Kamis, 23 Juni 2011

Misteri Munculnya Sayyid Anom di Gumi Sesait ( 20 )

SESAIT, -- Konon, sebagaimana diceritakan secara turun binurun oleh masyarakat adat wet sesait, tentang misteri kemunculan seseorang yang bernama Sayyid Anom, yang sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Mak Beleq, yang nantinya dalam perjalanan sejarah dimasa medatang adalah terkenal sebagai Datu Bayan.

Diceritakan oleh Masidep (46), bahwa di gontoran Gumi Sesait, dibulan Puasa/Ramadhan, tepatnya tanggal 17 Ramadhan, timbullah sebuah cahaya berasal dari bawah pohon beringin besar yang ada di selatan kampung Sesait sekarang.

Bermula dari bawah pohon beringin tersebut, muncul sebuah cahaya, terus menerus berguling kearah utara ditengah kampung Sesait. Cahaya tersebut, ketika sudah sampai disekitar mimbar Mesjid Kuno Sesait (waktu itu Mesjid ini sudah ada), lalu berhenti sejenak. Melihat adanya cahaya yang berguling dari arah selatan tersebut, masyarakat Sesait berhamburan keluar dari rumah masing-masing ingin melihat dari dekat, keberadaan cahaya itu.

Oleh karena cahaya tersebut dikerumuni oleh orang banyak, kemudian cahaya tadi terus berguling kearah utara masuk kawasan pawang adat (gawah bening) atau hutan belantara yang belum pernah dijamah tangan manusia. Gawah bening/pawang alasbana tempat cahaya tadi masuk, oleh masyarakat Sesait kala itu disebutnya sebagai Gawah Pedewak Sesait.

Masyarakat Sesait yang ingin mengetahui keberadaan cahaya itu, terus mengikuti. Cahaya tadi, ketika sudah sampai  di suatu lembah dalam hutan pedewak, lalu cahaya itu menghilang. Dengan menhilangnya cahaya itu, kemudian muncullah sesosok bayi laki-laki mungil.Sehingga masyarakat yang mengikuti cahaya tadi, semuanya sibuk mencari alat  untuk dijadikan wadah menampung air, untuk memandikan bayi tersebut. Alat yang digunakan memandikan bayi itu, disebut Bandan. Hingga sekarang tenpat itu, yang oleh masyarakat sesait dikenal dengan Koloh Bandan. 

Seiring dengan berjalannya waktu, bayi yang sejak kemunculannya di koloh Bandan, kemudian dipelihara oleh Datu Sesait yang dikenal dengan sebutan Demung. Maka bayi tersebut, sejak itu tinggallah bersama Datu Sesait dalam Kampu Sesait hingga Dewasa.

Sebagaimana lazimnya dalam ajaran Islam, bahwa seminggu kemudian dari sejak kelahiran bayi, diadakanlah aqiqah dan ngurisan. Maka bayi yang kemunculannya dari koloh bandan tersebut, oleh Datu Sesait di aqiqah dan dikuris (potong rambut). Hingga sekarang potongan rambut dari bayi tadi masih ada dan disimpan dalam suatu wadah yang disebut ‘Gandek’ di dalam Kampu Sesait.

Dalam perkembangan selanjutnya, bayi tersebut tumbuh menjadi seorang anak yang lincah dan cerdas. Tidak lazimnya seperti proses pertumbuhan bayi pada umumnya sangat lambat. Tetapi yang terjadi pada pertumbuhan bayi ini malah sebaliknya. Mungkin menurut akal sehat manusia normal, proses pertumbuhan bayi ini boleh dibilang sangat aneh bin ajaib.

Pasalnya, setiap jam, setiap hari, setiap minggu dan bahkan setiap bulan pertumbuhannya sangat cepat berubah menjadi besar. Sehingga oleh komunitas masyarakat Sesait kala itu, melihat pertumbuhan badan anak tadi selalu berubah setiap saat, itulah sebabnya disebut dengan “Mak Beleq”.

Dalam interaksi social sehari-hari, anak itu tumbuh besar dilingkungan keluarga kerajaan, dalam asuhan Datu Sesait ( Demung) dalam Kampu Sesait. Anak ini dalam kehidupan sehari-hari memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak kebanyakan sebayanya. Dia cerdas, pintar, pandai, sopan santun dalam bergaul, memiliki tabiat yang baik, dan patuh pada orang tua.

Melihat keberadaan Mak Beleq ini, maka suatu saat Datu Sesait (Demung) pernah menawarinya untuk menggantikan dirinya kelak menjadi Raja Sesait. Mak Beleq ketika mendengar tawaran tersebut, pada mulanya Dia  tidak siap. Tetapi dengan berbagai alasan yang bisa diterima oleh akalnya, akhirnya tawaran dari Datu Sesait tersebut diterimanya, dengan suatu syarat, yaitu sebelum dirinya (Mak Beleq) memangku jabatan sebagai Raja Sesait menggantikannya, Mak Beleq berpesan agar membuatkan Berugak sebanyak 4 buah, yang nantinya harus ditempatkan di empat penjuru kerajaan Sesait. Berugak ini harus sudah selesai sebelum dirinya memangku jabatan.

Raja Sesait pun menyanggupinya. Namun sebelum memangku jabatan dan sebelum keempat berugak itu dibuat, maka Mak Beleq minta ijin untuk pergi mengambil pakaian kebesaran kerjaan. Maka Mak Beleq pun menghilang.

“Inilah yang menjadi misteri, yang hingga saat ini belum terungkap. Dia minta ijin untuk mengambil pakaian kebesaran kerajaan, lalu menghilang,’kata Masidep, sekjen perbekel adat Sesait penuh keheranan.

“Dia pergi dan menghilang kemana serta muncul kembali, itu tidak ada yang mengetahuinya. Disinilah letak misterinya,”tambahnya.

Dalam kontara Sesait (sejarah) diterangkan, suatu ketika, sesuai dengan janjinya Mak Beleq kembali ke Sesait dengan membawa pakaian kebesarannya. Namun, apa yang terjadi ? Ketika beliau kembali, berugak empat buah yang  dijanjikan Datu Sesait dan harus sudah dibangun sebelum beliau memangku jabatan, serta berugak itu harus ditempatkan di empat penjuru mata angin diluar kerajaan Sesait, tetapi keempat berugak itu, belum bisa diwujudkan oleh Datu/Raja/Demung Sesait kala itu.

Diceritakan, sebenarnya Mak Beleq sudah siap menjadi Datu/Raja Sesait kala itu. Namun karena Datu Sesait waktu itu tidak menepati janjinya, maka Mak Beleq urung menjadi Datu Sesait. Itulah sebabnya Mak Beleq dengan didampingi oleh Titik Kulem pergi kearah Semboya untuk mencari daerah baru, sebagai tempat mendirikan kerajaan baru.

Diceritakan, bahwa Mak Beleq dalam rangka mencari lokasi medirikan kerajaan baru, maka berangkatlah menuju Semboya dengan didampingi oleh Titik Kulem. Mak Beleq dalam perjalanan menuju semboya tersebut, sempat beristirahat di Santong. Tempat istirahatnya ini, dari sejak itu hingga sekarang dibuatkan berugak “Pagalan”. Dimana berugak ini, sekarang keadaannya sangat memprihatinkan atau tidak terurus. “Ini membutuhkan keseriusan dalam menangani peninggalan sejarah masa lalu,”kata Bukren Klau suatu saat.

Dalam perjalanan menuju Semboya ini, Mak Beleq membawa sebuah alat untuk dijadikan sikap berupa sebilah keris dengan alasnya berupa perisai yang terbuat dari kayu Satuba. Alat penyikap ini, oleh Mak Beleq diberikan nama “Kulem” .Karena yang ikut mendampingi Mak Beleq dalam perjalanannya ke Semboya untuk mencari daerah baru, yang nantinya sebagai tempat mendirikan sebuah kerajaan baru adalah bernama “Titik Kulem”. Itulah sebabnya alat tersebut dinamakan “Kulem.” Hingga sekarang alat tersebut masih tersimpan oleh keturunannya yang ke 58 (Masidep) di Dusun Sumur Pande Desa Sesait Kecamatan Kayangan KLU.

Setibanya Mak Beleq di Semboya, maka dilihatlah daerah sekitar utara gunung Rinjani.Dari ujung barat hingga ujung timur kawasan tersebut, terus diperhatikan. Dalam hatinya, Mak Beleq berkeyakinan bahwa daerah yang cocok dan tepat untuk dijadikan sebuah daerah kerajaan baru adalah Bayan. Dimana Bayan kala itu, sedang diperintah atau masuk daerah kekuasaan Datu Emban Sereak.
(bersambung….Eko)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar