nurul Islam Kayangan Dapat Bantuan Dana Hibah

Kayangan, Lombok Utara - Sebagai tindak lanjut dari program pembangunan yang sempat tertunda beberapa waktu yang lalu, kini MTs Nurul Islam Kayangan mulai berbenah. Pasalnya di akhir tahun 2010 yang lalu, MTs Nurul Islam Kayangan mendapatkan dana bantuan hibah dari Dinas Dikbudpora Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Rp. 40.000.000,-.

”Dana ini kita manfaatkan untuk melanjutkan pembangunan empat lokal ruang kelas yang ada dilantai dua.Mudah-mudahan dana ini cukup,” ujar Ketua Yayasan Nurul Islam Kayangan Nurdin,S.Pd dalam pengantarnya pada rapat komite (16/01/2011) beberapa waktu lalu.

Hadir dalam rapat yang digelar bertempat di ini Pimpinan ponpes Nurul Islam Ust.Muh.Turmuzi,SH.M.Pd,Ketua Yayasan Nurdin,S.Pd,Ketua Komite Nurta,S.PdI,Ketua Panitia Pembangunan Nadhir Sauban,Kepala MA/MTs, segenap cipitas akademika Nurul Islam dan undangan lainnya.

Sementara itu,Pimpinan Yayasan Nurul Islam Kayangan Ust.Muh.Turmuzi,SH.M.Pd berpesan agar dana yang ada ini supaya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,”Hindari pengeluaran yang tidak bermanfaat.Jika ini yang dilakukan, tentu insya Allah, apapun yang menjadi program akan bernilai ibadah,” ujar Ust,Muh.Turmuzi.

Selanjutnya Ust.Muh.Turmuzi menambahkan bahwa, ”kebersamaan itu juga perlu dikedepankan. Jangan sampai kita jalan sendiri-sendiri.Kalau hal ini terjadi, maka apapun yang akan kita laksanakan tidak akan pernah sukses,”ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Komite sekolah  Nurta,S.PdI.”Tanpa ada kebersamaan dan saling memahami, saya rasa semuanya itu akan sia-sia,” kilahnya.

Pembangunan empat lokal ruang kelas MTs Nurul Islam dengan dana Rp.40.000.000 ini, diharapakan selesai akhir Februari 2011 mendatang. ”Insya Allah akhir Februari 2011 pembangunan ini semuanya rampung,” jelas Amaq Jojo dengan penuh keyakinan.(Eko).

Memajang Simbol Persamaan dan Kesetaraan Ummat Manusia(4)

SESAIT,--Menjelang sore hari akan dilakukan persiapan Memajang atau Ngengelat yang akan dilaksanakan setelah sholat Asyar berjamaah sampai menjelang waktu sholat Magrib dan Isya di Mesjid Kuno.

”Ritual Memajang merupakan ritual pertama sebagai pembuka pelaksanaan ritual-ritual lainnya.Adapun makna dari ritual Memajang adalah sebagai simbol persamaan dan kesetaraan umat Manusia sebagai makhluk citaan Allah Swt,”kata Asrin selaku ketua panitia pelaksana.

Asrin menambahkan bahwa setelah selesai Memajang yang dilakukan oleh Tau Lokok Empat ( Mangkubumi,Penghulu,Pemusungan dan Jintaka), dilanjutkan dengan sholat Magrib dan Isya. Ini semua dilaksanakan di Mesjid Kuno.

Kegiatan berikutnya yang dilaksankan di halaman Mesjid Kuno adalah Semetian (Perisian) yaitu saling pukul menggunakan Penjalin (rotan) yang masing-masing bertameng. Acara semetian harus diawali oleh Pepadu (Jagoan) Nina Sik Wah Supuk (perempuan uzur yang sudah monopaus), barulah Pepadu Mama boleh bertarung sampai tengah malam.

Adapun  acara puncak prosesi ritual Maulid Nabi Besar Muhammad Saw (lanjut Asrin) yang dikemas secara adat dilaksanakan pada hari keempat (Kamis), yaitu keesokan harinya setelah Memajang dan Semetian dilakukan.

Rangkaian ritual pada acara puncak tersebut, diawali dengan ritual Bisok Beras (cuci beras) dipagi harinya ke Lokok Kremean (diyakini sebagai tempat pemandian bidadari dan orang-orang suci). Cuci beras ini dilakukan oleh kaum hawa (baik yang masih gadis maupun yang sudah berkeluarga), dengan di Abih (diapit) baris tiga oleh  kaum laki-laki (barisan Nina ditengah diapit barisan Mama).

Ba’da Zhohor, acara dilanjutkan dengan Berkurban dengan menyembelih Kerbau (Sembeleh Kok) yang ukuran,umur dan bobot sudah menjadi ketentuan para leluhur (Kok Kembalik Pokon). Sementara di dalam Kampu, pada saat yang bersamaan, Nasi Aji (yang akan dibawa ke Mesjid Kuno) dan Payung Agung (nanti ditempatkan dipintu masuk Mesjid Kuno) juga dipersiapkan. Persiapan ini tidak sembarang orang yang mengerjakannya, harus berdasarkan Purusa (garis keturunan).

Setelah berkurban (Sembeleh Kok), dilanjutkan dengan Mbau Praja Mama dengan cara mengejar dan menangkap setiap laki-laki yang belum aqil baliq sebanyak tiga orang yang akan dijadikan putra Mahkota, untuk disandingkan dengan Praja Nina (yang sudah terpilih pada hari pertama saat menutu pare bulu) sebagai Praja Mulud (sepasang putra-putri mahkota).

Praja Mulud bertugas sebagai penjaga pintu Mesjid Kuno dengan membawa Payung Agung dan menjaganya dari sentuhan orang lain yang melewati pintu Mesjid Kuno. Jika Payung  Praja Mulud (Payung Agung) disentuh orang lain, maka diberi sanksi yaitu dipukul menggunakan Pemecut (Penjalin yang diberi tali) oleh Praja Mulud.

Menjelang sore hari pada hari terakhir dari ritual Maulid Adat di wet Sesait ini, kemudian dilanjutkan dengan Naikang Dulang Nasi Aji (dulang yang berkaki satu yang dikhususkan bagi Tau Lokak Empat; Pemusungan, Mangkubumi, Penghulu dan Jintaka).

”Waktu Naikang Nasi Aji ke Mesjid Kuno ini, diyakini yaitu pada waktu Gugur Kembang Waru ( waktu menjelang Magrib). Prosesi ritualpun berakhir dan ditutup dengan Do’a oleh Penghulu Adat,”jelas Asrin.(Eko).

Komunitas Adat wet Sesait Hanya di Pisahkan oleh Administrasi Pemerintahan(3)

SESAIT, -- Dalam pelaksanaan Maulid adat Wet Sesait Kecamatan Kayangan, ada empat desa yang merupakan satu kesatuan yang terlibat yaitu Desa Sesait, Pendua, Santong dan Kayangan. Masyarakat empat desa ini adalah satu, hanya seiring dengan perubahan waktu, dipisahkan secara administrative oleh lembaga yang disebut desa.

Sejak hari pertama dimulainya Maulid Adat wet Sesait ini, seluruh masyarakat yang tergabung dalam wet Sesait berkolaborasi membaur jadi satu dalam mempersiapkan segala sesuatu terkait pelaksanaan Maulid Adat. Tak terkecuali remaja gadis juga ikut ambil bagian dalam kegiatan yang digelar tahunan ini.

Hari pertama, dimulai sejak pagi hari prosesi awal dilakukan Menutu (menumbuk padi) bulu di Kampu oleh Praja Nina (Praja Mulud), kemudian terus berlanjut hingga malam hari yang diikuti oleh kaum hawa yang ada dirumah masing-masing.

Pare bulu (padi yang berbulu) terus ditumbuk menggunakan wadah sederhana yang oleh masyarakat Sesait disebut Lesong (lesung) dengan penumbuk kayu.
Beras inilah yang nantinya akan dibawa oleh Praja Mulud pada proses Bisoq Menik (cuci beras) ke sebuah sumur yang sebut Lokok Kremean, yang secara turun-temurun digunakan.
Hari Kedua dilakukan Merembun, yang dilakukan oleh ribuan masyarakat yang tergabung dalam wet Sesait menggunakan pakaian tradisional, dengan membawa  hasil bumi berupa beras, pisang, aneka kue,kelapa,kayu bakar dan lain secukupnya. Bahan-bahan ini kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam ruangan khusus kompleks Kampu.

“Kegiatan merembun ini mencerminkan semangat gotong royong, yang merupakan adat istiadat asli bangsa Indonesia. Merembun bisa juga diartikan berkumpulnya seluruh masyarakat komunitas Sesait, yaitu berkumpulnya di Kampu ini,”jelas Djekat.

Dalam prosesi Merembun ini, seluruh Komunitas yang masuk dalam wet Sesait datang untuk membawa bahan-bahan yang digunakan dalam prosesi Maulid adat. Mereka datang dari Desa Pendua, Santong, dan Desa Kayangan. Keempat desa ini dulunya satu desa, tetapi seiring dengan perubahan waktu, desa-desa tersebut saat ini hanya dipisahkan oleh administrasi Pemerintahannya saja.(Eko).

Semetian Meriahkan Maulid Adat Wet Sesait (2)

SESAIT, -- Wet Sesait meliputi empat desa yang ada wilayah Kecamatan Kayangan yaitu Desa Kayangan, Desa Pendua, Desa Santong (Khusus Dusun Santong Asli) dan Desa Sesait sendiri. Pada tahun ini menggelar acara ritual Maulid Adat yang dihadiri ribuan orang dari berbagai penjuru Lombok Utara.

Maulid Adat di wet Sesait memang berbeda dengan Maulid Adat di daerah lainnya di Lombok Utara.Wet Sesait menggelar Maulid adat agak maju beberapa hari dibandingkan dengan daerah lain. Perbedaan ini menurut perhitungan Tau Lokak Empat adalah berdasarkan perhitungan Jango Bangar.

“Kami memiliki penanggalannya berdasarkan perhitungan Jango Bangar, bahkan untuk Maulid adat pada tahun-tahun berikutnya sudah bisa ditentukan hari dan tanggalnya mulai sekarang,”ungkap Djekat salah seorang tokoh adat tertua di wet Sesait.

Di masa mendatang, Wakil Bupati KLU yang hadir memberikan sambutan pada acara Maulid Adat di Sesait ini mengatakan bahwa, kegiatan Maulid Adat seperti yang digelar di Sesait ini, bisa menanamkan rasa tanggung jawab untuk mempertahankan tradisi. Namun jangan sampai semangat pelaksanaan kegiatan adat itu dilupakan.Maulid Adat merupakan salah satu bentuk penghormatan masyarakat terhadap Nabi Muhammad Saw.  

Harapan yang sama juga disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan  Pariwisata Propinsi NTB L.Gita Ariadi, ketika membuka secara resmi kegiatan Semetian atau yang lebih populer disebut Perisean.
Gita mengatakan bahwa kegiatan Semetian dalam rangkaian Maulid Adat seperti di Sesait ini perlu dilestarikan.Karena ritual seperti  ini adalah warisan para leluhur dan masih memberikan manfaat positif pada masyarakat.

Gita juga mengharapkan kedepannya kegiatan Maulid Adat bisa ditata dengan lebih bagus lagi. Dalam artian, keunikan Maulid Adat itu bisa menjadi daya tarik pariwisata. Agar kegiatan sakral itu tidak terganggu, perlu dipikirkan acara seremonial yang bisa diikuti oleh wisatawan yang pada ujungnya akan memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat Sesait.

“Kalau Gong Dua ini sacral, mungkin perlu ada gong lainnya yang disiapkan sewaktu-waktu untuk menyambut tamu,”kata Gita. (Eko).

Pansus DPRD KLU Gagal Sosialisasi RTRW di Kayangan

Kayangan, Lombok Utara - Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) untuk Kabupaten Lombok Utara, yang sedianya dilakukan Pansus DPRD KLU, gagal dilaksanakan di Kayangan.

Pasalnya, Pansus DPRD KLU yang menangani RTRW selaku pengundang pada saat bersamaan sedang berada di Jakarta, terkait masalah kasus CPNS. Sementara sebagian besar tamu undangan yang hadir merasa kecewa.

“Kita kecewa dengan sikap Pansus DPRD KLU selaku pengundang, tetapi malah yang mengundang tidak datang. Inikan namanya pelecehan terhadap tufoksi mereka di dewan,”sebut salah seorang tokoh di Kayangan yang tidak mau disebut namanya.

Menurut keterangan sumber yang dapat dipercaya di Sekretariat DPRD KLU ketika dikonfirmasi masalah tersebut, memgatakan bahwa, ketidak hadiran Pansus di Kayangan adalah disebabkan karena pada waktu yang bersamaan, Pansus yang tergabung dalam Pansus RTRW , juga tergabung dalam Pansus CPNS. Jadi karena anggota Pansus RTRW sebgagian besar adalah anggota Pansus CPNS, sehingga harus ke Jakarta terkait kasus perekrutan CPNS beberapa waktu lalu , maka kehadirannya di Kayangan ditunda sampai ada jadual yang sudah ditentukan dari pihak DPRD.

“Yang jelas jadual ke Kayangan sudah pasti diisi, hanya menunggu waktunya saja. Disamping itu, karena sebagian besar anggota Pansus RTRW ini sedang berada di Jakarta,”ungkap sumber tadi.

Sementara anggota Pansus CPNS Sudirsah, ketika dikonfirmasi via telepon celulernya saat masih berada di Jakarta mengatakan, saat ini pihaknya belum dapat memberikan informasi.

Hanya saja Sudirsah mengaku keberadaan mereka di Jakarta (UI) adalah membawa misi yaitu meminta klarifikasi yang lebih dalam terkait temuan dugaan penyimpangan beberapa mekanisme dan procedural dalam rekruetmen CPNS beberapa waktu lalu.

“Kunjungan kami ke Jakarta ini adalah menindak lanjuti hasil hearing antara Pansus dan Panitia Penerimaan CPNS beberapa waktu lalu,”jelas Sudirsah.

Dalam hearing dengan panitia penerimaan PNS pekan lalu,Pansus meminta hasil perengkingan dari UI dan rekomendasi dari Bupati untuk dapat membuka data/file yang ada di UI.

 Walau Pansus DPRD KLU gagal datang, namun acara tersebut dilanjutkan dengan beberapa agenda terkait pesan Bupati dalam rapat Koordinasi dengan seluruh pimpinan SKPD yang dipimpin langsung Bupati KLU Djohan Sjamsu beberapa waktu lalu.

Camat Kayangan Tresnahadi mengharapkan kepada seluruh pimpinan SKPD tingkat Kecamatan Kayangan, para Kepala Desa,Kepala dusun,BPD, LPM dan pimpinan lembaga lainnya, agar jika ada masalah ditingkat bawah supaya diselesaikan ditingkat bawah.

“Jika ada masalah ditingkat bawah, agar sebisa mungkin, selesaikan dulu ditingkat bawah, jangan langsung dibawa ketingkat atas,”tegas Tresnahadi.

‘Ini maksudnya adalah Bupati ingin memaksimalkan tufoksi dan peran aparat ditingkat bawah. Sering-seringlah koordinasi dengan pihak Kecamatan,”harapnya.

Terkait dengan beberapa tugas-tugas desa yang belum rampung, Tresnahadi meminta  agar segera diselesaikan. Sebab aturan pengajuan proposal ADD pada tahun ini adalah lain dengan aturan tahun sebelumnya. Dimana pada tahun ini, desa mana saja yang sudah selesai duluan membuat laporan (SPJ) serta membuat proposal pengajuan SPP, maka desa itulah yang cair dana ADD-nya  lebih awal.(Eko).

Rangkaian Ritual Prosesi Maulid Adat Ala Gumantar (1)

GUMANTAR KLU –“Prosesi ritual Maulid Adat Gumantar tahun  ini berlangsung selama dua hari dua malam, dimulai dari Merembun (mengumpulkan) segala hasil bumi (beras,dll) di Bale Beleq (rumah adat). Dalam acara merembun ini dilakukan oleh kaum hawa dengan menggunakan wadah Praras (bakul kecil) dan berpakaian adat,”jelas Rinansah.

Kegiatan berikutnya,lanjut Rinansah adalah Bisok (cuci) Gong Adat sebelum diturunkan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan agenda Bisok Menik (Cuci Beras) yang dilakukan oleh kaum hawa di Lokok Bikuk sekitar 200 meter sebelah barat Dusun Gumantar.

Dalam acara bisok menik ini, menurut Rinansah, tidak berdasarkan Purusa.”Siapa saja boleh melakukannya,”katanya.

Sementara menunggu segala sesuatunya siap, di alun-alun Mesjid Kuno Gumantar masih tetap berlangsung tarian yang menurut bahasa Gumantar disebutnya Migel. Bersamaan dengan itu, di bale beleq, praja mulud juga sedang dipersiapkan.

Kemudian acara selanjutnya menurut Rinansah adalah Tau Lokak sudah siap diberugak bersama sama dengan Pengancang dan berpakaian adat.

“Kalau sudah Tau Lokak sudah siap di Berugak bersama dengan Pengancang, ini berarti prosesi ritual Maulid Adat, akan segera digelar,”terang Rinansah.

Acara dilanjutkan dengan iring-iringan sepasang Praja Mulud menuju Mesjid Kuno, dengan 10 orang laki-laki membawa ancak (dulang terbuat dari bambu) dan 20 pasang wanita mengiring paling depan dengan menggunakan pakaian adat.

“10 laki-laki pembawa ancak ini, langsung naik ke Mesjid Kuno bersama dengan Praja Mulud, sedangkan 20 wanita sebagai  pengiring tadi, hanya sampai diluar Mesjid,”kata Rinansah.

‘Puncak akhir dari prosesi ritual Maulid adat Gumantar ini, sama dengan seperti di Bayan, yaitu puncaknya  dengan naiknya Praja Mulud ke Mesjid Kuno. Sedangkan kalau di Sesait, puncak Maulid adatnya dengan di naikkannya Nasi Aji di Mesjid Kuno.(Eko

Kegiatan Pra Maulid Adat Ala Gumantar

GUMANTAR KLU – Prosesi  ritual Maulid Adat Ala Gumantar terus dipertahankan hingga kini. Keberadaan komunitas Gumantar dalam pelaksanaan Maulid Adat masih menganut system tradisi secara turun temurun.

Untuk menyongsong pelaksanaan ritual Maulid Adat Gumantar, satu minggu sebelumnya sudah dilakukan berbagai persiapan. Seperti Meleah Bale Gubuq (membersihkan kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid Kuno dan gotong royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual Maulid Adat.

Menurut A.Sukari, salah seorang  tokoh adat Gumantar mengatakan bahwa, kegiatan pendahuluan meleah ini adalah merupakan Saur Sanga (Nasar) sebagai wujud syukur kepada Allah Swt, karena setiap tahun  dapat bertemu lagi dengan bulan Maulid. Sehingga masyarakat komunitas Gumantar dapat melaksanakan ritual adat seperti yang dicontohkan oleh para leluhur.

“Ini adalah tradisi para leluhur, dimana kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan ritual Maulid adat disini (wet Gumantar…red) adalah meleah atau Saur Sanga,”terang A.Sukari, yang dibenarkan juga oleh A.Rupidi temannya.

Sementara itu, tokoh adat Gumantar yang lain, seperti Rinansah menjelaskan kepada penulis tentang rangkaian prosesi ritual Maulid Adat Gumantar, sejak awal persiapan hingga berakhirnya ritual tersebut.(Eko).

Perlu Perhatian Pemerintah Mengatasi Kekurangan Fasilitas

KAYANGAN, - SDN 3 Kayangan dalam upayanya menambah kekurangan kelas baru, masih belum bisa direalisasikan.

SDN yang terletak di dusun Empak Mayong ini, masih mengalami kekurangan ruang belajar sebanyak dua local. kekurangan lokal ini, sudah seringkali diusulkan kepada Pemerintah, baik ketika masih bergabung dengan Lombok Barat maupun KLU saat ini.

“Kita hanya dijanjikan saja. Bahkan sudah ada yang datang melihat sekolah ini dari Pemerintah,tetapi sampai saat ini tidak ada kabarnya.Perasaan kita menjadi sedih sekali melihat kenyataan ini,”ungkap Syafrudin, Kepala SDN 3 Kayangan ini dengan lirih.

Keterbatasan fasilitas ini menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan. Perlu ada upaya dari Pemerintah untuk mengatasi kekurangan fasilitas yang dialami banyak sekolah yang ada di KLU, termasuk juga di SDN 3 Kayangan ini.

Pada tahun 2011 ini, jumlah siswa yang ada di SDN 3 Kayangan sebanyak 215 orang siswa. Untuk mensiasati kekurangan ruang belajar ini, pihak sekolah berupaya mengatur jam masuknya. Ada yang masuk pagi dan ada yang masuk siang. Tak jarang juga siswa belajar diteras sekolah, seperti banyak terjadi di beberapa sekolah di KLU ini.(Eko).

Banjir Landa Ruang Kelas dan Mess Guru

KAYANGAN,-- Tiga ruang Kelas dan rumah dinas guru (mess) SMA Negeri 1 Kayangan terendam banjir akibat hujan deras disertai petir menyambar beberapa waktu lalu.

Drainase yang melintas disepanjang jalan di depan Kantor Camat Kayangan hingga ke simpang tiga Bawak Bagek, tidak mampu membendung derasnya banjir akibat air hujan yang turun terus menerus belakangan ini. Hal ini juga berakibat terendamnya sekolah dan beberapa rumah dinas  guru yang lokasinya lebih rendah dari drainase tersebut.

“Kami sudah mengantisipasinya, namun volume air yang bersumber dari Montong Cempogok ini diluar kemampuan kami, sehingga air yang membludak ini tidak bisa kami tahan,”ungkap Rasmah, salah seorang penjaga tanaman di sekitar lapangan umum Kayangan ini.

Akibat luapan banjir ini, yang paling parah menggenangi rumah dinas guru yang ditempati Miharto, salah seorang pegawai SMA Negeri 1 Kayangan. Air yang melanda mess guru ini, diakui Miharto sampai menggenangi ruang tidur anaknya. Demikian juga sepeda motor milik Hasanul, salah seorang guru di sekolah tersebut, nyaris tenggelam.

Menurut Miharto (30), hujan cukup deras mengguyur kawasan ini selasa sore (23/02) lalu. “Ada tiga kelas yang terendam banjir sehingga dikhawatirkan aktivitas belajar mengajar akan terganggu,”katanya.

Menurut pantauan penulis, bahwa drainase yang ada disepanjang jalur depan Kantor Camat Kayangan hingga simpang tiga Bawak Bagek ini, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, disebabkan pendangkalan yang sudah terjadi bertahun-tahun. Sehingga saluran tersebut hamper rata dengan badan jalan raya.Tidak hanya pendangkalan akibat pasir dan krikil saja, namun juga ditumbuhi rerumputan yang lebat.

Selain merendam ruang kelas dan mess guru, banjir juga sempat membuat panic warga Dusun Karang Lande dan Bawak Bagek. Namun air tidak sempat masuk ke rumah warga.(Eko).

Musrenbang sebagai Peluang Masyarakat Mengambil Keputusan

KAYANGAN, -- Kegiatan Musrenbang tingkat Kecamatan Kayangan digelar pada urutan yang terakhir dari lima Kecamatan yang ada di KLU.

Kegiatan Musrenbang yang digelar di aula Kantor Camat Kayangan Rabu (23/02) lalu, dihadiri oleh semua Kepala Desa, Ketua BPD,TPKD, KPMD, para Pimpinan SKPD, para utusan kader desa dan dari PNPM. Dari Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, hadir Kasubid Kesejahteraan Sosial Bappeda Joko Mardianto dan Kasubid Pemerintahan Desa.

Camat Kayangan Tresnahadi mengatakan, musrenbang ini sebagai peluang bagi masyarakat dalam turut serta mengambil keputusan pembangunan, termasuk didalamnya aspek perencanaan.

“Musrenbang tidak hanya menjadi wadah bagi penyusunan rencana kegiatan yang akan dilakukan, tetapi juga sebagai saluran resmi yang dipersiapkan untuk mengkanalisasi aspirasi masyarakat dalam rangka memperoleh akses yang memadai dalam kebijakan penganggaran pembangunan,”ungkap Tresnahadi.

Oleh karenanya mutu proses dan mutu hasil musrenbang ini, akan sangat menentukan efektifitas penyaluran aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Sementara itu Kasubid Kesejateraan Sosial Bappeda KLU Joko Mardianto mengatakan, bahwa Musrenbang Kecamatan mempunyai tujuan terwujudnya sinkronisasi dan keselarasan antar berbagai usulan kegiatan yang dihasilkan melalui Musrenbangdes.

Joko Mardianto juga berharap bahwa dengan Musrenbang ini, maka akan terwujud terbangunnya kesepakatan dari beberapa stakeholder se Kecamatan, tentang segala prioritas kegiatan yang dilaksanakan selama satu tahun.

Untuk program dari PNPM-MP, PNPM P2SPP dan sebagainya akan dilakukan dengan rangking atau prioritas untuk memperoleh pendanaannya. Dari Musrenbang ini menurut Joko Mardianto, diharapkan diperoleh rumusan rencana kerja pembangunan (RKP) kecamatan, adanya daftar usulan rencana kerja pembangunan (DURKP) dan adanya delegasi kecamatan yang akan berpartisipasi dalam Musrenbang tingkat Kabupaten.(Eko).

Pansus Kembali Panggil Panitia CPNS


TANJUNG, -- Panitia Khusus (Pansus) CPNS DPRD KLU, berencana kembali memanggil panitia seleksi CPNS 2010.

Pemanggilan kedua ini dilakukan, terkait temuan terbaru pansus setelah mengunjungi Universitas Indonesia (UI) dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan BR). Diantaranya menyangkut kosongnya beberapa formasi kesehatan yang diterima pada saat proses scaning.

  Wakil Ketua Pansus CPNS Sudirsah mengatakan, pansus saat ini masih tetap mengusahakan sedapat mungkin, mengumpulkan data-data akurat terkait berbagai pelanggaran yang terjadi, dalam proses perekrutan CPNS beberapa waktu lalu.

“Kita akan panggil kembali panitia pelaksana dalam waktu dekat ini. Karena saat kunjungan ke Jakarta untuk kedua kalinya minggu lalu, kami menemukan beberapa hal yang mesti kami dalami secara intens,”ungkap Sudirsah.

Lebih lanjut Sudirsah menjelaskan, UI telah menyerahkan secara serentak hasil tes atau hasil perangkingan tersebut kepada Pemerintah KLU. Seharusnya di umumkan tepat pada tanggal 19 Desember 2010 itu, namun karena adanya formasi yang kosong di dalam surat yang dikirimkan UI tersebut, akhirnya pengumumannya ditunda.

Tanggal 19 Desember 2010 lalu, pihak Ui telah menyerahkan dua amplop berisi hasil perangkingan tes kepada Pemerintah Daerah KLU. Namun pada saat surat tersebut dibuka, ternyata di dalam salah satu amplop tidak tercantum formasi kebidanan. Keesokan harinya, tepatnya tanggal 20 Desember 2010, panitia kembali ke Jakarta menemui pihak UI. Pada saat amplop yang satunya lagi dibuka di UI, ternyata formasi kebidanan itu ada.

“Kenapa amplop yang satunya lagi tidak dibuka di KLU, kenapa harus jauh-jauh datang ke UI ?,” tanyanya.

Pansus juga mengaku, saat ini tengah mendesak unsure pimpinan DPRD KLU untuk segera bersurat ke Badan Kepegawaian Nasional (BKN) yang ada di Bali, agar tidak mengeluarkan SK untuk CPNS yang lulus.

“Rencananya pansus akan memberikan rekomendasi kepada eksekutif agar hasil kelulusan CPNS tahun 2010 lalu, bisa dibatalkan dan meminta agar rekruetman CPNS di KLU di ulang kembali,”katanya lagi.

Sementara itu, kalangan mahasiswa meminta pansus bekerja sungguh-sungguh dalam menyelesaikan kasus ini.

“Dalam kasus ini, kredibilitas  pansus juga harus benar-benar dipercaya, karena ini menyangkut rasa keadilan masyarakat KLU,”ungkap Andi salah seorang mahasiswa.

Sebelumnya, panitia CPNS sudah berkali-kali menegaskan, proses rekruetman CPNS 2010 lalu sudah dilakukan sesuai procedural dan mekanisme yang ada. Panitia sudah bekerja maksimal. Namun begitu, panitia CPNS juga siap bekerja sama dengan Pansus. (dnu).

Pembangunan Sanitasi Lingkungan 80 % Rampung

SESAIT,Lombok Utara - Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat, yang sudah dimulai akhir tahun 2010  lalu, kini mendekati 80% rampung.
Pembangunan sanitasi berukuran 12 x 8 meter, yang berlokasi di Dusun Tukak Bendu Desa Sesait Kecamatan Kayangan ini, menelan biaya sebesar 300 juta rupiah, ditambah dana swadaya murni masyarakat sebesar 6 juta rupiah.

Ketua Panitia Pembangunan Ahmad Sugianto mengatakan, dengan dana sebesar itu, bisa membangun lima  lokal pengembangan, yang  rencana semula hanya  tiga local. Diakui Sugianto, bahwa pembangunan sanitasi lingkungan berbasis masyarakat ini bisa dilaksanakan berkat dukungan dan kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat Tukak Bendu.

“Ini tentunya tidak akan berhasil, tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat dan pemerintah setempat,”katanya.

Dikatakannya juga, yang mengerjakan bangunan yang 80% hampir rampung ini, adalah pekerja local. Hal ini dimaksudkan agar mudah pengontrolannya. Disamping itu untuk memberdayakan masyarakat setempat.

Sementara itu, menurut Masdin salah seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan, nantinya kalau bangunan ini sudah difungsikan, maka disamping digunakan sebagai tempat pembuangan limbah manusia, juga  bisa dimanfaatkan sebagai kantor dusun.

“Bangunan ini bisa fungsi ganda, artinya bisa  digunakan sebagai tempat pembuangan limbah manusia (WC) dan bisa digunakan sebagai kantor dusun,”terang Masdin.

Setelah berfungsi, nantinya akan dijaga oleh seorang petugas yang ditunjuk (Satpam) dengan diberi penghasilan yang cukup dari swadaya masyarakat, berupa iuran tiap bulannya sebesar tiga ribu rupiah per Kepala Keluarga.

Menurut Sekretaris KSM Pada Nawang Misyadin,S.Pd bahwa, pembangunan  ini dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat Pada Nawang Tukak Bendu, yang dibentuk oleh warga masyarakat dengan di dampingi oleh Fasilitator.

Tanah yang digunakan untuk pembangunan ini merupakan tanah dusun seluas 216 m2, dengan kontribusi masyarakat yang tinggi diharapkan KSM dapat melakukan kegiatan pengembangan. Pengembangan yang diharapkan adalah membangun Kantor Dusun tanpa mengurangi mutu dan volume MCK.

Di tambahkannya, bahwa untuk kesinambungan dan perawatan pasca konstruksi, masyarakat mengangkat tenaga operator yang di upah dengan menggunakan dana iuran pengguna sebesar Rp.3.000,- (Tiga Ribu Rupiah) per bulan per KK.Adapun jumlah pengguna adalah 195 KK/695 jiwa.(Eko).



Selasa, 22 Februari 2011

Kegiatan Pra Maulid Adat Ala Gumantar

GUMANTAR KLU – Prosesi  ritual Maulid Adat Ala Gumantar terus dipertahankan hingga kini. Keberadaan komunitas Gumantar dalam pelaksanaan Maulid Adat masih menganut system tradisi secara turun temurun.

Untuk menyongsong pelaksanaan ritual Maulid Adat Gumantar, satu minggu sebelumnya sudah dilakukan berbagai persiapan. Seperti Meleah Bale Gubuq (membersihkan kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid Kuno dan gotong royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual Maulid Adat.

Menurut A.Sukari, salah seorang  tokoh adat Gumantar mengatakan bahwa, kegiatan pendahuluan meleah ini adalah merupakan Saur Sanga (Nasar) sebagai wujud syukur kepada Allah Swt, karena setiap tahun  dapat bertemu lagi dengan bulan Maulid. Sehingga masyarakat komunitas Gumantar dapat melaksanakan ritual adat seperti yang dicontohkan oleh para leluhur.

“Ini adalah tradisi para leluhur, dimana kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan ritual Maulid adat disini (wet Gumantar…red) adalah meleah atau Saur Sanga,”terang A.Sukari, yang dibenarkan juga oleh A.Rupidi temannya.

Sementara itu, tokoh adat Gumantar yang lain, seperti Rinansah menjelaskan kepada penulis tentang rangkaian prosesi ritual Maulid Adat Gumantar, sejak awal persiapan hingga berakhirnya ritual tersebut.(Eko).

Minggu, 20 Februari 2011

Ritual Penyembelehan Koq (kerbau) Yang Kembalik Pokon

SESAIT KLU – Sudah menjadi tradisi ketentuan para leluhur bahwa, ritual bisok menik dalam rangkaian prosesi Maulid Adat Sesait, harus ke Lokok Kremean, yang lokasinya sekitar satu km kearah barat daya Mesjid Kuno.

Usai bisok menik ini, rangkaian selanjutnya setelah bakda zhohor adalah sembeleh Koq (kerbau) kembalik pokon, yang ukuran,umur dan bobot sudah menjadi ketentuan para leluhur.

Menurut A.Rahini (55) salah seorang tokoh adat Sesait bahwa, seluruh rangkaian pekerjaan ritual adat di wet Sesait ini adalah berdasarkan perhitungan kalender Jango Bangar.

“Pelaksanaan ritual adat di wet Sesait seluruhnya berdasarkan perhitungan kalender Jango Bangar. Termasuk juga acara ritual penyembelehan Koq didepan pintu Mesjid Kuno Sesait ini,”jelas A.Rahini.

Namun diakui A.Rahini bahwa sebelum acara penyembelehan Koq dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan penyembelehan tiga ekor ayam yang putek mulus,bulu telu (tiga) dan bing kuning, ditempat dimana nantinya pemyembelehan Koq dilaksanakan.

“Warna bulu ayam putek mulus (symbol kesucian) melambangkan Penghulu, warna bulu telu (biru, symbol kesuburan) melambangkan Mangkubumi, dan warna bing kunig (merah-kuning, symbol keberanian dan kemakmuran) melambangkan Pemusungan dan Jintaka,”beber A.Rahini lugas.
Ketika ditanya,  mengapa ayam yang tiga warna tadi disembeleh duluan, A.Rahini yang juga anak mantan dari Mangkubumi terdahulu ini, mengatakan dengan senyum bahwa, pada saat itu ada Manik – Mulud (Firman Allah Swt) segala sesuatu mulai ada.

Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana Maulid adat wet Sesait Asrin, mengatakan bahwa yang mengerjakan ritual persiapan  penyembelehan Koq ini adalah Purusa A.Dalik-A.Kayam Bat Pawang.

“Yang melakukan melekok koq (ikat kerbau) sebelum disembeleh dari Purusa A.Dalik-A.Kayam Bat Pawang. Jadi tidak sembarang yang melakukannya,”jelas Asrin yang dikenal dalam komunitas Sesait ini dipanggil Upik.

Sedangkan yang akan melakukan penyembelehan adalah dari Tau Lokak Empat, bisa Mangkubumi, Pemusungan,Penghulu dan Jintaka.Tergantung kesepakatan mereka, siapa yang akan melakukan penyembelehan.(Eko).

Sabtu, 19 Februari 2011

Puncak Maulid Adat Sesait, Dulang Nasi Aji di Naikkan

SESAIT KLU – Ritual prosesi Maulid Adat wet Sesait, pada puncaknya yang terakhir (hari keempat) dengan menaikkan Nasi Aji ke Mesjid Kuno.

Nasi Aji yang dinaikkan ini berjumlah tiga buah dulang  yang berkaki satu,  yang bentuk dulangnya seperti Waruga pada jaman batu besar.

Disebut Nasi Aji, karena cara penyajian segala isinya dengan cara berdiri dan dibungkus / dibalut dengan kain putih.

“Pada intinya, ini adalah sebuah simbol bahwa, apapun isinya tidak ada yang mengetahui, karena dibungkus dengan kain putih,”kata Lakiep dari Marga Sanggia pada suatu kesempatan.

Mengapa jumlahnya harus tiga dulang? Lakiep menjelaskan,” karena itu ada hubungannya dengan Menjango, Membangar dan Bukak Tanak,”jelasnya.

Dulang Nasi Aji  berisikan segala jenis makanan yang sebelumnya sudah disajikan oleh Praja Mulud di dalam Kampu. Isinya terdiri dari nasi, lauk-pauk (tanpa garam), pisang, jaja pangan, jaja tutu dan lain secukupnya. Semua penganan ini disajikan / diatur dengan cara berdiri. Masing-masing dulang dibungkus dengan menggunakan kain putih (melambangkan kesucian).

Menurut salah seorang tokoh adat Sesait A.Rahini (55) bahwa, Nasi Aji yang  berjumlah tiga dulang ini, diperuntukkan bagi Tau Lokak Empat. Sedangkan dulang selebihnya itu adalah sebagai pengiring dulang Nasi Aji, dan diperuntukkan bagi siapa saja yang ada di dalam Mesjid Kuno.

“Khusus dulang Nasi Aji yang tiga buah ini, sudah ada peruntukannya. Satu dulang untuk pasangan Pemusungan dan Penghulu, satu dulang untuk pasangan Mangkubumi dan Jintaka, dan satu dulang yang lainnya diperuntukkan bagi tamu undangan yang lain, yang setingkat dengan jabatan Tau Lokak Empat,”terang A.Rahini.

Tetapi yang unik disini, lanjutnya, bahwa Mangkubumi itu tidak makan. Sebagai penggantinya dicarilah orang yang sederajat dengannya, untuk menyantap Nasi Aji bersama dengan Jintaka

Ada lagi sebutan yang unik dalam Tau Lokak Empat. Misalnya, Penghulu, tidak disebutkan Penghulu saja, tetapi ditambah sebutan nama didepannya dengan sebutan Mas Penghulu. Sedangkan yang lain, seperti Pemusungan, Mangkubumi dan Jintaka, sebutannya tetap tidak berubah.

“Yang lain, tetap sebutannya, hanya Penghulu saja yang disebut Mas Penghulu,”jelas A.Rahini.

Ketika ditanya mengapa demikian, A.rahini menjawab dengan senyum, “Karena itu identik dengan Penggentik (Pengganti),”katanya.(Eko).

Kamis, 17 Februari 2011

Ritual Bisok Menik ke Lokok Kremean, di Guyur Hujan


SESAIT KLU- Rangkaian lanjutan prosesi Maulid Adat pada hari yang ke empat (Kamis 17/02/2011) di wet Sesait, kembali dilaksanakan dengan agenda Bisok Beras (bisok Menik), sekitar satu km ke arah barat daya Mesjid Kuno Sesait.

Nampak rombongan iring-iringan para pemuda-pemudi dari berbagai dusun di wilayah wet Sesait, berjalan menuju pusat lokasi digelarnya ritual bisok beras (bisok menik) di Lokok Kremean, yang merupakan  prosesi awal sebelum beras dimasak dalam Kampu, yang terletak di dalam perkampungan Sesait.
Walau Sesait diguyur hujan sejak pagi harinya, namun peserta bisok beras yang terdiri dari kaum hawa baik yang masih gadis, sudah berkeluarga  maupun yang sudah monopaus, tidak menyurutkan semangat mereka untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan sacral ritual tahunan ini. Semangat mereka semakin bertambah manakala diiringi oleh dua barungan (grup) gong dua yang ikut mengiringi dari belakang.

“Wah, semangat betul kita ini, walau kita tidak pakai alas kaki, kita tetap semangat ikut ambil bagian untuk dapat bisok beras,”kata Turni, salah seorang  peserta bisok beras dari Sumur Pande, yang dibenarkan juga oleh temannya Rusmiati dari Rebakong.

Ketua Panitia Pelaksana Asrin, mengatakan bahwa, kegiatan ritual bisok beras ke Lokok Kremean tahun ini diikuti oleh sekitar 230 orang peserta. Kegiatan ini, menurut Asrin sempat tertunda dari jadual semula, karena disebabkan kondisi cuaca yang tidak bersahabat.

“Dari pagi hari sampai di gelarnya ritual ini, hujan terus turun, sehingga jadual yang kita rencanakan mulai jam 07,00 molor menjadi jam 09,15. Ini bukan kesalahan kami panitia, tapi inilah kehendak Yang Kuasa,”jelas Asrin.

Diakui Asrin, walau hujan terus mengguyur Sesait, namun prosesi ritual bisok beras jalan terus dan semangat peserta juga antusias. “Mungkin ini karena pesertanya banyak, sehingga mereka juga semangat, lebih-lebih banyak peserta dari kalangan muda-mudi,”katanya menambahkan.

Sementara itu, dari kalangan generasi muda asal sumur Pande Demung Waji, mengatakan sangat terharu melihat rekan-rekan sebayanya penuh semangat ikut kegiatan sacral yang tiap tahun diselenggarakan wet Sesait ini. Sehingga, tidak terasa katanya air matanya jatuh dan tidak bisa ngomong apa-apa.

“Ini patut kita berikan apresiasi kepada generasi muda khususnya di wet Sesait. Karena kita lihat sekarang ini, para pemuda wet Sesait sudah mulai menampakkan jati dirinya. Buktinya, yang nampak menonjol dari kegiatan Maulid Adat ini adalah dari generasi mudanya, dari sejak perencanaan, penggalangan dana, pencarian situs sejarah, pelaksanaan ritual, sampai dengan berakhirnya rangkaian prosesi Maulid Adat ini, semuanya dari kalangan generasi muda yang ada di wet Sesait,” beber Demung Waji.(Eko).

Dilema Bagi Pihak Penyelenggara Pendidikan Di KLU


TANJUNG- Surat edaran yang dikeluarkan Gubernur NTB No.420/680/Dokpora, tanggal 23/8 2010 yang diteruskan ke setiap kabupaten/kota tentang larangan dilakukannya pungutan dalam bentuk apapun kepada siswa sekolah kecuali yang tidak melanggar perundanga-undangan, membuat kalangan penyelenggara pendidikan di KLU dilema dan kebingunan.
Pasalnya, disatu sisi, pihak sekolah dilarang untuk melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada peserta didiknya, namun disatu sisi siswa dibebankan mengeluarkan sejumlah dana setiap minggu untuk membantu pembangunan Islamic Center Mataram yang juga melalui surat edaran Gubernur No. 900/26,a/ Dikpora.
Tak ayal kebijakan baru pemerintah daerah ini cukup membuat bingung kalangan pendidikan di KLU, terutama dalam menyikapi reaksi orang tua murid yang keberatan jika setelah dikeluarkannya surat edaran terebu, namun masih juga dilakukan pungutan yang di bebankan kepada siswa.
Kepala sekolah SMA 1 Tanjung, Sinar Nuriadi. SPd, mengatakan cukup kebingungan dengan kebijakan penggalangan dana Islamic center kepada murid tersebut. Padahal sudah ada kebijakan untuk tidak melakukan pungutan kepada siswa melalui surat edaran gubernur yang diteruskan bupati yang sudah ada.
“Para murid sejauh ini merasa terbantu dengan pemberlakukan suarat edaran larangan pungutan disekolah, dan ketika muncul surat edaran penggalangan dana Islamic center, kami kesulitan karena wali murid mempertanyakan konsistensi pihak sekolah yang telah menyatakan tidak akan menarik dana diluar aturan,” ungkapnya kepada Radar Lombok senin (14/2) kemarin.
Lebih lanut dikataknnya, Menurut para wali murid, Meski penggalangan dana Islamic center bernilai ibadah, namun cukup memberatkan ditengah bermacam-macam bentuk biaya sekolah yang harus dipenuhi.
Sementara itu, salah seorang wali murid SMA 1 Tanjung yang berhasil ditemui Koran ini mengatakan, dirinya sudah cukup kewalahan dengan besaran biaya sekolah anaknya selama ini. Menurut lelaki yang bekerja sebagai buruh tani ini, biaya sekolah yang dibebankan saat ini sudah cukup berat, belum lagi biaya untuk kebutuhan lain anaknya sehari-hari.
“Mana program sekolah gratis yang selalu digaungkan pemerintah pada setiap kampanye dulu. Jika belum mampu membangun Islamic center, seharusnya jangan dipaksakan. Apalagi kemudian dibebankan kepada siswa sekolah,” ungkap lelaki yang tidak mau dikorankan itu. (dnu)

Menyoal Kebiasaan Wakil Rakyat KLU Bikin Pansus Dan Jalan-Jalan Kelaur Daerah


TANJUNG- Ironis memang dengan realita kenerja para pejabat legislatif yang sedang terjadi di KLU saat ini, belum saja menunjukkan kinerja yang bisa dibanggakan, para dewan terhormat ini terlalu banyak meminta hak mereka, slah satunya dengan memaksakan pengadaan sejumlah pasilitas sebagai pendukung peningkatan kinerja. Dan tidak hanya itu, para anggota DPR ini kini gemar jalan-jalan kelaur daerah tentu dengan uang rakyat.
Saat ini Ada hal baru yang harus diketahui banyak mayarakat, bahwa anggota DPRD KLU memilki kegemaran baru, yakni gemar membentuk pansus dan jalan-jalan keluar daerah dengan alasan keperluan pendalaman atas kasus yang dihadapi masing-masing pansus.
Contoh paling sederhana, ketika rombongan pansus CPNSD dan pansus perubahan logo daerah, yang silih berganti pergi ke luar daerah, namun anehnya hingga detik ini tidak ada hasil nyata dari kenerja dua pansus tersebut. Dan saat ini masih ada dua pansus yang siap beragkat jalan-jalan keluar daerah, yakni pansus RTRW dan terawangan yang juga hingga kini belum melakukan action.
Salah satu anggota dewan yang sekaligus ketua komisis III DPRD KLU, Husnain mengatakan, apa yang dilakukan pansus saat melakukan kunjungan ke satu daerah ya untuk mendapatkan data tambahan sebagai bahan reperensi guna penyelesaian setiap kasus yang didalami, seperti CPNS.
“Itu bukan jalan-jalan, tapi untuk keperluan pendalaman permasalah yang kita hadapi, dan pencarian inpormasi yang nantinya bisa digunakan sebagai bahan pendukung,” ungkapnya kepada Radar Lombok.
Lebih lanjut dikatakannya, saat ini pansus belum bisa bekerja maksimal, karena keterbatasan jumlah anggota DPRD, dimana satu orang anggota dewan juga terlibat di hampir semua pansus yang berbeda. Tidak hanya itu, lambannya kerja pansus juga dikarenakan masih banyak agenda lain yang harus dielesaikan.
Dan ketika menyinggung tidak dilibatkannya wartawan dalam setiap kunjungan pansus keluar daerah, husnain menjawab, wartawan tidak harus ikut dalam setiap kunjungan.
Sementara, ketua NTB Parlemen Wacht (NPW) KLU, Bagiarti SH, kepada Koran ini mengatakan, kami tidak melihat hasil kongkrit dari kinerja ssemua pansus yang telah terbentuk selama ini, meski mereka (Pansus-red) telah menghabiskan uang daerah untuk melakukan kunjungan ke berbagai tempat, bahkan kami melihat pansus terkesan mandul.
“Kami ragu dengan kinerja empat pansus yang ada, tidak satupun panus yang hingga kini mampu memperlihatkan kinerjanya. Terutama pansus CPNS dan pansus terawangan,” ungkapnya kepada radar Lombok kemarin.
Lebih lanjut dikatakannya, terkait kunjungan pansus ke luar daerah, semestinya harus melibatkan media, karena dengan begitu semua temuan dapat dipublikasikan, dan tidak hanya mereka anggota pansus saja yang tahu.
“Kenapa wartawan tidak dilibatkan dalam setiap kunjungan investigasi, bagaimana masyarakat bisa tahu temuan apa yang didapat disana, bisa saja mereka katakan A, meski yang sebenarnya terjadi B, dan siapa yang bisa menjamin apa yang disampaikannya adalah benar?,” kaluhnya kecewa.
Hal senada juga di ungkapkan sejumlah warga KLU, mereka mengatakan, kita tidak tahu apa hasil dari kunjungan setiap pansus ke luar daerah yang katanya untuk mecari pakta dan data pendukung terkait persoalan yang dihadapi, seperti pansus CPNS dan Terawangan. Karena tidak melibatkan wartawan atau pihak yang bisa dipercaya dan independen.
“Ada indikasi bahwa pembentukan pansus guna menyelesaikan setiap masalah yang ada di daerah ini hanya untuk memenuhi keinginan dan tuntutan masyarakat, tanpa harus menindak lanjutinya labih lanjut, dan terbukti hingga detik ini belum ada satu pun yang mampu di selesaikan, terlebih terawangan dan CPNS,” jelasnya.
Bahkan berdasarkan berbagai inpormasi yang berhasil didapat Koran ini, menyebutkan adanya indikasi salah satu pansus yang pergi keluar daerah tidak pergi ketempat tujuan, dan justru jalan-jalan ke daerah lain. (dnu)

Bupati Bentuk Tim Penyelaras Kebijakan Daerah


TANJUNG- Guna menyelenggarakan pemerintahan yang aspiratif dan proporsional, pemerintah daerah Lombok Utara membentuk Tim Forum Diskusi Penyelaras Kebijakan Pemerintah Daerah pada hari senin (14/2) kemarin di gedung aula baru kantor bupati sementara.
Nantinya, tim bentukan bupati ini akan mengawal akselerasi berbagai program pemerintah daerah dan berperann menyerap segala inspirasi masyarakat hingga tingkat bawah serta merumuskan usul, saran dan pendapat, untuk kemudian direkomendasikan kepada bupati sebagai bahan membantu bupati dan wakil bupati dalam menetapkan rencana kebijakannya.
Namun kapaitas tim forum diskusi penyelaras kebijakan pemerintah ini tidak berarti menghilangkan peran dan pungsi pengawasan legislatif dalam mengontrol setiap kebijakan pamerintah. Tapi hanya berperasn sebagai mitra pemerintah dalam mendiskusikan setiap kebijakan yang akan ditetapkan.
Tim penyelaras ini dibentuk atas dasar beberapa poin pertimbangan, sala satunya mewujudkan pemerintah yang mampu menetapkan kebijakan yang aspiratif, dan juga menyelenggarakan pemerintah yang tetap memegang prinsip-prisnsip demokrasi , peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan serta mempertahankan potensi daerah terutama daerah otonomi.
kepala badan humas dan protokoler KLU, H Ahmad Sujanadi, kepada wartawan mengatakan, tim ini hanya berperan membantu pemerintahd dalam menyelaraskan inpirasi masyarakat dengan rencana kebijakan yang akan diambil pemerintah daerah.
“Tim bentukan bupati ini nantinya akan berperan menyerap segala inspirsi masyarakat klu, untuk kemudian disampaikan kepada pemerintah melalui forum diskusi sebagai penyelaras antara keinginan masyarakat dan rencana kebijakan pemerintah tugas dan fungsi forum tersebut/ sebagai lembaga pendamping dan mengawal akselerasi sekaligus percepatan berbagai kebijakan pemerintah daerah.
Lebih lanjut dijelaskannya, tim tersebut juga dihajatkan sebagai wadah mediasi masyarakat dengan pemerintah yang bersifat non formal atas berbagai persoalan yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal dan vertical didaerah. Tidak hanya itu, tim penyelarasan kebijakan daerah ini, juga bertugas untuk menyampaikan informasi dan sosialisasi program pembangunan dan pemberdayaan yang dapat diakses oleh masyarakat.



Dalam pembentukan tim penyelaras tersebut, Bupati merangkul dan melibatkan semua elemen masyarakat yang ada di Lombok Utara, mulai dari kalangan akademisi, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Tim ini teridir dari empat sub bagian, dimana masing-masing sub bagian memilki coordinator. Tim pengarah dengan coordinator Dr. TGH. L. Muksin, tim penyelaras, yang dikoordinasi oleh Dr. Muhammad Sukri, M. Hum, pasilitator dikoordinasi oleh Sekretaris Daerah KLU, dan Suman Jayadi, M. Si, sebagai coordinator secretariat. (dnu)


Atasi Risiko Bencana Pemkab Siap Bekerjasama LSM


TANJUNG -  Untuk mengatasi risiko bencana alam yang menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Lombok Utara sebagai salah satu daerah yang terpetakan sebagai lokasi rawan bencana alam pemerintah setempat siap melakukan kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat, salah satunya Yayasan Koslata NTB termasuk LSM Oxfam NTB.
Demikian dikatakan Bupati Lombok Utara, H. Djohan Sjamsu, SH saat mengahadiri ekspos program pengurangan risiko bencana alam tahun 2011 di Lombok Utara yang diselenggarakan oleh Yayasan Koslata NTB bersama LSM Oxfam NTB. Acara yang berlangsung di Aula kantor bupati setempat juga dihadiri jajaran kepala SKPD setempat diantaranya Kepala Dinas Kehutanan, Pertanian, Peternakan Kelautan (DKPPK), KLU. Ir. Hermanto, Kepala Dinas PU Pertambangan dan Energi KLU, Ir. Ali Anshari serta pihak terkait lainnya.
Dalam kesempatan tersebut Djohan juga meminta kepada seluruh kepala SKPD di KLU untuk tanggap terhadap persoalan bencana alam di KLU. “ Kita ingin semua pejabat KLU peka terhadap persoalan ini. Karena data yang ada KLU adalah daerah yang rawan bencana alam belum lagi semua fasilitas pemerintah berada di sepanjang pantai, “ tegasnya.
Dijelaskannya, Lombok Utara secara geografis memiliki daerah pegunungan, bukit, laut. Kondisi ini juga memberikan manfaat bagi masyarakat tetapi akan menjadi bencana jika tidak di kelola dengan baik, “ ujarnya.
Untuk itu pemerintah juga akan memfokuskan dalam dalam sector pembangunan dan perencanaan yakni bagai mana upaya mengelola atau merawat hutan dan alam agar tidak menjadi bencana bagi masyarakat. Dengan kondisi alam di KLU seperti ini tentu kita akan bersinergi dengan lembaga swadaya masyarakat yang fokus terhadap persoalan bencana alam. Insya Alah dalam waktu dekat KLU juga akan memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), karena saat ini dari 500 kabupaten/kota yang ada baru separuhnya yang memiliki BPBD, “ ujarnya.
Sementara dalam kesempatan tersebut, Direktur Yayasan Koslata NTB, Junaidi, SH menyatakan, awal tahun 2010 lalu Koslata membuat program dalam mengurangi dampak risiko bencana alam di KLU, pemetaan daerah yang rawan terhadap bencana, serta membangun pemahaman bersama masyarakat dalam mengurangi risiko bencana. Sedangkan tahun ini akan meningkatkan sinergitas dengan pemerintah agar semua rencana dapat terwujud dengan baik, “ sebutnya.
Tak hanya itu tahun 2010 lalu konslata juga memetakan 10 desa di KLU sebagai daerah yang rawan bencana alam sekaligus membetuk tim yang sudah dilatih untuk membantu mengatasi persoalan ini bersama masyarakat, “ tambahnya.
Hal senada juga di katakan Program Officer LSM Oxfam NTB, Adi Widiyanto,  kerugian banyak ditimbulkan akbiat bencana alam baik itu materi,  fasilitas hingga korban jiwa. Disamping itu bencana alam juga berkontribusi memundurkan hasil pembangunan. “ Banyak program pembangunan yang belum dapat dicapai akibat bencana alam, “ katanya.
Upaya mengatsi persoalan ini bukan semata-mata bagai mana mencegah terjadi banjir atau tanah longsor, tetapi bagaimana upaya membangun ketahanan dan kesiapan masyarakat dan pihak terkait lainnya untuk megatasi dan mengahadapi persoalan ini sehingga dampak yang di timbulkan dapat di cegah atau dikurangi.
Oxfam dan Koslata tahun 2011 hingga 2012 tetap berkomitmen bekerja dalam mengurangi risiko bencana hingga di akhir program nanti pemerintah juga memasukan dalam  agenda rutin rencana program pembangunan di KLU, “ tandasnya. (in)     

Program SKPD Mengacu Pada RPJM


Kayangan, — Tahun 2011 ini, setiap SKPD  harus benar-benar memperhatikan setiap program-program yang diprioriotaskan di SKPD masing-masing, agar semua pelaksanaannya dapat berjalan secara maksimal.

Demikian yang dikatakan Sekda KLU, Suhardi, dalam rapat perencanaan strategis, yang berlangsung di aula Kantor Bupati Lombok Utara di Tanjung, (15 /02/ 2011.

Segala rancangan program yang akan dibuat SKPD  kedepannya harus selalu mengacu pada RPJM yang telah dibuat Pemerintah Daerah, dan jangan sampai berbeda dengan apa yang telah ditetapkan Bupati dan wakil Bupati, seperti yang tertuang dalam Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati, yang kemudian dituangkan dalam berbagai program setrategis. Dan tugas skpd lah yang menindak lanjutinya dengan berbagai usaha penyelarasan terhadap isi RPJM itu.

 Dalam menentukan program yang nantinya akan dilaksaknakan setiap SKPD yang ada, diharuskan sejalan dan mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), sehingga tidak rancu dan berjalan sendiri-sendiri.

 “Semua program yang dibuat SKPD harus mengacu pada RPJM yang baru saja diperdakan oleh DPRD KLU, agar tidak bertentangan,”jelas Suhardi.

Lebih lanjut dikatakannya, semua bentuk program yang ada dimasing-masing SKPD, telah dikonsep dalam RPJM. SKPD harus dapat menguraikan segala bentuk program kerjanya kedepan yang tentunya sesui dengan isi RPJM yang telah dibuat masing-masing SKPD.

Itulah sebabnya, dalam rapat koordinasi yang dihadiri seluruh pimpinan SKPD itu, Sekda meminta  kepada seluruh SKPD lingkup KLU untuk menjabarkan program kerjanya masing-masing, sehingga kedepannya apapun yang dituangkan dalam program SKPD, di sesuaikan dengan isi RPJM. Dengan demikian, seluruh kebijakan di dalam RPJM bisa dilaksanakan di masing-masing SKPD yang berkaitan dengan program strategis di dalam RPJM itu.

Mendukung  program ini, di tingkat desa dan kecamatan juga digelar Musrenbang. Dalam sepekan ini, akan dilakukan Musrenbang secara bergiliran di tiap Kecamatan. Kegiatan akan dimulai dari Kecamatan Bayan, Kamis 17 Februari 2011, Kecamatan Gangga, Sabtu 19 Februari 2011, Kecamatan Tanjung, Senin 21 Februari 2011, Kecamatan Pemenang, Selasa  22 Februari 2011 dan Kecamatan Kayangan pada hari Rabu 23Februari 2011.(Eko).

Wakil Bupati KLU Hadiri Prosesi Awal Maulid Adat Sesait


SESAIT KLU- Seperti biasa, ditahun-tahun sebelumnya, datangnya bulan maulid tahun ini juga di ikuti oleh digelarnya prosesi Maulid Adat di beberapa wet adat yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara, seperti pembukaan prosesi Maulid Adat yang digelar di Wet Sesait.

Kegiatan pembukaan prosesi Maulid Adat wet Sesait ini, dihadiri dan diikuti langsung oleh Wakil Bupati KLU beserta beberapa pejabat Pemda KLU. Acara yang dimulai tepat pukul 16 : 00 wita, yang di dahului sholat Asar berjamaah di Musholla Kampu Sesait. Para tamu undangan dengan didampingi Tau Lokak Empat beriringan menuju tempat acara dilaksanakan (Mesjid Kuno) dan prosesi ini berjalan sacral dan meriah.

Nampak rombongan iring-iringan pemuda-pemudi dari berbagai dusun di wilayah wet Sesait, berjalan menuju pusat lokasi digelarnya perayaan awal prosesi maulid adat yang terletak di dalam perkampungan Sesait.

Dengan membawa berbagai macam hasil pertanian, yang dihajatkan sebagai bahan untuk masakan dalam pelaksanaan hari puncak yang jatuh pada hari kamis besok, para muda-mudi ini perlahan memasuki area penyimpanan berbagai barang bawaan, ke sebuah tempat yang disebut kampu.

Sementara dalam sambutannya di Mesjid Kuno Sesait, Wakil Bupati KLU, H, Najmul Ahyar, mengatakan, bahwa perayaan Maulid Adat ini adalah salah satu tradisi budaya yang patut dilestarikan. Sehingga kalau adat dan agama dijadikan bersinergi dalam kehidupan sehari-hari dari setiap manusia, maka inilah yang dikatakan adat luwir gama.

“Agama dan adat tidak bisa dipisahkan dan harus sejalan dan saling beriringan,” ungkapnya di hadapan para tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat wet Sesait.

Lebih lanjut dijelaskannya, prosesi Maulid Adat ini, diharapkan dapat memberikan transpormasi nilai-nilai agama agar dapat diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara, tokoh adat Sesait, Djekat, dihadapan para undangan dan masyarakat Sesait mengatakan, hari ini adalah prosesi awal yang dilakukan masyarakat adat wet sesait, dimana masyarakat berbondong –bondong datang ke Kampu membawa berbagai macam barang berupa kayu uyunan, beras, puntik, lekok-buak, tembakau secukupnya serta hasil bumi lainnya, yang oleh masyarakat Sesait dinamakan merembun (mengumpulkan).

“Merembun adalah prosesi awal maulid adat, dimana masyarakat datang dengan membawa berbagai barang bawaan, baik yang bersipat material ataupun hasil bumi,”ungkap Djekat.

Rangkaian prosesi Maulid Adat ini akan terus berlangsung hingga hari kamis. Adapun rangkaian prosesi lanjutan yang akan dilakukan hingga hari ini adalah peresean dan bisoq menik (cuci beras) di sebuah sungai yang memang di sakralkan dari jaman dahulu hingga saat ini. Selanjutnya disusul dengan penyembelihan dua ekor kerbau didepan pintu Mesjid Kuno Sesait. Dan prosesi ritual Maulid Adat Sesait akan berakhir setelah dulang Nasi Aji diturunkan dari Mesjid Kuno.(Eko).


Selasa, 15 Februari 2011

Rangkaian Prosesi Ritual Maulid Adat di Wet Sesait

Sesait, Lombok Utara - ”Pelaksanaan prosesi ritual Maulid Adat di wet Sesait di laksanakan selama empat hari dan rangkaian acaranya dimulai dengan Bau Praja Nina atau Praja Mulud (mencari/menangkap anak perempuan yang belum aqil baliq sebagai simbol kesucian) untuk Menutu Pare Bulu (menumbuk padi yang berbulu sampai menjadi beras).

Praja Nina ini ditempatkan dirumah yang sudah disiapkan disekitar Kampu, mulai tinggal sejak ditangkap sampai berakhirnya ritual prosesi Maulid Adat.

Setelah  itu dilanjutkan  Menguluh yaitu mengambil Pare Bulu (padi yang berbulu) dari Sambi (lumbung) pada hari Senin (14/02/2011),” beber Asrin dengan rinci

”Hari kedua,( lanjut Asrin), adalah Menutu Pare (Selasa) dan unggun (kulit padi) dibuang ke Lokok kremean dirangkaikan dengan mandi Praja Mulud. Setelah itu dilanjutkan dengan Pembuatan Jaja Pangan (Jajan sejenis wajik) dan air untuk membuatnya diambilkan dari Lokok Paok. Menjelang Magrib, Gong Gambelan (Gong Dua) diturunkan,”urai Asrin.

”Selanjutnya, hari ketiga (Rabu) tambah Asrin, yaitu acara Merembun (mengumpulkan) beras bagi Ina Bapu (sebutan bagi kaum hawa/ibu-ibu dan nenek-nenek) sekaligus juga waktu untuk membuat jajan selain pangan. Menjelang sore hari akan dilakukan persiapan Memajang atau Ngengelat yang akan dilaksanakan setelah sholat Asyar berjamaah sampai menjelang waktu sholat Magrib dan Isya di Mesjid Kuno,”cerita Asrin.

”Ritual Memajang merupakan ritual pertama sebagai pembuka pelaksanaan ritual-ritual lainnya.Adapun makna dari ritual Memajang adalah sebagai simbol persamaan dan kesetaraan umat Manusia sebagai makhluk citaan Allah Swt,”lanjut Asrin.

Asrin menambahkan bahwa setelah selesai Memajang yang dilakukan oleh Tau Lokok Empat ( Mangkubumi,Penghulu,Pemusungan dan Jintaka), dilanjutkan dengan sholat Magrib dan Isya. Ini semua dilaksanakan di Mesjid Kuno.

Kegiatan berikutnya yang dilaksankan di halaman Mesjid Kuno adalah Semetian (Perisian) yaitu saling pukul menggunakan Penjalin (rotan) yang masing-masing bertameng. Acara semetian harus diawali oleh Pepadu (Jagoan) Nina Sik Wah Supuk (perempuan uzur yang sudah monopaus), barulah Pepadu Mama boleh bertarung sampai tengah malam.

Adapun  acara puncak prosesi ritual Maulid Nabi Besar Muhammad Saw (lanjut Asrin) yang dikemas secara adat dilaksanakan pada hari keempat (Kamis), yaitu keesokan harinya setelah Memajang dan Semetian dilakukan.

Rangkaian ritual pada acara puncak tersebut, diawali dengan ritual Bisok Beras (cuci beras) dipagi harinya ke Lokok Kremean (diyakini sebagai tempat pemandian bidadari dan orang-orang suci). Cuci beras ini dilakukan oleh kaum hawa (baik yang masih gadis maupun yang sudah berkeluarga), dengan di Abih (diapit) baris tiga oleh  kaum laki-laki (barisan Nina ditengah diapit barisan Mama).

Ba’da Zhohor, acara dilanjutkan dengan Berkurban dengan menyembelih Kerbau (Sembeleh Kok) yang ukuran,umur dan bobot sudah menjadi ketentuan para leluhur (Kok Kembalik Pokon). Sementara di dalam Kampu, pada saat yang bersamaan, Nasi Aji (yang akan dibawa ke Mesjid Kuno) dan Payung Agung (nanti ditempatkan dipintu masuk Mesjid Kuno) juga dipersiapkan. Persiapan ini tidak sembarang orang yang mengerjakannya, harus berdasarkan Purusa (garis keturunan).

Setelah berkurban (Sembeleh Kok), dilanjutkan dengan Mbau Praja Mama dengan cara mengejar dan menangkap setiap laki-laki yang belum aqil baliq sebanyak tiga orang yang akan dijadikan putra Mahkota, untuk disandingkan dengan Praja Nina (yang sudah terpilih pada hari pertama saat menutu pare bulu) sebagai Praja Mulud (sepasang putra-putri mahkota).

Praja Mulud bertugas sebagai penjaga pintu Mesjid Kuno dengan membawa Payung Agung dan menjaganya dari sentuhan orang lain yang melewati pintu Mesjid Kuno. Jika Payung  Praja Mulud (Payung Agung) disentuh orang lain, maka diberi sanksi yaitu dipukul menggunakan Pemecut (Penjalin yang diberi tali) oleh Praja Mulud.

Menjelang sore hari pada hari terakhir dari ritual Maulid Adat di wet Sesait ini, kemudian dilanjutkan dengan Naikang Dulang Nasi Aji (dulang yang berkaki satu yang dikhususkan bagi Tau Lokak Empat; Pemusungan, Mangkubumi,Penghulu dan Jintaka).

”Waktu Naikang Nasi Aji ke Mesjid Kuno ini, diyakini yaitu pada waktu Gugur Kembang Waru ( waktu menjelang Magrib). Prosesi ritualpun berakhir dan ditutup dengan Do’a oleh Penghulu Adat,”jelas Asrin.(Eko).