Kamis, 23 Juni 2011

Selayang Pandang Desa Beleq dan Tenggorong (21)

Gumantar, --- Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban umat manusia, dinamika roda kehidupan komunitas masyarakat suatu daerah terus berkembang dan berputar.

Tak terkecuali komunitas Adat Gumantar. Ini karena komunitas masyarakat adat Gumantar merupakan salah satu komponen masyarakat dunia, yang selalu berdinamisasi secara dialektik,dialogis dan sinambung sepanjang masa.

Gumantar adalah salah satu dari delapan desa yang ada diwilayah Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara. Hingga kini masyarakat  Gumantar sangat kental dengan nuansa adat istiadatnya, terutama di Dusun Gumantar dan Dusun Desa Beleq.

Secara sosiokultural, komunitas masyarakat adat Gumantar, berkaitan erat dengan ajaran agama Islam. Hal ini, bisa dilihat dari situs budaya yang ada, terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat.

Pusat aspek keagamaan di Dusun Gumantar, dimana pusat Mesjid Kuno dibangun oleh para wali dan ulama penyebar agama Islam terdahulu. Sedangkan pusat Pemerintahan kala itu berada di Dusun Desa Beleq. Ini terbukti dengan situs peninggalan Bale Bangar (Pagalan), yang diyakini oleh komunitas masyarakat adat Dusun Desa Beleq, bahwa Bale Bangar Pagalan inilah yang pertama kali ada, sebelum yang lainnya ada.

Kedua wilayah ini (Gumantar dan Desa Beleq..red), merupakan pusat peradaban masyarakat Gumantar. Begitu pula dengan masyarakat dusun lainnya yang ada diwilayah Desa Gumantar, juga memegang peranan yang sama dengan masyarakat Dusun Gumantar dan Dusun Desa Beleq.

Secara historis, pada awalnya genealogi Dusun Tenggorong dan Dusun Desa Beleq, merupakan sebuah dusun yang dipimpin oleh almarhum Amaq Atnawi. Kemudian, baru pada tahun 1980-an dimekarkan menjadi dua dusun, yaitu Dusun Tenggorong dan Dusun Desa Beleq.

Meski Desa Beleq dan Tenggorong telah dimekarkan menjadi dusun definitive penuh, namun sentrum ritual keagamaannya tetap berada di Dusun Gumantar, seperti sholat Jum’at dan ritual-ritual keagamaan lainnya.

Karena jarak antara Dusun Gumantar, Dusun Tenggorong dan Dusun Desa Beleq cukup jauh ( 2 km ) jika ditempuh dengan jalan kaki.Maka wajar kalau masyarakat kedua dusun tersebut dalam melaksanakan ibadah, seperti sholat Jum’at, diharuskan berjalan kaki berjam-jam baru sampai tujuan.

Kondisi tersebut memunculkan ide masyarakat untuk melakukan konsesi (pengambilan keputusan), yang kemudian menghasilkan kesepakatan bersama untuk membangun sarana peribadatan baru di Tenggorong, yang dimulai pembangunannya sejak tahun 2002 hingga tahun 2005.

Disamping itu, komunitas masyarakat adat Gumantar memandang budaya sebagai proses perubahan ragawi, seperti masyarakat yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu secara eksoteris, namun bukan pada tataran isoteris atau tata nilai adat istiadat, sehingga masyarakat adat Gumantar sangat terbuka terhadap perkembangan budaya modern yang dapat memberikan manfaat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kearifan local yang ada.

“Perubahan tersebut, nampak dari sumber daya manusianya, yang walaupun fasilitas pendidikan yang ada, tergolong minim, yaitu sebuah PAUD dan sebuah SD Filial,”kata politisi DPRD KLU  termuda, yang juga berasal dari Dusun Desa Beleq ini.

Dari 180 KK atau 700 jiwa penduduk Dusun Tenggorong dan Dusun Desa Beleq, jumlah penduduk usia sekolah, terdiri dari 62 siswa PAUD, 153 siswa SD, 50 orang siswa SLTP/MTs, 42 orang siswa SLTA/MA dan 12 orang yang sedang mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi dan ada pula yang sudah selesai.

Sedangkan kedua dusun ini (Tenggorong dan Desa Beleq), jika ditilik dari sisi ekonomi, tingkat kehidupan komunitas masyarakat adat Gumantar tergolong mapan, namun walaupun mereka dominan menggantungkan kehidupannya pada aspek perkebunan.

Selain itu, menurut Narsudin (anggota DPRD KLU) mengatakan, kemapanan ekonomi masyarakat setempat juga ditopang oleh kawasan Hutan Kelola Masyarakat (HKM) yang luas, di sebelah selatan Dusun Dasan Beleq dengan luasnya 350 ha dan 50 ha lahan telah menjadi milik pribadi masyarakat setempat.

Komoditas unggulan perkebunan masyarakat setempat terdiri atas kakao,kopi,vanili,kelapa,pisang dan hasil hutan lainnya, seperti madu,rotan dan kayu. Namun demikian, minimnya fasilitas sarana dan prasarana pedesaan seperti jalan beraspal dan ketiadaan pasar desa, merupakan kendala utama dalam upaya meningkatkan geliat perekonomian masyarakat adat setempat.

Mengingat tingginya potensi, baik ekonomi maupun potensi social budaya, maka sebuah keniscayaan adanya sarana-prasarana yang memadai. Oleh sebab itu,minimnya akses wilayah setempat, karena letak Desa Gumantar khususnya Dusun Tenggorong dan Dusun Desa Beleq berada di pedalaman, yaitu sekitar 30 km dari Ibukota Kabupaten, 10 km dari ibukota Kecamatan dan sekitar 4 km dari Kantor Desa Gumantar, menjadi hambatan serius percepatan pembangunan masyarakat setempat.

“Melihat kondisi ini, maka kami masyarakat Desa Gumantar pada umumnya dan masyarakat Dusun Tenggorong serta masyarakat Dusun Desa Beleq khususnya, mengharapkan kepedulian Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemerintah Daerah KLU, untuk segera membangun berbagai fasilitas yang dimaksud, guna menunjang akselerasi peningkatan perekonomian masyarakat, seperti jalan beraspal, Pasar Desa dan Fasilitas pendukung lainnya,”harap Narsudin, yang juga anggota DPRD KLU Putra asli Dusun Desa Beleq.(Narsudin,SPd).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar